Sukses

Lifestyle

Katanya Anak Perempuan yang Mirip dengan Ibunya Biasanya Jarang Akur

Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita di balik setiap senyuman, terutama senyuman seorang ibu. Dalam hidup, kita pasti punya cerita yang berkesan tentang ibu kita tercinta. Bagi yang saat ini sudah menjadi ibu, kita pun punya pengalaman tersendiri terkait senyuman yang kita berikan untuk orang-orang tersayang kita. Menceritakan sosok ibu selalu menghadirkan sesuatu yang istimewa di hati kita bersama. Seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba Cerita Senyum Ibu berikut ini.

***

Oleh: S

Perkenalkan namaku S, anak kedua dari empat bersaudara. Namun aku sering merasa berbeda dari tiga saudara kandungku yang lain, terutama untuk karakter.

Aku cenderung lebih introvert dan pendiam. Aku terbiasa memendam sendiri semua masalah, sehingga tidak jarang membuat emosiku tidak stabil bahkan temperamental. Ibu pernah bilang bahwa ketika mengandungku merupakan salah satu ujian terberat baginya. Mulai dari mual-muntah hebat di trimester awal, perasaan yang tertekan karena hidup masih “numpang” di tempat mertua, apalagi anak pertama masih berusia 6 bulan, benar-benar menguras emosinya.

Situasi keuangan kian sulit ketika ayah dimutasikan dari jabatan kepala cabang tempat dia bekerja. Kata ibu, berbeda sekali keadaannya dengan saat kakakku dilahirkan, saat itu rezeki datang bertubi-tubi. Sehingga tidak heran kakakku tumbuh menjadi anak yang riang. Secara tidak langsung ibu menyimpulkan kalau sifatku yang sangat tertutup dan pendiam adalah efek dari perasaannya selama mengandung aku.

Entah karena sering melukai perasaan ibu atau karena karakterku yang tertutup, aku merasa jalan rezekiku agak sulit dan berliku. Aku pernah tidak lulus Ujian Nasional (UN) ketika SMA, menyelesaikan kuliah selama 6,5 tahun itu pun karena bantuan kawan-kawan dekatku. Tidak cukup sampai di situ aku juga kesulitan mencari pekerjaan, selalu ditolak dimana-mana. Keadaan itu membuat aku semakin labil.

Aku marah pada keadaan dan  orang-orang yang membandingkan aku dengan sang kakak yang selalu cemerlang dalam banyak hal. Lagi-lagi ibu menjadi imbas emosi labilku. Aku bahkan berdoa pada Allah agar diberi jodoh orang jauh, agar tidak lagi serumah dengan dengan orangtuaku, terutama ibuku.

Banyak orang bilang kalau wajahku sangat mirip dengan ibu, sehingga ada anggapan kalau anak perempuan mirip dengan ibunya biasanya jarang akur. Entah itu sekadar mitos atau fakta, tapi aku merasa ada benarnya.

Jika saudaraku yang lain senang mengobrol dan bercanda dengan ibu, aku sebaliknya. Aku paling malas bicara dengan ibu, kalaupun bicara seperlunya saja. Aku lebih suka mengurung diri di kamar. Aku bahkan marah pada ibu kalau mengajakku bergabung dengan saudaraku yang lain atau menyuruhku mengerjakan ini-itu. Terkadang aku sering membandingkan ibuku dengan ibu teman-temanku. Menurutku ibu jauh  lebih cerewet daripada mereka. Karena emosiku yang sering labil, ibu pun jadi teramat berhati-hati ketika berbicara kepadaku.

Doaku pun dikabulkan. Aku menikah melalui perkenalan singkat yang digagas temanku dengan pria yang berbeda provinsi. Lumayan jauh dari daerahku. Selama resepsi aku merasa sangat bahagia ibarat burung baru lepas dari sangkarnya. Tidak kupedulikan mendung di wajah ibu.

Sesekali kulihat ibu menyeka matanya yang basah, mungkin karena mengingat bakal berpisah jauh denganku. Setelah menikah aku diboyong ke rumah mertua dan tinggal dengan kakak serta adik iparku. Jauh dari ibu, sesuai harapanku. Namun, ada satu kejadian yang akhirnya mengubah pandanganku tentang ibu, yaitu momen melahirkan.

Momen Melahirkan yang Menyadarkanku akan Sebuah Hal Penting

Malam itu aku gelisah, pinggangku terasa sakit. Kulirik jam, jam 11 malam. Awalnya aku pikir, mungkin karena usia kandunganku yang telah memasuki trimester akhir. Aku bolak-balik kamar mandi dan melihat ada lendir darah. Aku pun mulai cemas dan berpikir jangan-jangan sudah waktunya lahiran.  Aku melirik jam dan menghitung jadwal kontraksi yang tidak teratur. Aku menduga masih bukaan satu. Biasanya pengalaman orang-orang belum terlalu sakit. Tapi entah kenapa ini sakitnya luar biasa, pinggangku serasa terbakar. Kubangunkan suami dan mertuaku.

Waktu seakan lama sekali berjalan. Akhirnya pukul 07.00 kami putuskan ke klinik bidan. Tapi akhirnya disuruh pulang karena masih bukaan satu. Sakitnya membuat aku sulit beraktivitas. Sorenya balik lagi masih bukaan dua sampai malam berikutnya, bukaan masih tetap dua. Esok paginya dengan tenaga yang mulai lemah cek lagi ke bidan eh bukaan masih tetap dua. Aku bilang sama bidan tinggal di klinik saja karena sulit bolak-balik.

Di saat tengah berjuang melawan sakitnya kontraksi, tiba-tiba ibuku menelepon, Video Call  (VC). Tidak biasanya beliau menelepon pakai VC. “Apakah ini yang dinamakan ikatan batin ibu dan anak?" Ada perasaan haru yang menyusup dalam hatiku. Tanpa sadar aku menangis meminta maaf pada ibu. Mungkin seperti inilah rasa sakit yang dia rasakan saat berjuang melahirkanku.

Ibu malah bilang aku tidak punya salah apa-apa dan sudah memaafkan semua salahku tanpa aku memintanya. Berkali-kali ibu menyeka matanya dan bilang agar aku harus kuat berjuang, namun keselamatanku tetap yang utama. Dia bahkan meminta kepada bidan agar aku dirujuk ke rumah sakit saja untuk operasi caesar karena tidak tega melihatku kesakitan. Sebelum telepon ditutup, kusempatkan meminta doa darinya agar semua dimudahkan. Akhirnya karena ketuban yang sudah pecah dan bukaan tidak nambah akupun di bawa ke rumah sakit dan menjalani operasi caesar. 

Aku menangis haru ketika menggendong bayiku pertama kalinya. Kuciumi wajahnya. Sungguh luar biasa perjuangan seorang ibu. Walaupun sempat merasakan dua kali perjuangan lahiran. Malamnya aku VC dengan ibu, ibu tersenyum mengangguk-anggukkan kepala sambil bilang kalau aku sungguh hebat mampu berjuang dua kali. Sudah dua malam katanya tidak bisa tidur dan tidak putus-putus berdoa untukku. 

Alhamdulillah,  akhirnya bisa kulihat kelegaan yang luar biasa di wajah ibu. Senyumnya pun makin lebar ketika melihat cucunya yang sedang tertidur pulas. Aku berjanji dalam hati akan selalu menjaga senyuman di wajah dan hatimu, ibu.

#ChangeMaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading