Megan Fox Keluhkan Foto Profil AInya yang Diseksualisasikan oleh Aplikasi Viral

Megan Fox menggunakan Lensa AI. Foto: Instagram.

Fimela.com, Jakarta Kamu mungkin juga telah melihat, bahkan mengikuti tren terbaru yang beredar di media sosial. Orang-orang membagikan foto AI diri mereka sendiri, yang dibuat menggunakan aplikasi bernama Lensa AI.

Pengguna cukup mengunggah foto selfie mereka dan dalam hitungan detik, mereka akan melihat avatar animasi yang realistis. Sayangnya, ada banyak kritik terhadap foto AI yang dibuat, karena orang-orang mulai menyebutnya 'melanggengkan misogini' dan 'seksualisasi' perempuan.

Salah satunya adalah Megan Fox, yang mengunggah foto dirinya ke Instagram dan menuliskan, "Were everyone’s avatars equally as sexual? Like, why are most of mine naked??" Megan Fox membagikan serangkaian gambar yang dibuat aplikasi untuknya dan banyak dari foto tersebut sangat menonjolkan belahan dadanya.

Bahkan ada gambar yang menunjukkannya tampak telanjang bulat. Banyak pengikut Megan Fox dengan cepat menjelaskan bahwa aplikasi tersebut menghasilkan gambar dari apa yang telah diunggah sebelumnya di Instagram oleh pengguna dan bahwa mungkin hasilnya didasarkan pada jenis gambar yang dipilih pengguna untuk dibagikan di masa lalu.

TERKAIT: Feminin Berkelas di Barcelona, Gaya Liburan Shandy Aulia dengan Sentuhan Dior & Chanel Bernilai Ratusan Juta

TERKAIT: Park Bo-gum Resmi Jadi Brand Ambassador OMEGA, Pancarkan Maskulinitas Elegan Lewat Jam Tangan Rp153 Juta

Megan Fox menggunakan Lensa AI

Seseorang menulis, "I think it depends on how you choose your selfie photos, the results are from your own sent pictures to the application."

Lainnya menulis, “Because that’s how you show yourself.”

Sebenarnya sisi yang paling menakutkan dari semua ini, dalam sebuah esai untuk Wired karya penulis Olivia Snow, ia mengatakan bahwa aplikasi ini mencampurkan foto masa kecil dan selfie saat ini ke aplikasi, tapi menghasilkan foto remaja yang hampir telanjang dan terkadang wajah kanak-kanak, tapi tubuh orang dewasa. Bagi banyak perempuan, aplikasi ini melanggar hak mereka, melanggengkan misogini, dan didasarkan pada etika yang goyah, mendorong semua orang untuk berhenti menggunakannya.