Sukses

Lifestyle

Swab Test dalam PCR dan Rapid Antigen, Apa Bedanya?

Fimela.com, Jakarta Untuk mendeteksi penularan virus COVID-19, masyarakat bisa melakukan tes kesehatan, seperti rapid test, swab test PCR, dan swab antigen atau rapid test antigen. Masyarakat Indonesia sendiri lebih familiar dengan istilah rapid test dan swab test PCR. Kedua jenis tes COVID-19 ini lebih umum dilakukan di masa adapasi kebiasaan baru.

Belakangan, muncul istilah baru yang disebut sebagai swab antigen. Jenis tes ini baru mulai terdengar sejak adanya peraturan terkait syarat yang harus dipenuhi calon wisatawan yang akan melancong ke Bali.

Lantas, seperti apa tes yang disebut swab test antigen ini? Apakah ada bedanya dengan PCR?

Menjelaskan istilah tersebut, melansir dari Liputan6.com, Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Klinik Universitas Indonesia, Prof. dr., Amin Soebandrio. Ph.D, Sp.MK menyatakan istilah swab antigen sama artinya dengan rapid test antigen.

 

Swab test dalam PCR dan Rapid antigen

“Sama, jadi rapid test antigen pengambilan sampelnya dengan swab (usap) juga tapi pemeriksaan sampel bukan dengan mesin PCR tapi mirip dengan pemeriksaan antibodi (rapid test ujung jari),” kata Amin dilansir dari Liputan6.com.

Rapid test antigen menjadi tes COVID-19 yang memeriksa antigen atau protein di virus dan pengujian sampelnya mirip dengan pengujian untuk tes antigen. Namun untuk pengambilan sampelnya digunakan metode usap atau swab test pada hidup dan tenggorokan. Tidak menggunakan mesin PCR.

Lain halnya lagi dengan rapid test antibodi yang menjadi tes cepat dengan mengambil sampel darah untk memeriksa antibodi seseorang. Antibodi yang dipicu COVID-19 akan terbentuk dalam 5-7 hari setelah terinfeksi.

 

Tingkat sensitivitas

Jika dibandingkan dengan rapid test antibodi, rapid test antigen disebut lebih spesifik dari rapid test biasa karena yang diperiksa pun leibih spesifik. Ketika seseorang dinyatakan positif setelah melakukan rapid test antigen, artinya ia benar-benar positif karena virusnya ada.

"Kalau rapid test yang antibodi tidak selalu ada virusnya. Di orang yang sembuh pun bisa reaktif, sudah tidak ada virusnya tapi rapid test-nya masih bisa reaktif," sambung Amin.

Lebih lanjut Amin menuturkan antigen bisa dikatakan spesifitasnya 100%. Artinya jika seseorang reaktif pada hasil rapid test antigen dapat dipastikan PCR-nya juga positif. Namun sensitivitas rapid test antigen masih lebih rendah dibandingkan PCR.

Simak video berikut ini

#changemaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading