Ini Alasan Mengapa Balita Anda Hanya Meinginkan Ibu dalam Setiap Kesempatan

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, fenomena balita yang cenderung hanya menginginkan ibu adalah hal yang sangat umum terjadi dalam fase perkembangan anak. Ini merupakan bagian normal dari proses tumbuh kembang mereka, dan seringkali membuat orang tua, terutama ayah, merasa bingung atau sedikit tersisih.

Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berkaitan erat dengan koneksi biologis, peran pengasuh utama, serta tahapan perkembangan emosional balita. Memahami alasan di balik preferensi ini akan membantu orang tua merespons dengan tepat dan membangun ikatan yang lebih kuat.

Meskipun mungkin terasa menantang, preferensi ini biasanya bersifat sementara dan akan berubah seiring waktu. Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa balita hanya ingin ibu dan langkah-langkah efektif yang bisa dilakukan oleh kedua orang tua untuk menghadapi situasi ini dengan bijak.

Preferensi balita terhadap ibu seringkali berakar pada koneksi biologis dan peran ibu sebagai pengasuh utama sejak lahir. Jika ibu adalah figur yang paling sering memberikan kenyamanan, nutrisi, dan perhatian selama masa bayi, balita akan secara alami mengaitkan ibu dengan rasa aman dan stabilitas.

Fase perkembangan juga memainkan peran penting; balita mengalami periode keterikatan intens sebagai bagian dari tonggak kemandirian mereka. Memilih satu orang tua adalah cara mereka merasa aman sambil belajar membuat pilihan dan menguji batasan. Preferensi ini bisa berubah-ubah, menunjukkan bahwa tidak ada satu orang tua yang lebih baik atau lebih dicintai.

Familiaritas dan rutinitas juga menjadi faktor penentu. Anak yang lebih akrab dengan satu orang tua cenderung lebih memilihnya, terutama jika orang tua tersebut menangani sebagian besar kebutuhan harian. Rutinitas yang konsisten memberikan rasa aman, dan balita akan memilih orang tua yang paling terlibat dalam rutinitas tersebut.

Penelitian menunjukkan adanya hierarki keterikatan pada anak muda, di mana mereka memprioritaskan hubungan tertentu yang paling mereka kenal. Hal ini bukan tentang siapa yang paling dicintai, melainkan siapa yang paling memberikan rasa aman dan kelangsungan hidup, terutama bagi anak di bawah 5 tahun.

Sangat wajar jika orang tua, terutama yang "tidak disukai" pada momen tertentu, merasa sedih atau mengambil preferensi balita secara pribadi. Namun, penting untuk diingat bahwa ini adalah fase normal dan sementara dalam perkembangan anak, bukan berarti anak tidak mencintai Anda atau sengaja menyakiti perasaan.

Balita belum memiliki kecanggihan emosional untuk memahami dampak tindakan mereka terhadap perasaan orang lain. Mereka bertindak berdasarkan kebutuhan dasar akan keamanan dan kenyamanan. Oleh karena itu, hindari menyalahkan diri sendiri atau pasangan atas situasi ini.

Validasi emosi balita Anda, tetapi tetaplah tegas pada batasan yang telah ditetapkan. Misalnya, jika balita hanya ingin ibu memakaikan baju, ibu dapat berkata, "Aku juga sayang Ayah. Dia sangat menyenangkan dan membuatku tertawa juga, tapi aku yang akan memakaikanmu baju hari ini. Kamu mau baju merah atau hijau?" Konsistensi dalam menindaklanjuti keputusan, seperti "Giliran Ayah untuk menidurkanmu malam ini," sangat penting untuk membantu anak beradaptasi.

Dedikasikan waktu satu-satu yang berkualitas untuk orang tua yang "tidak disukai" guna membangun koneksi yang lebih dalam. Waktu ini bisa sesederhana berjalan-jalan bersama, berbelanja, atau sekadar bermain di taman. Momen-momen intim ini membantu anak mengembangkan ikatan khusus dengan kedua orang tua.

Libatkan kedua orang tua dalam rutinitas harian anak. Bagikan tugas seperti membaca cerita sebelum tidur, memandikan, atau bermain bersama. Pastikan setiap orang tua memiliki peran yang jelas agar anak melihat keduanya sebagai pengasuh yang teratur dan dapat diandalkan. Jika satu orang tua cenderung menangani sebagian besar tugas, cobalah membagi atau melakukannya bersama.

Saling mendukung antar orang tua adalah kunci. Orang tua yang "disukai" harus secara aktif melibatkan pasangannya dalam interaksi dengan anak. Misalnya, jika balita menuntut ibu untuk menyiapkan tidur, ibu bisa mengatakan bahwa ia akan memandikan, tetapi ayah yang akan membantu memakai piyama. Gunakan nada suara yang positif dan ramah saat berbicara tentang pasangan, hindari mengeluh atau menunjukkan frustrasi di depan anak.

Tetapkan batasan dan bersikaplah konsisten. Orang tua perlu bekerja sama untuk menyusun aturan yang jelas dan mematuhinya. Jangan menyerah pada tuntutan anak hanya karena mereka menangis atau tantrum. Ingatlah bahwa fase ini cenderung berlalu seiring anak membangun keterampilan bahasa dan kemandirian. Bersabarlah, karena preferensi ini bisa bergeser bolak-balik antar orang tua.

Penting juga untuk menghindari manipulasi emosional. Jangan berkata, "Itu menyakiti perasaan Ibu ketika kamu mengatakan itu." Tugas orang tua adalah mengajari anak regulasi emosi dan menyediakan ruang aman untuk perasaan mereka, bukan menjadikan mereka penjaga emosi kita. Jika preferensi ini menyebabkan masalah signifikan, jangan ragu mencari bantuan profesional.