Kapan Anak Membutuhkan Kamar Sendiri? Ini Usia Ideal dan Manfaatnya

Sahabat Fimela, para ahli memiliki pandangan yang bervariasi mengenai usia ideal anak untuk mulai tidur di kamar terpisah atau memiliki kamar sendiri. Banyak ahli menyarankan bahwa anak-anak mulai siap tidur di kamar sendiri antara usia 2 hingga 3 tahun. Pada usia ini, anak mulai mengembangkan rasa kemandirian dan mampu memahami rutinitas tidur yang konsisten.

Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., dari Klinik Anak Mandiri, menjelaskan bahwa idealnya anak mulai dibiasakan tidur di kamar sendiri pada usia 3 tahun. Sementara itu, Halodoc merekomendasikan orang tua bisa mulai mengajarkan anak tidur sendiri sejak berumur 4 tahun, dan paling lambat pada usia 12 tahun. dr. Tri Gunadi dari Klinik Tumbuh Kembang Anak YAMET menambahkan, usia sekolah dasar (sekitar 6-7 tahun) adalah fase paling tepat untuk melatih kemandirian anak, termasuk dengan memberikan anak kamar sendiri.

Secara umum, anak sebaiknya sudah terbiasa tidur di kamar sendiri sejak usia 5 hingga 8 tahun. Sangat tidak disarankan anak tetap tidur bersama orang tua jika sudah berumur 8 tahun ke atas, apalagi jika telah memasuki usia pubertas. Meskipun tidak ada patokan usia yang pasti, semakin dini anak dipersiapkan tidur sendiri, akan semakin mudah membiasakannya.

American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar bayi tidur di ruangan yang sama (room sharing) bersama orang tua, bukan berbagi ranjang (bed sharing), hingga usia 6 bulan atau 1 tahun untuk mengurangi risiko sindrom kematian bayi mendadak (SIDS). Namun, sebuah penelitian menemukan bahwa bayi yang berbagi kamar dengan orang tuanya setelah usia empat bulan cenderung kurang tidur di malam hari dan lebih sering terbangun. Dalam Islam, terdapat pula petunjuk tentang pemisahan tempat tidur bagi seorang anak, seperti dalam hadis Rasulullah SAW yang bersabda, "Perintahkanlah anak-anak kalian untuk salat ketika mereka umur tujuh tahun, dan pukullah jika mereka telah berumur sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka." (HR. Abu Daud).

Memberikan anak kamar sendiri memiliki banyak manfaat positif bagi tumbuh kembangnya dan juga bagi orang tua. Manfaat ini mencakup aspek kemandirian, kualitas tidur, hingga dukungan terhadap hubungan orang tua.

• Melatih Kemandirian dan Tanggung Jawab: Anak akan belajar menjadi mandiri ketika dia memiliki kamarnya sendiri. Memiliki kamar sendiri merupakan langkah pertama mengajarkan kemandirian jelang anak memasuki masa pubertas. Dengan tidur sendiri, anak belajar menghadapi rasa takut, mengelola emosi, dan menyadari bahwa mereka mampu menyelesaikan tantangan kecil tanpa bantuan langsung orang tua. Anak yang tidur sendiri juga menunjukkan perkembangan sosial-emosional yang lebih stabil dan lebih mudah beradaptasi di lingkungan baru. Ini juga melatih anak untuk bertanggung jawab terhadap kebersihan atau kerapihan dan keutuhan barang miliknya.
• Meningkatkan Kualitas Tidur: Anak-anak yang belajar tidur sendiri sejak dini cenderung memiliki kualitas tidur yang lebih baik. Bayi cenderung tidur lebih nyaman dan lebih lama jika mereka memiliki ruang sendiri, serta mengurangi gangguan tidur. Tidur yang cukup dan berkualitas sangat berpengaruh terhadap kemampuan kognitif anak, membuat otak lebih siap menerima pelajaran dan meningkatkan konsentrasi.
• Mengajarkan Konsep Privasi: Saat usia sekolah dasar, anak sudah mulai membutuhkan privasi, misalnya ketika dia mau menulis diari, atau ketika dia sedang ingin belajar sendiri. Anak perlu belajar konsep bahwa setiap orang memerlukan "ruang sendiri" atau privasi untuk mengolah perasaan, perilaku, atau segala informasi yang didapat dari luar. Terutama saat anak memasuki masa pubertas, mereka membutuhkan ruang pribadi karena mengalami berbagai perubahan pada tubuhnya.
• Mendukung Hubungan Orang Tua: Orang tua bisa lebih tenang melakukan aktivitas intim ketika anak sudah tidur di kamarnya sendiri. Anak yang tidur di ranjang orang tua setiap malam bisa mengganggu keintiman antara suami dan istri. Ketika anak tidur di kamar sendiri, orang tua bisa memiliki waktu pribadi untuk beristirahat, merencanakan kegiatan harian, atau bahkan bekerja dari rumah dengan lebih tenang.

Sahabat Fimela, ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa anak sudah siap untuk memiliki kamar sendiri. Perhatikan indikator berikut untuk mengetahui kesiapan si kecil:

• Anak mampu tidur sepanjang malam tanpa terbangun.
• Anak menunjukkan minat untuk tidur di kamarnya sendiri.
• Anak mampu mengatasi ketakutan ringan seperti gelap.
• Anak bisa menenangkan dirinya sendiri saat terbangun.
• Anak mulai menunjukkan sikap mandiri, misalnya ingin melakukan aktivitas tanpa ditemani.
• Anak sudah menyelesaikan toilet trainingnya, artinya sudah bisa bangun dan pergi ke toilet sendiri untuk buang air kecil saat terbangun tengah malam.

Proses transisi anak untuk tidur di kamar sendiri sebaiknya dilakukan secara bertahap dan tidak mendadak. Lakukan secara perlahan agar anak tidak merasa "disisihkan" atau dipaksa. Libatkan anak dalam persiapan, ajak anak untuk memilih warna cat, motif sprei, atau penempatan perabot kamar agar ia antusias dan merasa memiliki.

Mulai dengan tidur siang di kamarnya sendiri terlebih dahulu agar ia familiar dengan lingkungan baru. Dampingi di awal, duduk di samping anak sampai ia merasa nyaman dan tertidur. Buat rutinitas tidur yang konsisten, seperti membaca buku, mendengarkan musik tenang, atau berdoa. Berikan pengertian dan jelaskan manfaatnya, gunakan buku cerita tentang anak yang berani tidur sendiri atau jelaskan keuntungan yang akan ia nikmati, seperti memiliki ruang lebih leluasa.

Tetap tegas dan konsisten; jika anak menyusul ke kamar orang tua, ajak dan temani ia kembali ke kamarnya dengan lembut. Puji keberanian anak atas keberaniannya karena tetap tenang di tempat tidur sendiri. Untuk bayi atau anak kecil, penggunaan baby monitor dapat membantu orang tua memantau kondisi anak. Meskipun anak sudah tidur sendiri, tetap luangkan waktu bersama menjelang tidur, seperti membacakan cerita, untuk menjaga kehangatan hubungan keluarga.