Sukses

Lifestyle

Menurut Survei Lebih dari 80% Orang Indonesia Setuju dengan Usulan Penambahan Durasi Cuti Ibu Hamil dan Melahirkan

Fimela.com, Jakarta Ramai jadi perbincangan hangat soal pembahasan mengenai durasi cuti untuk ibu hamil dan  melahirkan. Hal ini mencuat ke permukaan setelah Ketua DPR Puan Maharani mengusulkan penambahan durasi cuti hamil dan melahirkan menjadi enam bulan yang semula berdurasi tiga bulan sesuai dengan penetapan yang diatur pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.

Tentu saja hal ini langsung mendapat respon yang cukup besar dari berbagai pihak. Baik para pekerja perempuan dan pemilik perusahaan. Dari usulan tersebut, ada yang menyetujui, tapi ada juga yang tidak menyetujui. 

Dilansir dari rilis yang diterima oleh Tim Fimela.com, Cabaca bersama Jakpat melakukan survei. Bertajuk “Dilema Ibu Bekerja” survei berhasil menarik 444 responden, yang terdiri dari 86,86% perempuan dan 13,14% laki-laki, dan diambil lebih dari 69 % responden yang sudah bekerja dan sebagian besar diantaranya sudah memiliki anak.

Dari responden tersebut, sebesar 80,63% setuju dengan ide cuti untuk Ibu hamil dan melahirkan menjadi enam bulan. Dan sebesar 19,37% tidak setuju dengan ide tersebut. Bagi responden yang menyetujui memberikan pendapatnya, yaitu seorang Ibu bisa memiliki waktu untuk pemulihan lebih lama, lalu membantu pemberian ASI secara eksklusif, bisa fokus untuk menjaga anak, baik untuk kondisi psikologis ibu, hingga dapat membuat bonding dengan anak lebih dekat. 

Sedangkan untuk responden yang tidak setuju mereka berpendapat bahwa terlalu lama jika waktu cuti menjadi enam bulan, lalu kekhawatiran pada perusahaan yang akan mengurangi hiring wanita yang sudah menikah, lapangan pekerjaan akan lebih banyak membutuhkan laki-laki, hingga kekhawatiran akan adanya diskriminasi pada perempuan.

Lebih lanjut, sebesar 78,91% responden setuju jika laki-laki juga seharusnya mendapatkan cuti melahirkan. Sebagian besar berpendapat hal ini dilakukan karena peran seorang suami dalam proses persalinan sangat penting, istri membutuhkan pendamping atau support di saat melahirkan dan pada masa pemulihannya.

Dilema Ibu Bekerja

Hal ini memang menjadi sebuah dilema bagi seorang ibu bekerja karena selain perannya sebagai ibu yang membesarkan anaknya, perempuan punya peran penting sebagai seorang istri yang perlu menjaga hubungannya dengan sang suami, serta sebagai perempuan yang memiliki karier. Karenanya, support system sangat dibutuhkan, terutama dari suami dan juga keluarga.

Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan apa yang digambarkan dalam series Netflix “Workin’ Moms” yang menceritakan empat ibu bekerja yang sudah memiliki anak yang tergabung dalam sebuah komunitas. Dalam series ini digambarkan berbagai persoalan yang dihadapi oleh seorang ibu bekerja, mulai dari usaha untuk mendekatkan dirinya dengan anaknya yang lebih banyak waktu bersama dengan suaminya. Lalu, mengejar ketertinggalan situasi di perusahaan, hingga bagaimana salah satu tokohnya kehilangan ikatan dengan sang suami karena terlalu fokus dalam pekerjaan. Dengan berbagai konflik yang dihadapi setiap tokohnya series “Workin’ Moms” sudah memasuki season kelima.

Tanggung Jawab Pengasuhan Anak

Selain series yang dimiliki Netflix, cerita dengan dilema seorang ibu bekerja juga tergambarkan dalam novel All the Things You've Sacrificed karya Aulia Musla yang tayang di aplikasi baca novel premium, Cabaca.

All the Things You've Sacrificed menceritakan tentang Hanun, seorang doktor muda yang rela menunda karier saat anak semata wayangnya mengalami keterlambatan tumbuh kembang. Namun, saat dirinya sudah bulat untuk resign agar dapat optimal memantau tumbuh kembang putranya, badai rumah tangga yang lebih besar datang tanpa disangka. 

Seperti yang dikatakan oleh Fatimah Azzahrah, Co-Founder Cabaca, “Kenapa persoalan ibu bekerja jadi dilematis karena perempuan di Indonesia masih dianggap sebagai satu-satunya sosok yang paling bertanggung jawab dalam membesarkan anak. Perempuan kayak diharuskan memilih apakah jadi ibu rumah tangga saja atau mempertahankan kariernya,” ungkapnya saat diwawancarai secara daring pada (13/07/2022).

Ia menambahkan, sudah sewajarnya ada narasi yang menunjukkan bahwa mengasuh anak adalah tanggung jawab bersama baik suami maupun istri. Oleh karena itu, bukan sekadar menambah durasi cuti melahirkan saja, tetapi juga memperhitungkan kemungkinan laki-laki mendapat cuti saat istrinya melahirkan.

Diharapkan, narasi-narasi dalam film maupun novel yang menggambarkan dilema ibu bekerja ini bisa tersampaikan dengan baik sehingga makin banyak orang yang aware bahwa baik laki-laki dan perempuan punya porsi yang sama besar dalam mengasuh dan merawat anak, terutama pasca-melahirkan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading