Fimela.com, Jakarta Perkembangan industri fashion di Tiongkok tidak lepas dari peran Angelica Cheung, editor-in-chief Vogue China. Boleh dikatakan, ialah penggerak ‘kehausan’ masyarakat Tiongkok pada dunia fashion yang elit. Meski dalam prosesnya diperlukan jerih payah yang bisa saja berhasil nihil jika dijalankan oleh pribadi yang tak tahan banting.
Ketika Vogue membuka cabangnya di Tiongkok, banyak yang skeptis bahwa majalah ini tak akan laku, dengan anggapan masyarakat di sana tidak memiliki selera fashion. Saat itu Cheung diminta Condé Nast (perusahaan penerbit yang menaungi Vogue) untuk memimpin Vogue China. Meski awalnya ia merasa dirinya tidak sesuai dengan materi Vogue, toh ia tetap menerima posisi pemimpin redaksi dengan menjadikan kesempatan ini untuk menciptakan hal baru. Dan berhasil.
Edisi perdana Vogue China di September 2005 habis terjual 300.000 copy dengan tambahan dua kali cetak. Vogue China sukses besar, dan menjadi majalah terbesar di dunia, dua kali lebih besar dari saudarinya, Vogue UK. Dalam setahun terbit 16 edisi demi memenuhi permintaan pembaca. Sebegitu besarnya hingga Cheung mengatakan, “Jika ingin menapakkan kaki (berhasil) di Tiongkok, Anda harus bekerja dengan kami.”
Well, pencapaian Vogue China yang sangat mengesankan ini didapat tidak dalam sekejap mata. Mari kilas balik apa saja yang sudah dilakukan perempuan kelahiran 1966 ini selama 13 tahun kariernya menggawangi Vogue China. Cerdik membaca pangsa pasar, Cheung menerapkan strategi. Di tahun-tahun awal, ia menghadirkan majalah serupa buku pelajaran untuk mengedukasi pembaca yang belum tahu banyak tentang fashion. Ia pun bertarung menyeimbangkan standar internasional Vogue dengan selera pembaca negara tirai bambu ini, yakni tentang menampilkan nama-nama terkenal dari luar negeri, konsep editorial, hingga fotografer yang tak ingin memakai model lokal.
Kini pembaca Vogue China hingga 1,6 juta (dan sudah semakin bertambah), baik itu dari cetak, tablet, maupun website. Tidak sakadar menyukseskan majalah, mantan editor-in-chief Marie Claire Hong Kong dan editorial director Elle Shanghai ini juga sekaligus membuat masyarakat Tiongkok menjadi sophisticated (dengan kata lain, lebih ‘melek’ fashion) dan membawa high-fashion ke dalam ekosistem industri negara berpenduduk terbanyak di dunia ini. Singkat kata, Cheung lah sosok yang menjadikan Tiongkok sebagai ladang pemasaran barang-barang mewah.
Disandingkan dengan seniornya, Anna Wintour, oleh Business of Fashion, Angelica Cheung masuk daftar 500 figur yang membentuk industri fashion global. Well-deserved! Namun satu pertanyaan, menjadi editor dengan intuisi tajam apakah harus selalu berambut bob? Bisa jadi.