Sukses

Entertainment

Famestory Verlita Evelyn, Menikmati Peran sebagai Ibu yang Pekerjaannya Kerap Dipandang Sebelah Mata

Fimela.com, Jakarta Lama menghilang dari dunia hiburan, aktris Verlita Evelyn saat ini menjalani kesibukan lain yang tak kalah penting, yaitu menjadi seorang ibu rumah tangga yang produktif. Ya, memutuskan untuk meninggalkam dunia hiburan sementara waktu dan fokus membesarkan anak-anak, menjadi pilihan berharga yang dipilih Evelyn, sambil terus memperkaya diri menjadi sosok yang lebih berkualitas setiap harinya.

Kehidupan Evelyn dan apa yang dilakukannya belakangan pun begitu menarik untuk diketahui. Selain sibuk mengurus anak, aktris 39 tahun ini juga berhasil meraih gelar magister di masa pandemi, mengelola bisnisnya dan keluarga, hingga meraih tawaran sebagai dosen.

Di tengah kesibukannya itu, FIMELA berkesempatan untuk berbincang tentang kehidupannya, termasuk bagaimana ia menjadi seorang ibu yang memeliki banyak kesibukan. "Aku akan melakukan apa yang aku suka sih. Jadi aku nggak pernah maksa diri aku untuk hal yang nggak aku sukai," kata Verlita Evelyn kepada FIMELA. "Kalau kita suka atau mencintai apa yang kita lakukan itu tuh capeknya nggak terasa," lanjutnya.

Lebih lanjut meski memiliki banyak kesibukan, menurut Verlita mengetahui batasan diri pun menjadi hal yang tak kalah penting yang harus diketahui. "Harus tahu batasan badan kita tuh seperti apa. Kalau ada kerjaan, aku juga mikir dulu, kayak (tawaran jadi) dosen, bisa nggak bagi waktunya? Kalau nggak ya nggak usah dipaksa daripada kecapekan dan nggak enjoy jalaninnya. Jadi harus tahu porsinya agar bisa waras dan happy," tuturnya.

 

 

Bercerita tentang kehidupannya sebagai ibu, diakui Verlita itu merupakan pekerjaan yang sangat ia sukai. Tak sekedar itu, Verlita memutuskan mengurus sendiri anaknya karena sadar akan pentingnya ia hadir dalam tiap momen kehidupan anak-anaknya, dan menjadi ibu bukan lah pekerjaan sepele, yang mirisnya hingga kini masih ada yang memandang peran tersebut sebelah mata.

"Ibu rumah tangga itu nggak bisa dibilang cuma loh. Itu tuh profesi yang lebih, itu tuh profesi di atas profesi lainnya. Karena yang kita didik, yang kita urus adalah anak-anak yang nantinya akan jadi penerus generasi bangsa ini. Jadi bagaimana bangsa ini nanti itutergantung Ibu lho. Jadi nggak bisa dibilang jadi ibu rumah tangga itu cuma ibu rumah tangga. Wah itu salah mindset," ucapnya bersemangat.

"Banyak lho tanggung jawab besar yang harus diapresiasi," tambah Verlita soal peran seorang ibu yang minim apresiasi.

Sebagai seorang yang aktif mengembangkan diri, menurut Verlita, seorang ibu berhak memiliki kesempatan untuk maju meraih apa yang diinginkan, termasuk meraih pendidikan yang lebih tinggi.

"Memang apa salahnya jadi ibu yang berpendidikan? Seperti yang tadi aku singgung di awal, cara kita mendidik anak-anak kita itu kan dipengaruhi dari kitanya (ibunya). Maksudnya seberapa banyak ilmu yang kita serap," ucapnya.

"Makanya kita harus tahu bagaimana cara berkomunikasi yang baik, (cara) mendidik anak, karena memang mendidik anak tidak bisa sembarangan. Aku nggak mau salah bicara, karena banyak juga ibu-ibu yang mungkin di luar sana tidak punya kesempatan yang sama dengan kita, kita tetap harus hargai itu. Dan harus diingat bukan berarti yang ibu-ibu pendidikannya tinggi, jauh lebih kompeten dalam hal mendidik anak," jelas Verlita.

Apa yang disampaikan Verlita Evelyn di atas hanyalah sebagian keseruan dalam sesi wawancara dengan FIMELA. Berikut ini adalah petikan wawancara lengkap bersama sang aktris, yang dalam dan sarat makna.

 

Vakum dari Dunia Hiburan

Menjadi seorang ibu dengan segala kesibukan menjadi sesuatu yang kini tengah dinikmati Verlita Evelyn. Menariknya, ibu tiga anak ini mengaku tak tenang jika tidak berada di dekat anak-anaknya, dan hal itu juga yang menjadi salah satu alasan kuat bagi dirinya meninggalkan dunia hiburan sementara.

Apa kesibukan Anda saat ini?

Kesibukannya sekarang memang fokusnya di rumah ngurusin anak-anak. Aku punya 3 anak, jadi keseharianku mengurusui mereka di rumah, apalagi sekarang anak-anak udah mulai full offline kan sekolahnya, jadi antar jemput anak sekolah dan lain-lain.

Memang saat aku menikah dan punya anak, kesibukan aku alihkan tuh lebih banyak buat ngurusin anak-anak di rumah dan memang ada beberapa kegiatan yang masih bisa disambi lah istilahnya. Usaha juga masih jalan dan aku baru lulus kuliah S2. Jadi sementara ini masih menikmati title baru baru.

Bagaimana akhirnya Anda memutuskan untuk meninggalkan dunia hiburan?

Sebenanrnya tidak pernah aku planning untuk meninggalkan. Jadi memang itu berjalan aja seperti itu. Jadi waktu masih punya anak pertama, Noah, aku pengin balik lagi ke dunia entertaint setelah Noah 6 bulan karena mau fokus ASI Ekskulusif. Kemudian planning-nya mundur, jadi setahun. Memang ada keingunan untuk syuting lagi karena memang aku tuh suka dunia akting. Tapi kok ternyata nggak ikhlas ya, akhirnya nunggu lagi 2 tahun, biar full ASI. Oke 2 tahun, dia sudah mulai sekolah segala macam, pas mau balik aku nggak nggak bisa. Kayaknya aku pengin aku aja deh yang pegang. Jadi nggak pernah planning untuk aku mau stop syuting pada saat itu.

Ketika aku lihat anak, sehari-harinya sama dia, ngurusin dia segala macam, terus selalu ada yang baru tentang anak, tumbuh kembang anak, aku makin tertarik untuk ngasuh sendiri. Dengan begitu jadi otomatis aku tidak bisa lagi kerja, tidak bisa lagi syuting yang di luar rumah, dan nggak cuman syuting sih, segala macam, semua aktivitas aku otomatis harus dikurangi karena memang lebih banyak beraktivitas di rumah.

Dan itu akhirnya terus berjalan sampai di anak ketiga, aku juga yang memilih untuk pegang sendiri. Mungkin karena basicly aku orangnya perfectionist, jadi aku nggak sreg kalau anakku tuh diasuh sama orang lain. Tapi aku nggak mungkin sendirian lah ngasuhnya, ada mbak, ada oma (ibukku), ada suami, aku nggak bisa urus sendiri secara waktu dan tenaga. Tapi, secara fisik, aku itu hadir di situ.

Aku tuh kalau pergi baru 1-2 jam sudah nggak enak, pengin pulang pengin lihat anak, selalu kepikiran anak. Karena itulah, akhirnya aku memilih untuk tidak dulu syuting m pada saat itu, kalau sekarang anak-anak sudah besar, jadi mungkin itu bisa sedikit dipertimbangkan.

Mengurus anak kan pasti capek luar biasa, biasanya bagaimana Anda mengatasi dan menghibur diri?

Ini yang agak unik dari aku. Justru aku akan stres kalau nggak ngurusin anakku langsung. Jadi seperti yang tadi aku bilang, justru aku tuh akan kepikiran kalau nggak pegang langsung. Jadi selama aku lihat mereka di rumah, aku happy, tenang, meskipun mungkin maksudnya eksekusinya itu nggak aku lakukan sendiri ya.

Contohnya kayak sekarang nih aku lagi ada meeting online, jadi anak-anakku sama mbak di kamar. Cuman kan maksudnya secara fisik itu aku ada di rumah, jadi kalau anytime mereka perlu atau mereka butuh sesuatu, aku ada. Jadi sebenarnya aku nggak pernah merasakan capek. Justru kalau aku pergi kelamaan kayak waktu aku mulai syuting lagi karena kangen, justru aku kepikiran anak. Sampai akhirnya kontrak selesai, aku udah nggak syuting lagi. Jadi di rumah aja, aku jauh lebih happy kalau aku ngurusin anak-anak di rumah padahal simple, kayak cuman nganter sekolah jemput sekolah, aku happy banget, jadi aku nggak capek justru senang.

Hiatus dari dunia hiburan dan memutuskan untuk mengurus anak, di tengah perjalanan tersebut Anda memutuskan untuk kembali kuliah, bagaimana cara Anda membagi waktu dengan anak?

Ini hikmah pandemi bagiku, bisa kuliah S2. Sebenarnya ingin kuliah S2 sejak lama, tapi aku mengesampingkan dulu karena ada hal lain yang jadi prioritas. Jadi karena saat pandemi kuliah jadi online, aku mikir apa lagi ya yang aku kerjakan karena semua aktivitas jadi online. Kalau syuting nggak bisa, terus kepikiran kenapa nggak kuliah? Karena itu kan masuk list aku.

Terus aku cari kuliah S2 yang jadwalnya pas di aku. Meskipun di rumah kan ibu-ibu nggak nganggur ya, dampingi anak sekolah online dan lain-lain, akhirnya dapat di Interstudi ambil komunikasi, karena S1 komunikasi. Kalau kuliah online gini kan cuma beda ruangan saja sama anak, jadi masih bisa diawasi.

Cuma ya, astaga tugas S2 itu tidak ada hentinya, dalam satu minggu, 4 mata kuliah bisa kasih deadline yang bersamaan. Itu sih tantangannya. Tapi semua dibantu suami dan anak juga.

Tujuan utama Anda memutuskan untuk kuliah lagi apa?

Kalau secara pribadi tujuan aku ya ingin mencapai titik maksimal potensi. Jadi kita kan setiap manusia diciptakan dengan bakat minatnya dan potensi masing-masing. Nah kita tuh gimana caranya kita bisa mencapainya atau paling tidak mendekati. Kita sebagai orang tua juga harus belajar, karena anak 11 tahun dengan anak 3 tahun, pola asuhnya akan berbeda.

Ketika sudah mencapai ini, kita harus bisa melakukan yang lainnya, nggak pernah ada hentinya. Dengan begitu bukan berarti kita nggak bersyukur, tapi tidak mau cepat merasa puas selama ada kesempatan dan kemauan, maka mencoba challenge diri sendiri, tapi kalau bisa dilakukan ya dilakukan, kalau tidak nggak akan dipaksa. Selama aku bisa melakukan, ya lakukan aja sampai mencapai titik maksimal potensi diri aku.

Kalau secara keluarga ya aku pengen jadi istri yang baik, jadi ibu yang baik. Aku ingin menciptakan, mendidik anak-anak dengan baik jadi anak-anak yang takut sama Tuhan itu yang nomor satu, karakter yang harus baik. Kita nggak boleh stop belajar sebagai orang tua, jadi supaya bisa mengerti kan jadi kita harus upgrade terus supaya kita bisa terapkan itu juga ke anak-anak kita.

Perempuan dan Dunianya

Bagaimana pendapat Anda soal stereotip tentang perempuan yang sekolah tinggi dan dipandang sebelah mata setelah memutuskan untuk di rumah saja mengurus anak?

Memang stereotip itu lebih nempel pada perempuan. Tapi, aku dididik dan dibesarkan dengan seorang perempuan yang berpendidikan dan berkarier. Aku merasa dia bisa menjadi sosok ibu di rumah tanpa meninggalkan kodratnya. Memangnya apa salahnya jadi ibu yang berpendidikan?

Seperti yang tadi aku singgung di awal, cara kita mendidik anak-anak kita itu kan dipengaruhi dari kitanya. Maksudnya seberapa banyak ilmu yang kita serap, kalau nggak pernah baca buku, nggak pernah ngikutin perkembangan, informasi, yang ada pola asuh ke anak kita juga akan beda dengan ibu-ibu sadar akan hal tersebut. Makanya kita harus tahu bagaimana cara berkomunikasi yang baik, bagaimana mendidik anak, karena memang mendidik anak tidak bisa sembarangan.

Aku nggak mau salah bicara, karena banyak juga ibu-ibu yang mungkin di luar sana tidak punya kesempatan yang sama dengan kita, kita tetap harus hargai itu. Dan harus diingat bukan berarti yang ibu-ibu pendidikannya tinggi jauh lebih kompeten dalam hal mendidik anak. Ibu tidak sekolah seperti eyangku juga berhasil mendidik anaknya jadi orang yang baik dan berkarakter, maksudnya itu semua ada value-nya masing-masing, cuman kalau aku pribadi, aku punya kesempatan m untuk terus aku upgrade diri.

Lama nggak muncul di televisi, sempat merasa rindu nggak?

Jujur nggak, karena itu memang keputusan yang aku ambil. Justru sekarang sebenarnya udah mulai banyak tawaran yang masuk dan mungkin yang sedang aku pertimbangkan karena anak-anak udah mulai besar, pandeminya juga udah mulai menjadi endemi. Sebenarnya dari kemarin pandemi pun tawaran juga masih ada. Kalau dibilang meninggalkan sih belum, lebih ke vakum dulu dan akan balik lagi.

Banyak menghabiskan waktu bersama anak, sejauh ini apa momen yang paling berkesan?

Aduh susah, semuanya itu menyenangkan, mereka tidur, mereka nggak ngapa-ngapain saja membuat kita sebagai ibu itu happy banget dan rasanya itu kayak nggak bisa diomongin. Terkadang anak nggak mau nurut apa yang diomongin, tapi itu bisa jadi momen pembelajaran buat kita. Karena nggak cuma anak-anak, kita juga bisa belajar dari anak-anak. Kalau anak tidur, kita suka nyium-nyiumin, anakku bertiga saling peluk, berantem, nangis, itu bikin kita happy dan bilang 'akur-akur ya nak sampai besar'.

Jika harus memilih, Anda akan memilih jadi ibu, pengusaha, atau aktris?

Emang nggak boleh ya kalau pilih semua? Kenapa harus milih, kan banyak ibu-ibu yang juga punya pekerjaan. Kenapa ibu harus punya satu profesi sedangkan bapak-bapak banyak? Nggak harus seperti itu kan.

Sekarang ibu-ibu rumah tangga juga banyak yang punya bisnis online, mereka lihat media sosial menguntungkan. Cuma, kalau harus pilih satu, ya ibu lah. Karena menjadi ibu tidak ada gantinya. Jadi ibu itu udah pencapaian tertinggi lah setelah itu baru menyusul deh yang lainnya ibu kan jadi ibu yang produktif ibu yang boleh berkarya ibu yang bisa berprestasi.

Pesan Anda untuk ibu rumah tangga di luar sana?

Jadi ya profesi ibu rumah tangga itu nggak bisa dibilang cuma loh. Itu tuh profesi yang lebih di atas profesi lainnya. Karena yang kita didik, yang kita urus anak-anak yang nantinya akan jadi penerus generasi bangsa ini. Jadi apa bangsa ini nanti itu tergantung Ibu lho, jadi nggak bisa dibilang jadi ibu rumah tangga itu cuma ibu rumah tangga. Wah itu salah mindset yang salah, jadi bagaimana anakmu nanti itu pasti gimana ibumu dulu gitu ya.

Meskipun memang itu nggak bisa kita jadikan acuan karena banyak faktor-faktor lain. Cuma, untuk ibu-ibu di luar sana nggak boleh berkecil hati kalau ternyata profesinya memang di rumah jadi ibu rumah tangga, karena itu nggak bisa dibilang cuma, itu tuh profesi yang sangat berharga.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading