Sukses

Lifestyle

Into The Light, Komunitas Peduli Pencegahan Bunuh Diri

Fimela.com, Jakarta Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebut ada 100 ribu penduduk Indonesia bunuh diri setiap tahunnya. Itu berarti setiap satu jam, satu nyawa manusia di Indonesia melayang sia-sia.

Melansir laman dokterindonesiaonline, bunuh diri seringkali dilakukan akibat putus asa. Salah satu penyebabnya adalah stres dan depresi. Tekanan hidup berakibat gelap mata hingga akhirnya tak lagi melihat indahnya dunia dengan memilih mengakhiri hidup dengan berbagai cara.

Kondisi itu, membuat Benny Prawira bersama teman-temannya tergugah untuk membuat sebuah gerakan peduli kesehatan jiwa dan pencegahan bunuh diri di Indonesia bernama Into The Light.

Komunitas Into The Light yang didirikan sejak 2013, berupaya untuk memberikan edukasi dan memberikan pendampinagn bagi orang-orang yang putus asa.

"Di sekitar saya ada orang-orang yang pernah bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Kami sebagai komunitas memang memiliki concern di isu pencegahan bunuh diri secara spesifik. Karena kami sadar ini belum dilihat secara masif," ungkap Benny seperti diwartakan Liputan6.com.

Komunitas Into The Light | foto : facebook

Lewat media sosial, seminar, keliling sekolah dan kampus-kampus Benny dan komunitasnya berkampanye untuk peduli kesehatan jiwa. Mereka juga mendampingi secara gratis orang orang yang terjerat depresi hingga berupaya bunuh diri.

"Kami selama ini patungan kalau memang bener-bener tidak bisa cari tempat gratis. Fasilitator kami menggunakan orang dalam sendiri," ungkap Benny.

Menyoal pria yang gantung diri dengan menyiarkan secara langsung aksi bunuh dirinya lewat fecbook, Jumat (17/3/2017), komunitas Into the Light mengimbau untuk tidak menyebarkan video tersebut dikarenakan takut dapat memicu pemikiran serupa kepada orang yang memiliki kondisi kejiwaan serupa.

Komunitas Into The Light | foto : facebook

Menurut Komunitas Into the Light, hal itu disebut sebagai Werther effect yang dapat berpotensi bunuh diri imitasi.

“Mohon juga untuk tidak berkomentar negatif dan membuat asumsi yang merendahkan apalagi menghakimi orang yang bunuh diri. Hinaan, hujatan, penghakiman dan komentar negatif lainnya ini tidak hanya berhenti kepada orang yang meninggal karena bunuh diri, tapi dapat dibaca oleh orang lain yang mungkin memiliki kondisi kejiwaan serupa. Orang dengan kecenderungan bunuh diri yang membaca komentar menghakimi/negatif tentang bunuh diri dapat membuat mereka semakin enggan mencari bantuan, padahal kondisi mereka sangat dapat dibantu dengan perawatan yang tepat. Mari kita lebih bijaksana dalam menggunakan media sosial untuk menjaga kehidupan bersama,” tulis komunitas Into the Light Indonesia di facebook.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading