Sukses

Lifestyle

Duhai Pemilik Jiwa, Ikhlaskan Hati Ini Saat Malaikat Maut Menyapa

Bismillahirrahmanirrahim,

Kawan-kawanku semua, kali ini saya akan berbagi kisah tentang sahabat saya, Andrian Firdaus. Ia adalah sahabat yang sangat saya cintai, sahabat yang sangat saya sayangi. Tapi, mungkin karena Allah sudah tidak sabar lagi berjumpa dengan hamba yang ia rindukan ini, 22 Januari 2011 Allah memanggilnya. Beliau berpulang untuk selamanya.

Sungguh sedih menerima kabar beliau meninggal karena terlindas truk kontainer. Malam di mana saya kabarkan kepada teman-teman bahwa Andrian telah tiada, Anda tahu apa yang mereka tanyakan?

“Gamal, ini Andrian yang suara tilawahnya bagus itu kah?"
"Gamal, ini Andrian yang sering adzan di musala itu kah?"
"Gamal, ini Andrian yang suara qorinya itu baguskah?”
Begitulah pertanyaan-pertanyaan yang mengalir.

Foto: koleksi pribadi dr. Gamal Albinsaid

Sahabat saya ini memang dikenang dengan kepandaiannya melantunkan ayat suci Alquran dan hobinya mengumandangkan adzan. Tak heran kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam. Lalu, bagaimana dengan kita? Dengan cara apa dan bagaimana kita ingin diingat setelah meninggal nantinya?

Sesungguhnya mati adalah janji yang pasti akan ditepati aku, engkau, semua yang pernah menginjakkan kaki di bumi ini. Tak akan ada yang bisa lari darinya. Tapi lihatlah betapa kita lalai tuk mengingatnya. Seakan kita akan hidup untuk selamanya. Hingga terkadang kita lebih mengutamakan dunia yang hina dan fana ini.


Harta yang kita tumpuk. Ketampanan dan kecantikan yang kita sombongkan. Kecerdasan yang kita banggakan. Kekuasaan yang kita kejar. Semua itu tak akan berdaya. Semua akan kita tinggalkan.

Apa yang sudah kita persiapkan untuk menghadapinya? Pada akhirnya hanya ada 2 pilihan yang tersisa. Pertama, terlena oleh kehidupan dunia. Atau kedua, berjuang di sisa umur kita.

Duhai Pemilik Jiwa, jadikan hati ini ikhlas saat malaikat maut menyapa agar kematian terasa begitu indah.

Tidak terasa sekarang saya sudah berusia 26 tahun. Tanyakan kepada kakek kita yang berusia 70 tahun, kakek kita pun akan mengatakan hidup ini tidak terasa dan bilang, "Sekarang tiba-tiba saja kakek sudah berusia 70 tahun." Seperti itulah kehidupan, berlalu begitu cepat.

Oleh karena itu, tidak penting apa yang ada di belakang kita, sekelam apapun masa lalu, masa depan masih suci. Tidak penting apa yang ada di depan kita. Yang paling penting adalah kapasitas dan kompetensi diri kita untuk membuat kita siap menghadapi momentum apapun dalam hidup.

Ingatlah, detik ini ada jutaan penghuni kubur sedang merintih dan meminta kepada Allah, “Ya Tuhanku, kembalikan aku (ke dunia) agar aku dapat berbuat amal saleh yang telah aku tinggalkan." Allah menjawab, “Sekali-kali tidak bisa”.

Bagi saya, mengingat kematian adalah obat cinta dunia yang berlebihan.

*Artikel ini ditulis oleh dr. Gamal Albinsaid, CEO Indonesia Medika & Motivator Internasional.

#GamalBerbagi #MudaMendunia



(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading