Review Buku In The Kitchen: Essays on Food and Life

Fimela.com, Jakarta Dalam kehidupan sehari-hari, dapur sering kali dianggap hanya sebagai tempat untuk memasak dan menyiapkan makanan. Padahal sebenarnya, dapur bisa saja merupakan ruang yang menyimpan begitu banyak cerita, kenangan, dan emosi. Di sanalah kita belajar tentang kasih sayang dari orang tua lewat masakan hangat, mengenal tradisi lewat resep-resep turun-temurun, dan merayakan momen kecil yang penuh makna. Dapur tidak hanya menjadi pusat rumah, tapi juga ruang yang merekam dinamika kehidupan—baik yang manis maupun yang pahit.

Buku In The Kitchen: Essays on Food and Life adalah kumpulan tulisan dari berbagai penulis yang menyentuh sisi terdalam dari hubungan manusia dengan makanan. Diterbitkan oleh Daunt Books, buku ini menghadirkan esai-esai yang tidak hanya menggugah selera, tapi juga menggugah perasaan. Setiap tulisan menghadirkan pengalaman personal yang begitu dekat dan nyata, membuat kita sebagai pembaca merasa seolah sedang duduk bersama para penulisnya di meja makan, berbagi cerita sambil menikmati secangkir teh dan sepiring masakan favorit.

TERKAIT: Review Buku Novel Sang Kawaris

TERKAIT: 5 Poin Menarik yang Dibahas di Buku Generasi Cemas karya Jonathan Haidt

In The Kitchen: Essays on Food and Life

Judul: In The Kitchen: Essays on Food and Life

First Published in The United Kingdom in 2020 by Daunt Books

***

"There is something about the kitchen that invites intimacy. I suppose kitchens are a space for intimacy because I will touch with my hands the things that will go in your mouth; I will taste what you taste; I will work for you, or you will work for me. I will make this for you because I love you, because you need it, because you want it." (Cupboard Love)

"In my group chat with friends who are themselves overworked, always tired and always a bit lonely, we agree that cooking presents a rare opportunity to concentrate on something as an end in and of itself; to produce something with our hands and enjoy the results. The chance to practice feeling pleasure that does not have to answer to anyone else." (The Future of Food)

Salah satu hal paling menarik dari buku ini adalah keberagaman suara dan pengalaman yang dihadirkan.

Dari kisah seorang anak imigran yang mencoba memahami identitas budayanya lewat makanan keluarga, hingga cerita seorang ibu yang menemukan kembali semangat hidupnya di dapur kecilnya setelah kehilangan orang tercinta.

Setiap esai menghadirkan sudut pandang yang unik, tetapi tetap terasa hangat dan akrab. Ada hal-hal terasa sangat dekat dengan keseharian kita sendiri. Selain menghangatkan hati saat dibaca, kumpulan esai di dalam buku ini juga memberi kita motivasi tersendiri untuk menjalani kehidupan yang mungkin tak selalu indah.

Makanan dalam buku ini bukan sekadar objek cerita, melainkan bahasa kasih, ingatan, dan bahkan bentuk perlawanan. Ada esai yang membahas bagaimana memasak bisa menjadi bentuk perlawanan terhadap rasa kehilangan, atau bagaimana resep sederhana bisa menjadi cara untuk menyembuhkan luka batin. Semua ini menunjukkan bahwa makanan lebih dari sekadar kebutuhan fisik, melainkan bagian dari cara kita mencintai dan bertahan dalam hidup.

Banyak momen dalam buku ini yang membuat kita merenung, terutama tentang betapa berharganya hal-hal kecil yang sering kita abaikan. Seperti aroma tumisan bawang yang mengingatkan pada rumah masa kecil, atau proses meracik bahan-bahan sederhana yang ternyata bisa membawa kita kembali pada kenangan akan orang-orang yang kita cintai. Esai-esai ini mengajarkan bahwa keajaiban hidup justru ada pada detil-detil yang sederhana namun bermakna.

Buku ini juga mengajak kita untuk lebih hadir dalam setiap momen, terutama ketika berada di dapur.

Kita kembali diingatkan soal pentingnya memasak dengan cinta, menikmati prosesnya, dan berbagi hasilnya dengan orang-orang terkasih. Ada kekuatan dalam menyajikan makanan, bukan hanya untuk mengisi perut, tapi juga untuk mengisi hati.

Dari setiap topik esai yang dihadirkan di dalam buku ini, kita akan merasakan kehangatan, kedalaman, dan keintiman yang hanya bisa ditemukan lewat makanan.

Bagi Sahabat Fimela yang senang membaca dan menyukai tulisan-tulisan reflektif, In The Kitchen akan menjadi teman baca yang sangat menyenangkan. Kumpulan esai di dalam buku ini bisa memberikan banyak ruang untuk berpikir, merasakan, dan mengenang. Bahkan kisah-kisah yang dihadirkan seperti sahabat lama yang menemani kita kembali menyusuri jejak-jejak kehidupan lewat dapur dan segala rasa yang pernah tercipta di sana.

Kadang kita lupa bahwa memasak dan makan bersama bisa menjadi ritual yang menyatukan. Buku ini kembali mengingatkan kita bahwa dapur bukan hanya tempat kerja, tapi juga tempat kita menyembuhkan luka, membangun kembali harapan, dan merayakan kehidupan. Membaca buku ini seperti menyalakan kembali cahaya kecil di sudut hati yang mungkin sudah lama padam.

Setelah membaca buku ini, mungkin kita akan memandang dapur dengan cara yang baru. Mungkin kita akan lebih menghargai waktu memasak, lebih sabar dalam mengiris bawang, dan lebih sering mengucap terima kasih atas makanan yang kamu nikmati. Mungkin juga kita akan lebih sering berbagi cerita, seperti para penulis dalam buku ini, yang dengan jujur dan tulus berbagi tentang hidup mereka.

Untuk Sahabat Fimela yang sedang mencari bacaan yang hangat, menyentuh, dan membangkitkan semangat hidup lewat kisah-kisah sederhana tetapi memiliki makna yang dalam, buku In The Kitchen: Essays on Food and Life bisa menjadi pilihan yang menarik. Bukan hanya untuk pencinta makanan, tapi juga untuk siapa pun yang percaya bahwa dalam setiap suap, selalu ada cerita yang layak dikenang. Selamat membaca dan menikmati setiap rasa, baik di buku maupun di dapurmu sendiri.