Suka Beli Buku dan Suka Menumpuk tanpa Membacanya? Bisa Jadi Kamu Alami Tsundoku

Strategi marketing memang luar biasa dilakukan untuk menarik perhatianmu. Apalagi untuk pecinta buku di mana ada momen di situlah mereka berbondong membeli buku baru. Baik buku baru ataupun yang sebelumnya sudah dibeli, mereka masa bodo dan hanya memikirkan “yang penting membeli buku baru” Apakah kamu termasuk demikian? Bisa jadi kamu punya kebiasaan bernama tsundoku.

Tsundoku berasal dari bahasa Jepang, dilansir melalui BBC dan The Jakarta Post kata “Tsundoku” berasal dari kalimat bahasa Jepang yaitu “tsumu” atau mengumpulkan dalam artian menumpuk, dan “Dokusho” atau kebiasaan membaca. Kata ini sudah lama ditemukan sejak zaman era Meiji. 

Uniknya, orang Jepang sendiri sama sekali tidak memiliki kebiasaan tsundoku ini. Hal ini dikarenakan karena kedisiplinan mereka sudah tinggi dan ditanamkan sejak dini.

“Di Jepang sendiri mereka sudah terbiasa untuk disiplin dalam merapikan buku-buku. Kebanyakan dalam sirkel pertemanan Jepang, orang-orang Jepang juga selalu tertata dan pandai merawat barang. Mungkin ada satu atau dua orang yang suka menumpuk barang termasuk buku, tetapi orang seperti itu jarang ditemukan," ujar Aang Hudaya yang dilansir melalui The Jakarta Post.

Istilah suka menumpuk buku yang mirip dengan tsundoku juga dikenal dengan nama “Bibliomania." Masih banyak juga orang yang salah dengan istilah bibliomania ini karena menyamakan dengan tsundoku. Ternyata kedua kata tersebut memiliki makna yang berbeda. 

Jika tsundoku mengarah pada ketidaksengajaan menumpuk buku-buku yang ingin dibaca namun berujung tidak sempat, bibliomania mengacu pada kondisi seseorang untuk mengkoleksi buku secara berlebihan yang mengarah pada tingkat kerusakan kemampuan komunikasi serta kesehatan tubuh. 

Keduanya bisa jadi berbahaya sebab dengan mengalami tsudoku, buku-buku yang ditumpuk akan menyebabkan debu serta tumpukan kotoran lain. Dan dengan mengalami bibliomania dapat menyebabkan kerusakan fatal pada kemampuan sensorik serta sosial. Contoh kasus tsundoku pernah dialami oleh pria bernama Frank Roses. Dilansir melalui laman resmi Mizan, Frank Roses memiliki 13000 buku yang belum ia baca dan biarkan ditumpuk. Jumlah yang sangat fantastis. 

Tsundoku dapat terjadi pada siapa saja. Umumnya, tsundoku ini dialami oleh pekerja yang sudah berpenghasilan. Melalui penghasilan yang didapatkan, mereka dapat membeli buku baru. Namun karena waktu yang tidak cukup, buku-buku tersebut malah menumpuk dan memenuhi sudut ruangan. 

Jika kamu sudah terlanjur membeli buku terlalu banyak, kamu bisa selesaikan bacaan bukumu yang belum selesai sebelum membeli yang baru. Hitung-hitung kamu bisa menghemat uang dan mendapatkan pengetahuan baru dari buku-buku tersebut. 

Dan setelah kamu selesai membaca buku, jika tidak ingin kamu simpan, kamu bisa menyumbangkannya ke perpustakaan di sekolah, kampus, bahkan di daerahmu. Selain itu, kamu juga bisa menjual kembali dengan membuka prelove. Banyak pecinta buku yang melakukan prelove. Dengan uang tersebut kamu bisa membeli buku baru ataupun membeli barang lain yang kamu rasa butuhkan.

Penulis: Tisha Sekar Aji.

Hashtag: #Breaking Boundaries