Sukses

Lifestyle

Waspada dengan Self-Sabotage, Perilaku Destruktif yang Bisa Menghambat Kesuksesan

Fimela.com, Jakarta Self-sabotage atau self-sabotaging mengacu pada tindakan atau pola pikir yang mencegah seseorang untuk melakukan apa yang diinginkan guna mencapai tujuan.  Perilaku ini dapat menghambat kemajuan seseorang dan menghalangi dirinya untuk mencapai kesuksesan. Self-sabotage dapat dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar.

Self-sabotage bukanlah hal yang wajar dan bisa terjadi terjadi secara terus menerus. Bahkan terkadang perilaku ini dilakukan tanpa alasan yang rasional. Self-sabotage seringkali merupakan bentuk mekanisme koping seseorang ketika menghadapi situasi sulit. Namun sebenarnya, perilaku tersebut tidak menyelesaikan masalah dan justru akan membatasi diri seseorang untuk berkembang.

Orang yang mengambil langkah destruktif ini, akan berdampak negatif bagi kualitas hidupnya mulai dari kesehatan fisik hingga mental individu tersebut. Dilansir dari klikdokter.com, terdapat beberapa contoh self-sabotage yang umum terjadi:

  • Menunda-nunda pekerjaan
  • Menyalahkan orang lain bila terjadi hal buruk
  • Memilih pergi ketika sesuatu tidak berjalan lancar
  • Sulit mengatur waktu
  • Merasa rendah diri
  • Hubungan sosial yang kurang baik

Penyebab Self-Sabotage

Perilaku self-sabotage bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pola pengasuhan di masa kecil. Berikut beberapa penyebab seseorang memiliki perilaku self-sabotage:

Kebiasaan masa kecil

Self-sabotage bisa terjadi karena tindakan berulang yang dipelajari ketika masih kecil dan menjadi suatu kebiasaan hingga besar. Misal, orangtua yang jarang memberikan perhatian kepada anak dan hanya menunjukkan perhatiannya ketika anak membuat orangtua kesal. Hal ini dapat terekam di otak anak bahwa dengan membuat orang marah bisa menjadi salah satu cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

Hubungan tidak sehat sebelumnya

Jika dalam hubungan sebelumnya pernah merasa tidak didengarkan, dapat berdampak pada kesulitan komunikasi secara efektif di hubungan selanjutnya. Misal, ketika terjadi konflik dengan pasangan yang sekarang, cenderung memilih untuk diam dan tidak mencari jalan penyelesaiannya.

Takut gagal

Perasaan takut gagal dalam pekerjaan, hubungan, atau menjadi orangtua yang baik, secara tidak sengaja dapat memunculkan self-sabotage untuk menghindari kegagalan tersebut. Misal ketika ada sebuah peluang untuk karirmu, namun lebih memilih untuk tidak mencobanya karena ingin menghindari kegagalan yang belum tentu terjadi dan malah melewatkan peluang tersebut.

Self-esteem rendah

Orang dengan citra diri yang negatif sangat rentan terhadap self-sabotage. Mereka berperilaku dengan cara yang menegaskan keyakinan negatif tentang diri mereka sendiri. Jadi, jika mereka hampir berhasil, mereka menjadi tidak nyaman. Atau mereka merasa bahwa sepanjang hidupnya akan gagal.

Cara Mengatasi Self-Sabotage

Self-sabotage juga bisa membawa ke perilaku negatif lainnya seperti minum minuman keras, memakai obat-obatan, melakukan perjudian, hingga melukai diri sendiri. Perilaku destruktif ini dapat menghilangkan motivasi seseorang dan membuatnya terus hidup dalam kecemasan.

Dilansir dari verywellmind.com, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi self-sabotage:

  • Melakukan refleksi diri dan mencari tahu akar permasalahannya
  • Manfaatkan waktu dan berhentilah menunda-nunda pekerjaan
  • Melihat sesuatu dari sudut pandang yang besar
  • Mengurangi sikap perfeksionis di aspek tertentu
  • Menggunakan energi untuk hal yang positif
  • Membuat suatu komitmen dengan diri sendiri untuk bisa keluar dari situasi self-sabotage
  • Membuat rencana bertahap untuk mengubah perilaku self sabotage
  • Meminta bantuan dan dukungan dari orang sekitar yang bisa dipercaya
  • Mencatat setiap progres kecil yang telah dibuat

Selain itu, terapi psikologis juga bisa dilakukan untuk mengatasi perilaku self-sabotage. Terdapat dua jenis terapi:

  • Cognitive Behavioral Therapy (CBT), terapi ini digunakan untuk menghilangkan pola pikir negatif dan meningkatkan kualitas hidup, serta meningkatkan self-esteem.                       
  • Dialectical Behavior Therapy (DBT), terapi yang digunakan untuk membantu mengatasi masalah emosi yang intens dengan melatih mengontrol emosi dan perilaku impulsif.

Penulis: Maritza Samira

#BreakingBoundariesSeptember

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading