Sukses

Lifestyle

Cerita Helvy Tiana Rosa: Di Geledah Hingga Batal Pergi Ke Amerika Karena Jilbab

Aksi teror yang terjadi di Jakarta pada Kamis 14 Januari 2016 kemarin membuat seluruh masyarakat di dunia merasa cemas dan khawatir. Hal ini tentu saja membuat para aparat keamanan menjadi lebih waspada dan siaga terhadap ancaman terorisme. Karenanya, tidak mengherankan jika nantinya tingkat keamanan di berbagai tempat termasuk tempat perbelanjaan dan perkantoran akan lebih diperketat, baik di Indonesia sendiri maupun di negara-negara luar. Hal ini memang wajar dilakukan agar keamanan tetap terjaga.

Pengalaman melalui pemeriksaan keamanan yang begitu ketat ini juga pernah dialami oleh seorang penulis novel sekaligus produser terkenal, Helvy Tiana Rosa, ia mengalami kondisi tersebut saat bepergian ke Amerika, paska terjadinya ledakan bom bunuh diri di gedung World Trade Center (WTC) New York City pada tanggal 11 September 2011 silam. Selepas kejadian itu, penjagaan super ketat dilakukan di Amerika terutama di Bandara. Helvy bercerita bahwa dirinya pernah mengalami diskriminasi di negara Paman Sam tersebut.

"Waktu tahun 2003 saya ke Amerika. Jilbab saya digeledah. Ya pernahlah diperiksa, itu sudah lama ya, tapi saya nggak mau lepas jilbab saya, akhirnya mereka menyuruh petugas perempuan mereka untuk menggeledah jilbab saya, karena saya nggak mau lepas jilbab," kata Helvy yang ditemui Vemale di kawasan Senayan Jakarta Pusat Jumat 15 Januari 2016.

Ia merasakan bagaimana pihak keamanan di Bandara mengintrogasi dirinya. Namun, Helvy mengatakan bahwa prosesnya tidak lama hanya sebentar saja. "Memang di geledah tapi didalam bilik perempuan. Prosesnya nggak lama, ya ditanya-tanya tapi karena kita orang baik-baik, saya ingin menunjukkan wajah Islam yang ramah," ucap wanita kelahiran 1970 itu.

Selain itu, produser sekaligus penulis novel "Ketika Mas Gagah Pergi" ini juga pernah merasakan hal yang sama pada tahun 2002, untuk pergi ke Amerika visanya tidak diperbolehkan memakai jilbab. "Saya pernah diundang ke Amerika tahun 2002, tapi visanya nggak boleh pakai jilbab, ya saya nggak pergi," jelasnya.

Menurut Helvy, teroris itu tidak mempunyai agama, tidak ada agama yang mengajarkan keburukan. Islam itu indah, hanya saja, tidak banyak orang yang tahu tentang wawasan keindahan dalam Islam, sehingga terciptalah suatu stereotype yang kurang menyenangkan bagi Islam.

(vem/yun/ama)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading