Fimela.com, Jakarta Setelah berbulan-bulan didominasi oleh estetika quiet luxury, dengan warna netral, potongan minimalis, dan nuansa understated, dunia mode kini mulai berayun ke arah yang lebih ekspresif. Saat tren "diam" mulai terasa terlalu sunyi, para pecinta fashion mencari kehangatan dari hal-hal yang lebih romantis, penuh detail, dan menyentuh emosi. Jawabannya? Lace, crochet, dan tailoring vintage dengan sentuhan feminin klasik khas Eropa Timur.
Gelombang ini bukan sekadar angin lewat. Ia membawa serta lonjakan minat pada teknik fashion tradisional, dari rajutan tangan (hand-crochet) hingga bordir bunga tiga dimensi yang terasa personal dan emosional, elemen-elemen yang tak hanya memanjakan mata, tapi juga membangkitkan nostalgia.
Advertisement
Ketika H&M "Crash" Karena Magda Butrym
Sinyal paling kuat datang saat situs H&M crash akibat antusiasme publik terhadap kolaborasinya dengan Magda Butrym, desainer asal Polandia yang dikenal lewat ciri khas floral appliqué, crochet romantis, dan siluet sensual yang tetap lembut. Koleksi tersebut menjadi perbincangan bukan hanya karena estetikanya yang artistik, tetapi juga karena membawa kembali semangat craftsmanship Eropa Timur ke ranah fast fashion.
Magda sendiri adalah representasi sempurna dari desainer kontemporer yang mampu menjembatani warisan budaya dan selera fashion global masa kini. Koleksi-koleksinya memadukan elemen bordir bunga yang nyaris barok, tailoring lembut dengan detail dramatis, serta lace vintage yang dihidupkan kembali dengan gaya modern.
Pencarian Crochet & Lace Melonjak
Minat publik bukan hanya terlihat di ranah komersial, tapi juga digital. Platform resale Depop mencatat peningkatan pencarian kata “crochet” sebesar 95%, sementara “lace” naik 42% dalam beberapa bulan terakhir. Data dari Google Trends pun menunjukkan kurva yang seirama: ada ketertarikan yang meningkat pada busana dengan sentuhan handmade dan romantik.
Tren ini menunjukkan bahwa konsumen kini mulai menghindari yang serba generik dan mencari pakaian yang memiliki cerita, yang terasa unik, personal, dan membawa emosi. Dalam konteks ini, rajutan dan bordir bukan sekadar dekorasi, tapi pernyataan.
Advertisement
Artis Global Ikut Menyuarakan Tren Ini
Fashion, tentu saja, tak bisa dilepaskan dari panggung pop culture. Beberapa artis dunia turut memperkuat arah tren ini lewat pilihan busana yang tak biasa.
Di video musik terbarunya “manchild”, Sabrina Carpenter mengenakan gaun klasik dari Christian Dior by John Galliano Fall/Winter 1997. Gaun itu dihiasi lace, siluet dramatis, dan aura sensual yang sangat vintage, ciri khas era Galliano di Dior yang kini kembali dirayakan oleh generasi baru.
Sementara itu, Jennie BLACKPINK juga tampil memukau di after party Met Gala dalam dress bertabur bordir dan crochet halus, menggabungkan kesan edgy dan feminin dalam satu tampilan yang sulit dilupakan.
Para Desainer Eropa Timur: Magda Butrym, Chylak, hingga Skarule
Tak hanya Magda Butrym, deretan desainer dari Eropa Timur lainnya juga mulai mendapatkan sorotan. Sebut saja Chylak, brand asal Polandia yang dikenal lewat tas dan aksesori berbahan kulit klasik dengan aksen vintage, serta Skarule dari Latvia yang merayakan femininisme lewat rajutan tangan yang organik dan fungsional.
Mereka menyuarakan semangat serupa: kembali ke akar, mengangkat teknik lama yang hampir terlupakan, dan menyulapnya menjadi busana kontemporer. Dalam era teknologi dan percepatan, pendekatan ini terasa menyegarkan.
Kembalinya tren rajutan dan bordir bukan sekadar nostalgia. Ini adalah respons terhadap kejenuhan visual dari kemewahan yang terlalu bersih dan kaku. Melalui crochet yang hangat, lace yang rumit, dan siluet lembut, dunia fashion kembali mengingatkan kita bahwa keindahan bisa berasal dari sesuatu yang dibuat perlahan, dengan hati, dan terasa dekat.
Quiet luxury mungkin masih bertahan, tapi kini ia harus berbagi panggung dengan sesuatu yang lebih emosional yakn romantisme personal dari tangan-tangan kreatif Eropa Timur.