Pyramus dan Thisbe – Cerita Cinta Yang Mengharukan

Apakah Anda suka membaca cerita cinta, Ladies? Jika iya, Anda harus membaca sebuah cerita cinta yang sangat mengharukan antara Pyramus dan Thisbe.

Dikisahkan dalam laman amolife.com, Pyramus adalah seorang pemuda yang paling tampan di masanya. Ia memiliki seorang teman perempuan bernama Thisbe yang merupakan perempuan paling cantik pada saat itu. Keduanya merupakan idaman bagi setiap orang.

Pyramus dan Thisbe merupakan teman sejak kanak-kanak. Semakin mereka tumbuh dewasa, cinta di dalam diri mereka pada satu sama lain pun juga ikut tumbuh. Mereka jatuh cinta dan memelihara cinta yang mereka rasakan itu hingga mereka dewasa.

Namun, terdapat satu tantangan besar dalam cinta mereka tersebut. Tantangan tersebut adalah tidak setujunya kedua orang tua mereka pada hubungan yang telah mereka jalin tersebut. Orang tua dari Pyramus dan Thisbe menentang habis-habisan hubungan keduanya dan meminta mereka berdua untuk berpisah.

Karena memikirkan untuk tidak bersatu sudah cukup menyiksa batin keduanya, Pyramus dan Thisbe pun memutuskan untuk melarikan diri berdua. Mereka berjanji untuk bertemu pada suatu malam di bawah pohon mulberry tempat mereka biasa bertemu sehari-harinya.

Ketika malam yang telah mereka janjikan itu datang, mereka pun melaksanakan niatannya tersebut. Thisbelah yang sampai lebih dahulu di tempat mereka berjanji untuk bertemu tersebut. Sembari menunggu, ia melihat sekor singa datang mendekatinya dan akan memakannya. Ia ketakutan dan bersembunyi di batu besar di dekat tempat itu. Namun, kerudungnya tidak sengaja terjatuh.

Tak lama kemudian, Pyramus pun sampai di bawah pohon mulberry tersebut. Ia melihat seekor singa mengunyah kerudung wanita yang dipujanya tersebut. Ia langsung mengira bahwa Thisbe telah mati dimakan singa tersebutdan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Mengetahui bahwa lelaki yang dicintainya bunuh diri karenanya, Thisbe pun memutuskan untuk melakukan hal yang sama agar ia tetap bisa bersatu dengan Pyramus meskipun mereka berdua telah tiada.

Oleh: Meilia Hardianti