Job Hopping vs Job Hugging, Mana yang Lebih Baik untuk Kariermu?

Kenali perbedaan job hopping dan job hugging. (foto: jcomp/freepik)

Fimela.com, Jakarta Dalam beberapa tahun terakhir, tren job hopping yakni kebiasaan berpindah kerja setiap dua hingga tiga tahun untuk mengejar peluang yang lebih baik mulai menurun. Sebaliknya, muncul fenomena baru yang disebut job hugging, di mana banyak karyawan memilih bertahan di tempat kerja saat ini. Berdasarkan survei terbaru ResumeBuilder.com terhadap lebih dari dua ribu pekerja full time di AS, sekitar 45% responden mengaku tetap di posisinya karena merasa situasi pasar kerja terlalu berisiko untuk berpindah.

Melansir laman forbes.com perubahan besar ini menimbulkan pertanyaan penting apakah bertahan di satu pekerjaan merupakan langkah strategis, atau justru keputusan yang digerakkan oleh rasa takut? Untuk menjawabnya, kita perlu melihat lebih dalam dari sisi yang lebih luas mulai dari pertumbuhan gaji, peluang karier, pengembangan keterampilan, keamanan kerja, hingga persepsi perusahaan terhadap dua tipe karyawan ini.

Dulu, job hopping dikenal sebagai cara tercepat untuk menaikkan gaji dan karier. Penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang pindah ke perusahaan baru umumnya memperoleh kenaikan 10–20%, sedangkan promosi internal hanya memberikan tambahan sekitar 3–5%. Jika dihitung jangka panjang, selisih ini bisa menambah ratusan juta hingga miliaran rupiah dalam total pendapatan seumur hidup. Namun, di tengah ekonomi yang melambat dan perusahaan yang menahan anggaran, peluang tersebut kini tidak sebesar dulu.

Job hopping untuk pertumbuhan, job hugging untuk keamanan

Berbagai manfaat dan risiko dari job hopping maupun job hugging. (foto: tirachardz/freepik)

Dalam hal jenjang karier, job hopping sering kali dianggap lebih efektif untuk mempercepat kemajuan karier profesional. Setiap kali berpindah perusahaan, seseorang biasanya mendapatkan tanggung jawab yang lebih besar, posisi yang lebih tinggi, dan pengalaman baru yang memperluas kapasitasnya. Di sisi lain, job hugging cenderung membuat proses kenaikan jabatan berjalan lebih lambat, apalagi di perusahaan dengan struktur hierarki kaku atau peluang promosi yang terbatas.

Kemudian dari sisi pengembangan keterampilan, pekerja yang sering berpindah kerja umumnya lebih cepat beradaptasi dan memiliki pengalaman yang beragam. Lingkungan baru memaksa mereka untuk belajar metode berbeda dan menghadapi tantangan yang beragam. Sementara itu, mereka yang memilih job hugging berisiko mengalami ketidakmajuan keterampilan karena terlalu nyaman dengan rutinitas. Meski begitu, banyak job hugger kini mulai menyadari pentingnya upskilling terutama di bidang teknologi dan AI agar tetap relevan.

Dalam hal keamanan kerja, persepsi sering kali menipu. Banyak orang mengira bertahan di satu perusahaan lebih aman, padahal kenyataannya tidak selalu demikian. Loyalitas terhadap perusahaan tidak menjamin perlindungan dari pemutusan kerja massal, seperti yang terlihat dari ratusan ribu PHK di berbagai industri global. Sebaliknya, mereka yang terbiasa job hopping justru memiliki jaringan profesional lebih luas, pengalaman lintas industri, serta keterampilan yang lebih beragam.

Menentukan arah karier sesuai prioritas dan tujuan hidup

Perjalanan dan pilihan karier bergantung pada prioritas pribadi. (foto: tirachardz/freepik)

Dari sisi pandangan perusahaan, kandidat dengan riwayat job hopping bisa dianggap dinamis dan berani mengambil tantangan, tetapi juga berpotensi dilihat sebagai pribadi yang tidak stabil. Sebaliknya, job hugger dipersepsikan sebagai pribadi yang loyal dan bisa diandalkan, namun terkadang dianggap kurang fleksibel atau tidak terbiasa dengan perubahan. Artinya, keduanya punya kelebihan dan risiko masing-masing tergantung pada konteks industri dan kebutuhan perusahaan.

Kesimpulannya, tidak ada strategi karier yang sepenuhnya benar atau salah. Job hopping menawarkan peluang lebih besar untuk pertumbuhan cepat dan pengembangan diri, sementara job hugging memberikan stabilitas dan rasa aman. Pilihan terbaik bergantung pada prioritas pribadi apakah kamu lebih menghargai stabilitas jangka panjang, atau ingin memperluas pengalaman dengan bergerak cepat dari satu peluang ke peluang lainnya.

Pada akhirnya, baik job hopper maupun job hugger perlu memiliki kesadaran akan arah kariernya. Dunia kerja terus berubah, dan mereka yang mampu menyeimbangkan keamanan dengan perkembangan diri akan tetap unggul. Bukan seberapa sering kamu berpindah pekerjaan yang menentukan kesuksesan, tapi bagaimana kamu terus bertumbuh di setiap langkah yang kamu ambil.

Penulis: Alyaa Hasna Hunafa