Sukses

Lifestyle

Perlukah Privasi Di Tempat Kerja?

Rekan kerja tahu Anda semalam kencan romantis? Ya, dia mengetahuinya dari Facebook. Kian bersinggungannya urusan pekerjaan dan pribadi, perlu ada batasan yang tepat.

Sudah Jumat petang, dan rekan-rekan kerja Anda bergantian membicarakan rencana akhir pekan seru mereka. Kebetulan, Sabtu besok, Anda akan mengadakan bachelorette party untuk seorang sahabat dekat yang melibatkan seorang stripper. Hmmm... Bingung apakah Anda perlu berbagi informasi tersebut dengan rekan-rekan kerja? Perasaan yang wajar, kok. Kadang kita menjadi ragu hal-hal apa saja yang perlu dibicarakan dengan teman kerja, dan mana yang baiknya disimpan sendiri.

“Kebangkitan social media telah membuat hidup semua orang menjadi lebih dekat dan membaur. Anda menjadi ‘transparan’,” ujar Amy Jo Martin, pakar social media dan penulis buku Renegades Write the Rules. Segi positifnya adalah Anda akan dengan mudah memamerkan diri, namun tetap harus berhati-hati agar tidak melangkah terlalu jauh. Tak hanya di social media, urusan pribadi tetap perlu dikontrol di manapun Anda berada, terutama di lingkungan kantor, karena dari situlah profesionalitas Anda diuji. Berikut ini adalah tiga situasi yang rawan too-much-information, dan Cosmo akan mengajak Anda untuk berlatih menahan diri agar tidak perlu mengungkapkan terlalu banyak hal yang kurang relevan tentang diri Anda. Simak!

Saat Berbicara Dengan Bos

Anda ingin mengakrabkan diri dengan si bos. After all, jika Anda berhasil menemukan kesamaan yang sifatnya personal, maka kans si bos untuk menyukai Anda pun akan bertambah besar. Tapi bukan berarti Anda harus berbagi segala hal dengannya, mulai dari petualangan kencan Anda sampai bisnis online shop yang sedang dirintis. “Atasan tentu ingin mengetahui banyak tentang Anda, tapi tidak sebanyak itu. Tetaplah profesional dan hindari terlalu banyak berbagi informasi tentang hal-hal di luar urusan kantor,” jelas pakar workplace-relationship, Courtney Anderson. Bahkan kalau atasan Anda supercool dan tak segan untuk menceritakan kehidupan pribadinya, jangan menganggap itu sebagai kode agar Anda melakukan hal yang sama. Untuk lebih mudahnya, camkan aturan ini: Lakukan setengah dari yang ia lakukan. Jika si bos membagi dua hal pribadinya dalam satu hari, maka Anda hanya boleh menceritakan satu saja. Kalau dalam seminggu ia hanya menjadi “ekstra akrab” satu kali saja, maka simpan cerita Anda untuk lain kesempatan.

Dan...jangan pernah mengangkat hal-hal pribadi kepada atasan secara tiba-tiba; sampaikan informasi tersebut setelah dia mulai terlebih dahulu. “Dengan cara itu, apapun cerita Anda akan mengalir secara alami dan kasual dalam percakapan,” ujar Courtney. Simpan topik-topik pribadi yang sifatnya terlalu berat atau serius – seperti ayah yang alkoholik atau kekasih yang  bipolar – kepada teman-teman dekat Anda saja. Hanya ada satu pengecualian: Anda bisa menceritakan hal pribadi yang serius kepada atasan apabila hal tersebut secara langsung memenuhi kinerja Anda di kantor. Tapi tetap, jangan terlalu terbuka. Katakan saja, “Sebetulnya keluarga saya sedang menghadapi masalah yang cukup besar, jadi saya harus bolak-balik mengurusinya. Tapi saya selalu berusaha menyelesaikan semua tanggung jawab saya di kantor.” Pasti atasan akan sangat menghargai kejujuran dan profesionalisme Anda yang tetap berusaha mengutamakan tanggung jawab pekerjaan.

Saat Bersosialisasi dengan Rekan Kerja

Tantangan menghadapi rekan kerja jauh lebih besar dibandingkan bos karena godaan untuk berbagi hal-hal pribadi kepada mereka juga jauh lebih kuat. Usia mereka yang masih sepantaran tentu membuat Anda jauh lebih nyaman untuk memperlakukan mereka tak jauh beda dengan teman-teman di luar kantor. “Jika kolega-kolega Anda sedang berkumpul saat makan siang dan saling bertukar gosip, sangat wajar jika Anda ingin terlibat di dalamnya,” ujar pakar strategi personal branding, Kirsten Vernon, yang juga penulis buku Career Distinction. Namun sesuka apapun Anda dengan rekan kerja, jangan pernah benar-benar terbuka di depan mereka, karena bukan tak mungkin mereka akan menggunakan informasi yang Anda bagi untuk menjatuhkan.

Misalkan saja Anda bergunjing tentang si bos dengan teman favorit Anda di kantor, dan beberapa bulan kemudian ternyata Anda berdua bersaing untuk posisi pimpinan proyek. Well, kini dia punya amunisi untuk mengalahkan Anda demi ambisinya. Tentu saja, Cosmo tidak bermaksud mengatakan bahwa Anda tak boleh percaya dengan siapapun di kantor. Apalagi kalau Anda sedang berada di bar dengan mereka  sepulang kerja. Alkohol bisa membuat lepas kontrol. Gunakan trik ini: Pause sebelum Anda berbicara. “Terdengar mudah, tapi saat Anda ingin mengatakan sesuatu kepada mereka, berhentilah dan ingatkan diri Anda kembali bahwa mereka bukan sekadar teman saja, melainkan juga rekan kerja,” saran Kirsten. Dan jika Anda memilih untuk menyimpan semua kehidupan pribadi dari rekan-rekan kerja, namun tak ingin dibilang membosankan dan dijauhi, dengarkan saja cerita-cerita mereka dan coba terlibat dengan melontarkan banyak pertanyaan atau komentar saat mereka sedang sharing.

Saat Online

Tak diragukan lagi bahwa sosial media telah menjadi bagian penting tak hanya dalam kehidupan pribadi juga kehidupan profesional. Bahkan tak sedikit pula perusahaan yang mewajibkan karyawannya untuk follow atasan dan klien-klien penting mereka agar bisa tetap up-to-date mengenai kabar-kabar terbaru di dunia industri. Konsekuensinya, setiap tweet yang cerdas positif tentu akan menambah poin profesional Anda di mata bos dan klien. Sebaliknya, mem-posting segala sesuatu yang ada di dalam kepala Anda tentu bisa membahayakan karier Anda. Coba gunakan guideline praktis berikut ini untuk membantu Anda bersosialisasi di dunia digital:

  1. Twitter merupakan social network terbaik bagi para profesional. Follow atasan dan rekan-rekan kerja Anda, posting tweet-tweet yang cerdas akan pengamatan Anda terhadap hal-hal aktual, dan retweet hal-hal menarik yang berhubungan dengan bidang kerja Anda. Jika ingin menulis sesuatu yang bersifat personal, perhatikan agar tidak terlalu banyak dan sering.
  2. Facebook posisinya ada di area abu-abu. Fungsi utamanya adalah untuk menjaga hubungan dengan teman-teman dan keluarga, tapi friend request dari teman kerja tentu tak akan terhindari. Terima saja request tersebut, tapi atur dulu privacy setting-nya agar mereka tidak bisa melihat konten-konten Facebook yang sifatnya personal. Kelompokkan mereka dalam satu grup dan blok akses ke personal stuff Anda. Bingung? Minta tolong pasangan Anda mengaturkannya.
  3. Instagram? Uh, untuk yang satu ini lebih baik dijaga agar tetap personal. Foto-foto saat clubbing bersama the girls pasti bakalan muncul di akun ini, dan Anda akan sangat menyesal kalau si bos dan rekan-rekan kerja melihatnya.
  4. Path sama seperti Instagram, sebaiknya jauhkan rekan kerja dan bos Anda dari social media yang sedang naik daun ini. Lagipula, jumlah teman di Path dibatasi hanya 150 orang saja, jadi jika ada friend request dari teman kantor, katakan saja, “Maaf, ternyata friend list saya sudah 150, makanya dari kemarin gagal terus saat mencoba menerima request kamu.” They’ll totally understand.

8 Hal Yang Sebaiknya Tidak Dibagi dengan Rekan Kerja

  1. Besarnya gaji. Jumlah gaji yang Anda peroleh adalah rahasia antara Anda dan Human Resources. Keterbukaan Anda membahas soal gaji menunjukkan ketidakmampuan Anda menyimpan rahasia.
  2. Sejarah medis. Tak perlu terus-terusan membahas soal penyakit Anda, operasi terakhir atau gangguan di Miss Cheerful. Bagi atasan, penyakit yang terus-terusan datang malah membuat Anda tampak lemah dan pengeluh.
  3. Gosip. Dengan siapapun Anda bergosip di tempat kerja, hampir bisa dipastikan apa yang Anda bicarakan akan disampaikan ke orang lain.
  4. Keluhan pekerjaan. Keluhan yang tak henti-henti mengenai beban kerjaan hanya akan membuat Anda dijauhi oleh rekan kerja lain yang menganggap aura Anda terlalu negatif dan kurang mau berusaha.
  5. Biaya hidup. Okay, gaya hidup Anda memang luar  biasa, tapi sebaiknya simpan informasi tersebut karena mereka malah akan mempertanyakan bagaimana Anda bisa membeli tas Chanel lansiran terbaru dengan gaji Anda.
  6. Politik atau agama. Setiap orang memiliki pandangan pribadi mengenai dua isu sensitif ini. Jangan sampai pendapat pribadi Anda membuat semua orang di kantor membenci Anda. Keep it to yourself.
  7. Percintaan. Putus, cerai, malam pertama, dan rencana kapan akan memiliki momongan harusnya hanya dibagi dengan orang-orang terdekat saja. Titik.
  8. Hangover dan pesta gila. Sah-sah saja kalau Anda melewatkan akhir pekan supercrazy bersama para sahabat, tapi jangan sampai menjadikannya sebagai bahan obrolan di hari Senin.

 

 Source : Cosmopolitan Edisi April 2013 halaman 217

(vem/cosmo/dyn)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading