Fimela.com, Jakarta Perfeksionisme sering kali terlihat seperti ambisi kuat dan bagus dimiliki seseorang, tapi perlu diketahui juga bahwa di baliknya tersembunyi tekanan besar untuk selalu benar, selalu berhasil, dan tidak pernah gagal di mata orang lain dan diri sendiri. Orang dengan kecenderungan perfeksionis cenderung menetapkan standar yang sangat tinggi, bahkan tidak realistis untuk diri sendiri maupun orang lain. Tak jarang, mereka merasa kesalahan kecil adalah kegagalan besar, yang kemudian menimbulkan rasa cemas, frustasi, dan rasa tidak pernah cukup dalam segala hal.
Meskipun perfeksionisme kadang bisa memotivasi, dalam jangka panjang justru bisa sangat melelahkan, membuat seseorang sulit merasa puas, bahkan menghindari tantangan karena takut gagal. Nah, kabar baiknya: sifat ini bisa diubah meskipun butuh waktu.
Advertisement
Dalam artikel ini, kami akan membagikan 5 strategi sederhana dan penuh kasih dari sudut pandang seorang terapis yang sudah dirangkum dari sumber terpercaya thatssowell.com, untuk membantu kamu melepaskan beban “selalu harus sempurna” dan mulai menjalani hidup dengan lebih ringan dan apa adanya. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!
Advertisement
1. Kenali Kecenderungan Perfeksionis
Langkah pertama untuk mengubah apa pun tentang diri kamu adalah dengan menyadari pikiran dan perilaku perfeksionis yang bersemayam di dalam diri. Beberapa cara yang bermanfaat untuk melakukannya adalah dengan memeriksa pikiran dan perasaan secara teratur. Jika kamu menyadari bahwa ternyata kamu mengalami emosi negatif, maka langsung sadari saat kamu memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap diri sendiri dan orang lain. Tetapkan standar yang tidak realistis untuk diri sendiri, terlalu banyak mengkritik kesalahan, atau merasa cemas karena tidak sempurna.
2. Tantang Pikiran Perfeksionis
Pertanyakan keyakinan yang memicu perfeksionisme kamu sendiri. Tanyakan pada diri, apakah harapan yang masuk akal dan apakah perlu untuk menjadi sempurna dalam setiap situasi. Pertimbangkan dampak perfeksionisme kamu terhadap kesejahteraan dan hubungan. Seperti yang dibahas di atas, perfeksionisme tidak selalu didasarkan pada harapan kita sendiri, terkadang keinginan kita untuk menjadi sempurna datang dari tempat lain. Periksa diri dan tanyakan pada diri sendiri, milik siapakah pikiran-pikiran ini? Apakah itu milik saya? Apakah saya mendengarnya dari seseorang saat tumbuh dewasa? Apakah ini pikiran atau keyakinan yang masih ingin saya pegang?
3. Tetapkan Tujuan yang Realistis
Banyak orang perfeksionis yang kesulitan menetapkan tujuan yang tidak realistis. Tak pelak lagi, saat kamu tidak mencapai tujuan yang tidak realistis tersebut, kamu akan mengalami keraguan diri dan serangkaian emosi tidak nyaman lainnya. Daripada terus-menerus terjebak dalam siklus yang membuat gagal sejak awal, dapatkah kamu meluangkan waktu untuk menetapkan tujuan yang realistis? Untuk melakukannya, fokuslah untuk memulai dari hal yang sangat kecil. Lebih kecil dari yang kamu kira, setelah mencapainya, kamu dapat langsung menambahkannya dari sana.
4. Merangkul Ketidaksempurnaan
Mungkin hal ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan ketika kamu sedang berjuang melawan sifat perfeksionisme. Namun, ketika kamu mengubah pola pikir ke tempat yang memahami dan menerima bahwa kesempurnaan adalah cita-cita yang tidak dapat dicapai dan bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan membuat kesalahan, keajaiban terjadi. Cara yang bagus untuk mengubah pola pikir adalah dengan mempraktikkan pembingkaian ulang. Membingkai ulang cara kamu memandang kesalahan dapat berdampak besar pada rasa diri dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Prioritaskan Perawatan Diri dan Relaksasi
Banyak orang perfeksionis yang bekerja dengan saya memiliki jadwal yang sangat padat dan merasa mereka hanya berhasil ketika mereka "produktif." Hal ini biasanya tidak menyisakan banyak waktu untuk perawatan diri dan relaksasi yang akhirnya menyebabkan kelelahan. Cara yang bagus untuk melawan kecenderungan perfeksionis adalah dengan berfokus pada penciptaan waktu bagi diri sendiri untuk memperlambat dan melakukan hal-hal yang memicu kegembiraan.
Bonus lainnya, saat kita meluangkan waktu untuk perawatan diri dan relaksasi, kita cenderung merasa kurang stres dan cemas. Pernahkah kamu memperhatikan bahwa saat kamu merasa sangat cemas, kecenderungan perfeksionis cenderung benar-benar meningkat? Itu bukan suatu kebetulan. Saat kita berjuang melawan perfeksionisme yang tidak sehat, keduanya bekerja sama untuk membuat kamu merasa kewalahan dan stres.
Demikianlah, beberapa tips yang bisa kamu terapkan pada diri perfeksionismu agar bisa terlepas darinya.