Survey Mengungkap Banyak Orang Memilih di Rumah Daripada Hadiri Pesta Malam Tahun Baru, Alasannya?

Ilustrasi bersantai di dalam rumah. Foto: unsplash.com.

ringkasan

Mayoritas orang kini memilih melewatkan pesta Malam Tahun Baru demi aktivitas yang lebih santai di rumah, seperti menonton Netflix atau tidur lebih awal.
Survei menunjukkan preferensi ekstrem seperti lebih memilih ke dokter gigi atau perawatan saluran akar daripada menghadiri pesta Malam Tahun Baru.
Perubahan ini mencerminkan pergeseran menuju kenyamanan pribadi dan koneksi yang lebih dalam, yang disebut ahli sebagai "defisit pesta" akibat ketergantungan pada layar.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, perayaan Malam Tahun Baru yang identik dengan pesta meriah dan keramaian kini mulai kehilangan daya tariknya. Sebuah survei terbaru menunjukkan bahwa semakin banyak orang memilih untuk tidak menghadiri pesta. Mereka justru merayakan pergantian tahun dengan cara yang lebih santai dan intim di rumah.

Fenomena menarik ini mencerminkan pergeseran preferensi sosial yang signifikan di tengah masyarakat. Kenyamanan pribadi serta koneksi yang lebih dalam menjadi prioritas utama. Ini menandakan perubahan besar dalam cara kita melihat momen pergantian tahun.

Lantas, apa sebenarnya yang membuat banyak orang memilih untuk Melewatkan Pesta Malam Tahun Baru? Bagaimana survei ini mengungkap preferensi baru yang mungkin juga kamu rasakan? Mari kita telusuri lebih jauh alasan di balik tren menarik ini.

TERKAIT: 5 Kegiatan Seru untuk Menyambut Tahun Baru dengan Penuh Semangat

Survei Ungkap Preferensi Baru yang Mengejutkan

Contoh ilustrasi kemeriahan Kota Jakarta pada malam tahun baru — Persembahan City Light ini dikhususkan sebagai bentuk pelayanan seluruh masyarakat untuk memeriahkan acara tahun baru. (Foto: Pexels.com/Jonathan Petersson)

Menurut survei terhadap 3.000 orang yang dilakukan oleh Sunny, sebuah aplikasi koneksi sosial, preferensi perayaan Malam Tahun Baru telah berubah drastis. Satu dari empat orang bahkan lebih memilih pergi ke dokter gigi daripada menghadiri pesta Malam Tahun Baru.

Yang lebih mengejutkan lagi, satu dari lima orang rela menjalani perawatan saluran akar gigi daripada harus pergi ke pesta Malam Tahun Baru. Angka-angka ini jelas menunjukkan betapa kuatnya keinginan untuk menghindari keramaian pesta. Ini juga mengindikasikan adanya preferensi yang sangat berbeda dalam merayakan momen penting ini.

Hanya 24% responden yang benar-benar ingin menyambut Tahun Baru bersama orang lain di sebuah pesta. Sebaliknya, mayoritas memilih aktivitas yang jauh lebih tenang dan personal. Ini termasuk 35% yang berencana menghabiskan malam nyaman dengan Netflix, 20% akan tidur lebih awal, dan 10% akan menjelajahi media sosial.

Pandangan Ahli: Dari Primata Sosial Menjadi Mamalia Layar

Dr. Iain Smith, seorang psikolog dan kepala ilmu perilaku di Sunny, menyoroti perubahan perilaku ini dengan cermat. Ia berpendapat bahwa kecintaan kita pada layar telah menyebabkan kita menjadi kurang terhubung secara sosial.

Smith menggambarkan fenomena ini sebagai "defisit pesta," di mana masyarakat mengalami kekurangan dalam interaksi sosial langsung. Kita seolah berevolusi dari "primata sosial" menjadi "mamalia layar." Ini terlihat sangat jelas pada perayaan Malam Tahun Baru saat ini.

Meskipun demikian, generasi Z menunjukkan kecenderungan yang sedikit berbeda dari kelompok usia lainnya. Sekitar 36% dari mereka masih antusias terhadap pesta Tahun Baru. Ini mungkin menunjukkan adanya dinamika sosial yang berbeda di antara generasi.

Alternatif Perayaan yang Lebih Santai dan Bermakna

Bagi Sahabat Fimela yang ingin merayakan Tahun Baru tanpa keramaian pesta, ada banyak cara untuk membuat malam itu tetap berkesan dan istimewa. Lee Gimpel, presiden dan pendiri Better Meetings, menekankan bahwa Malam Tahun Baru adalah momen transisi. Ini adalah waktu untuk melihat kembali apa yang bermakna dan menantikan apa yang akan datang.

Beberapa ide untuk perayaan Malam Tahun Baru yang santai namun tetap istimewa meliputi:

Pesta Aktivitas Bertema: Allison Sanka, konselor keuangan terakreditasi, menyarankan pesta yang berfokus pada aktivitas. Misalnya, bermain permainan papan, kartu, mewarnai, atau menyusun Lego. Ini dapat mengurangi tekanan sosial dan memberikan sesuatu yang dapat dilakukan orang dewasa selain melihat ponsel mereka.
Stasiun "Buat dan Bawa Pulang": Sanka juga merekomendasikan menyiapkan aktivitas sederhana. Tamu dapat melakukannya sesuai kecepatan mereka sendiri, seperti menghias kue atau membuat gelang persahabatan.
Menciptakan Gerakan Halus: Christina Bonfiglio-Dietz, chief brand and concept officer di Triple T Hospitality Group, menyarankan untuk menciptakan gerakan halus di ruangan. Contohnya, menyalakan kipas angin dengan kecepatan rendah, menyalakan perapian, atau memutar film klasik tanpa suara di latar belakang. Gerakan lembut ini dapat menciptakan rasa hangat dan membuat ruangan terasa lebih ramah.

Pergeseran ini menunjukkan bahwa banyak orang mencari cara yang lebih bermakna dan personal untuk menyambut tahun baru. Ini jauh dari ekspektasi sosial yang seringkali melelahkan. Mungkin, detoks digital dan fokus pada koneksi yang lebih otentik akan menjadi tren utama di tahun-tahun mendatang.