Waspadai Tanda-Tanda Anak Kekurangan Zat Besi

Kenali gejala kekurangan zat besi pada anak. (foto: gpointstudio/freepik)

Fimela.com, Jakarta Pernahkah kamu melihat si kecil tampak lesu, lebih cepat lelah, atau wajahnya terlihat pucat? Kadang, hal ini dianggap hanya karena anak kurang tidur atau terlalu banyak bermain. Namun, bisa jadi itu adalah tanda tubuh mereka kekurangan zat gizi penting, salah satunya zat besi. Kondisi ini perlu diperhatikan karena berhubungan langsung dengan energi dan tumbuh kembang anak.

Melansir laman health.clevelandclinic.org zat besi merupakan mineral penting yang berperan besar dalam pembentukan hemoglobin, yaitu protein dalam sel darah merah yang bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh. Bayangkan jika oksigen yang seharusnya mengalir lancar jadi berkurang, tubuh anak tentu akan lebih mudah lelah dan tidak bersemangat.

Asupan zat besi terutama dipengaruhi oleh pola makan sehari-hari. Makanan seperti daging, ikan, ayam, sayur bayam, atau kacang-kacangan adalah sumber zat besi yang baik. Tubuh sebenarnya mampu menyimpan kelebihan zat besi untuk digunakan kembali, tapi bila asupan kurang atau kebutuhan meningkat, anak bisa mengalami kekurangan.

Kekurangan zat besi pada anak umumnya terjadi karena dua hal: pertama, asupan harian yang tidak cukup; kedua, tubuh menggunakan atau kehilangan zat besi lebih banyak daripada biasanya. Akibatnya, kadar hemoglobin menurun dan sirkulasi oksigen dalam darah juga ikut terganggu.

Penyebab dan gejala kekurangan zat besi pada anak

Penyebab umum kekurangan zat besi pada anak-anak. (foto: stockking/freepik)

Kebutuhan zat besi anak berbeda-beda, tergantung usia, kondisi tubuh, dan jenis makanan yang dikonsumsi. Zat besi dari daging (heme iron) lebih mudah diserap tubuh dibandingkan yang berasal dari tumbuhan (non-heme iron). Untuk anak perempuan yang sudah memasuki masa menstruasi, kebutuhan zat besi biasanya lebih tinggi.

Ada beberapa penyebab umum anak kekurangan zat besi. Pertama, pola makan yang tidak seimbang, misalnya terlalu banyak mengonsumsi susu tanpa diimbangi makanan kaya zat besi. Kedua, pertumbuhan yang sangat cepat sehingga kebutuhan zat besi melonjak. Ketiga, adanya kehilangan darah, baik terlihat jelas seperti saat menstruasi, maupun tersembunyi akibat penyakit tertentu. Keempat, gangguan penyerapan zat besi karena kondisi medis seperti celiac atau Crohn’s disease.

Gejala kekurangan zat besi bisa muncul dengan beragam bentuk. Anak mungkin terlihat cepat lelah, kurang nafsu makan, rewel, atau tampak lebih pucat dari biasanya. Ada juga tanda lain seperti kuku rapuh, tangan dan kaki terasa dingin, luka di sudut bibir, sakit kepala, hingga jantung berdebar lebih cepat. Jika beberapa gejala ini muncul bersamaan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter anak.

Diagnosis, pengobatan, dan pencegahan kekurangan zat besi pada anak

Ikuti langkah-langkah pencegahan kekurangan zat besi pada anak (foto: gpointstudio/freepik)

Untuk memastikan apakah benar anak mengalami kekurangan zat besi, dokter biasanya akan menanyakan riwayat pola makan, melakukan pemeriksaan fisik, hingga tes darah. Pemeriksaan ini penting karena gejala kekurangan zat besi kadang mirip dengan kondisi kesehatan lain, sehingga butuh diagnosis yang tepat.

Pengobatan biasanya dilakukan dengan pemberian suplemen zat besi sesuai kebutuhan. Pada kasus ringan, suplemen bebas bisa membantu, sementara pada kondisi lebih parah dokter mungkin memberikan dosis khusus. Setelah kadar zat besi normal kembali, peran orang tua adalah menjaga asupan harian anak tetap seimbang. Memperbanyak makanan kaya zat besi serta menambahkan vitamin C bisa membantu penyerapan lebih optimal.

Singkatnya, kekurangan zat besi pada anak bukan hal sepele karena dapat memengaruhi energi, konsentrasi, hingga tumbuh kembang mereka. Dengan mengenali tanda-tandanya sejak dini, orang tua bisa segera mengambil langkah tepat untuk mencegah dampak jangka panjang. Jangan ragu berkonsultasi dengan dokter jika si kecil menunjukkan gejala yang mencurigakan, dan pastikan pola makan sehari-hari kaya akan nutrisi penting. Mulailah menjaga kesehatan anak dari sekarang, karena asupan gizi yang seimbang adalah investasi terbaik untuk masa depan mereka.

Penulis: Alyaa Hasna Hunafa