Sukses

Lifestyle

Memaafkan Bisa Melapangkan Dada sebab Tak Ada Manusia yang Sempurna

Fimela.com, Jakarta Punya cerita mengenai usaha memaafkan? Baik memaafkan diri sendiri maupun orang lain? Atau mungkin punya pengalaman terkait memaafkan dan dimaafkan? Sebuah maaf kadang bisa memberi perubahan yang besar dalam hidup kita. Sebuah usaha memaafkan pun bisa memberi arti yang begitu dalam bagi kita bahkan bagi orang lain. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela: Sambut Bulan Suci dengan Maaf Tulus dari Hati ini.

***

Oleh: Hasrianti Silondae - Minahasa Utara

Memaafkan seperti Rasulullah

Bulan Ramadan karim sudah di sisi. Seperti biasanya aku menjadikan bulan ini sebagai momentum evaluasi diri. Kuevaluasi diri, karakter apa saja selama ini yang terkadang membuat diri emosional di luar bulan Ramadan. Aku selalu mengenali karakter yang ‘agak’ perfeksionis ini. Yah. Karena sifat ingin sempurna dalam segala sesuatu, termasuk mengenai kedisplinan dalam agenda tertentu menyebabkan diriku terkadang mencak-mencak, marah, dan kecewa. Aku ingat, ternyata aku kerap kali kecewa pada kekasihku sendiri, si Mas.

Ketika aku ada keperluan di luar rumah, dan suami sudah berjanji akan mengantarku jam sekian, ternyata beliau bukannya tepat waktu, tetapi memilih menyelesaikan dahulu pekerjaannya meski pekerjaan itu bisa ditunda. Hasilnya, terkadang kami berdebat meski sejam kemudian kami sudah tersenyum satu sama lain. Entahlah. Aku sudah berulang kali memahami orang lain untuk hal seperti ini. Akan tetapi, aku selalu bisa kembali pada diriku dan menemukan seribu alasan bahwa aku tidaklah bersalah dalam hal ini. Bahwa orang mesti belajar menghargai waktu dan janjinya kepada orang lain.

Suatu hari ada jadwal yang harus aku tepati. Aku sudah teramat gelisah di dalam rumah. Sesekali mataku menoleh ke jalan. Berharap suamiku segera datang sebab beliau juga sudah menyanggupi kalau bisa mengantarku tepat waktu. Posisiku dengan anak-anak dan transportasi yang jarang di tempatku saat itu, membuatku sangat bergantung pada suami untuk diantar kemana-mana.

Suami akhirnya bisa mengantarku, meski waktunya kelewat jauh. Bawaan perempuanku sih akhirnya ngomel-ngomel juga. Aku memang tak bisa diam kalau sudah menyangkut waktu. Akan tetapi, perisitiwa nahas hari itu, akhirnya mengubah pandanganku 180 derajat bahwa memaafkan dan memahami kesalahan ataupun kekurangan orang sekecil apapun akan membawa kedamaian dan keselamatan.

 

Mengalami Kecelakaan

Tujuan perjalanan kami masih sangat jauh. Tetapi, saat belokan, tiba-tiba suamiku menginjak rem mobil karena menghindari pengendara motor yang melaju melawan arah kendaraan kami. Suara ban yang mengiris aspal mengiringi keterkejutan dan zikir kami saat itu. Ya Allah, kami berempat di dalam mobil, bersama kedua putri kami yang saling tumpang tindih satu sama lain. Jantungku serasa copot menyadari bahwa mobil terguling dua kali dan posisi kepala kami di bawah.

Orang-orang berkerumun dan mengeluarkan kami dari dalam mobil sambil bertakbir. Kami diantar ke rumah salah satu warga dan diberikan air minum seraya diingatkan untuk tetap berzikir sebab dengan pertolongan-Nya. Alhamdulillah, kami selamat dari kecelakaan. Sembari menenangkan diri dan memeriksa kondisi anak-anak, kami lihat beberapa warga berusaha mengembalikan posisi mobil yang terbalik. Alhamdulillah, kondisi mesin masih memungkinkan kami melanjutkan perjalanan.

Sepanjang jalan kami berempat saling meminta maaf dan mengingatkan untuk berzikir. Sejak saat itu, aku berusaha menjadikan momen itu sebagai pelajaran yang amat berharga. Meski suamiku juga tidak bisa seratus persen sempurna sesuai harapanku, aku berusaha melapangkan dada, menenangkan diri bahwa ketika ada saja hambatan sekecil apapun dalam setiap urusan kita, mungkin di situ terselip hikmah pertolongan Allah untuk menghindarkan diri kita dari sesuatu yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk senantiasa bersyukur dan bersabar dengan segala keadaan. Boleh jadi, sesuatu itu baik bagi kita, tetapi buruk di mata Allah, begitupun sebaliknya.

Melapangkan Dada

Maka dengan datangnya bulan mulia ini, aku ingin hatiku bersih layaknya embun. Memaafkan kesalahan orang dan diri sendiri adalah perbuatan mulia yang disukai Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada yang sempurna di muka bumi ini kecuali hanya Dia semata.

Aku teringat sebuah kisah tentang Rasul yang pernah berjanji dengan seseorang untuk bertemu di suatu tempat. Saat itu, beliau datang lebih awal dan matahari makin panas mengenai tubuh Rasulullah. Ketika akhirnya orang yang ditunggu datang juga, Rasul tidak marah kepadanya bahkan beliau mengatakan akan tetap menunggunya sampai beliau meninggal sekiranya orang tersebut tidak datang sampai ia menepati janjinya. Masya Allah. Pelajaran yang luar biasa dari manusia hebat Sang Al-Amin. Maka akhlak Rasulullah seharusnya diteladani bukan hanya pada orang yang berjanji tetapi juga pada orang yang menanti janji. Ya Allah, tolonglah hamba dan anggota keluargaku serta saudara-saudara kami untuk bisa meneladani Rasulullah SAW selama-lamanya. Aamiin.

 

Simak Video di Bawah Ini

#GrowFearless with FIMELA

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading