Sukses

Parenting

Curhatan dari Rantau, 'Ayahku Pria yang Terhebat'

Kisah kiriman Juita untuk ayah yang jauh di sana.

***

Namaku Juita Purnama Sari Silaban. Nama ayahku Jamayor Silaban. Aku berasal dari Medan tepatnya di salah satu desa kecil Desa Laesering. Ayah adalah seorang petani yang tidak punya gemilang harta oleh karena itu banyak yang memandang sebelah mata pada ayahku.

Saat ini aku kuliah di Bekasi. Ya itu adalah impian ayahku dari dulu, ia ingin kami sekolah setinggi-tingginya. Dan menjadi anak-anak yang sukses.

Ayah, beliau adalah seseorang yang tak bisa digantikan oleh siapapun, bahkan dengan pasangan kita sendiri. Ayah adalah seorang lelaki terhebat yang pernah kami miliki. Tak pernah lelah berjuang demi kami, rela memberikan segalanya demi kebahagiaan anak-anaknya.

Ayah, tak ada kata-kata yang bisa kuungkapkan untuk menggantikan rasa terima kasihku padamu. Engkau selalu ada untuk anak-anakmu. Engkau tak hiraukan apa yang orang lain katakan. Engkau selalu tersenyum di saat-saat sulit menghampiri.

Kini aku tumbuh dewasa menjadi anak gadismu, anak gadismu yang selalu berusaha ingin membuat engkau bahagia. Ingin kudekap erat tubuh ayah. Ingin kucurahkan semua isi hatiku padamu. Namun hanya air mata yang mengalir di pipiku yang dapat menjelaskan semuanya bahwa aku sangat-sangat menyayangimu.

Ayah, doakan aku yang jauh di rantau meraih sukses untuk menunjukkan pada dunia bahwa ayahku telah mendidik dan mengajariku menjadi gadis yang luar biasa yang mampu membuat engkau bangga. Dan semua orang yang pernah merendahkanmu, menganggapmu bukan siapa-siapa tertunduk malu akan perkataanya dulu.

Foto: dok. Juita Purnama Sari Silaban

Teringat saat dulu di kampung, jika pergi bermain ke rumah tetangga untuk menonton TV (maklum dulu di kampung hanya ada satu dua orang yang memiliki TV) pukul 8 malam ayah akan datang menjemput dan menyuruh kami belajar. Banyak teman-temanku mengejekku bahwa ayah terlalu keras padaku, terlalu banyak peraturan. Namun aku percaya semua itu ayah lakukan demi kebaikanku di masa depan.

Ingat saat kita pergi ke ladang bersama, ingat saat engkau mengatakan tak ingin kami menjadi seorang petani  seperti ayah. Engkau berharap kami sukses dan menjadi kebanggaan untuk keluarga. Engkau yang berjuang menyekolahkan kami setinggi-tingginya dengan semua upaya dan keterbatasan yang engkau miliki.

Foto: dok. Juita Purnama Sari Silaban

Kenangan bersama ayah saat bermandi hujan di ladang, bermandikan terik matahari masih sangat kurasakan. Saat kita harus turun naik gunung untuk menanam jagung, memetik kopi, pergi ke sawah, mengambil kayu bakar, kita selalu rasakan sakitnya tinggal di desa.

Ayah, terkadang aku tak bisa menahan air mata ini saat kudengar suaramu hanya melalui telepon. Saat engkau ucapan rindu berjumpa, saat engkau bercerita kenangan masa kecil di desa, aku rindu semua itu. Rindu saat engkau cemas karena aku terjatuh di ladang, rindu saat engkau marah saat kami bermain-main di ladang, rindu saat engkau  mengajarkanku tentang dunia yang keras, dan melaluinya dengan sabar.

Ayah, engkau adalah sebagian napas hidupku. Aku hanya tak mampu ungkapkan padamu bahwa aku sangat-sangat mencintaimu, ayah. Engkau adalah ayah yang terhebat. Semoga engkau selalu panjang umur dan sehat dan bangga memiliki kami anak-anakmu meski selalu membuatmu repot dengan kelakuan-kelakuan kami.

Foto: dok. Juita Purnama Sari Silaban

Aku berjanji ayah, aku akan membuat engkau bangga dan tak akan ada orang lagi yang merendahkanmu karena ketidak punyaanmu. Engkau tetap ayah terhebat, engkau ayah yang penuh tanggung jawab, engkau ayah yang mampu merangkul kami semua anak-anakmu. Suatu saat mereka akan sadar ayah, meskipun engkau tak punya kekayaan tapi engkau mampu membuat anak-anakmu sukses dan berhasil. Ayah selalu bilang anak adalah kekayaan sesungguhnya. Terima kasih ayah.

I LOVE YOU FOREVER, AYAH

Salam rindu dari putrimu di perantauan. Semoga tahun depan aku bisa meraih gelar sarjana dan berjumpa denganmu.

***

Kisah ini ditulis oleh Juita Purnama Sari Silaban. Tulisan ini untuk mengikuti Lomba Menulis Vemale.com Kisahku dan Ayah. Kamu juga bisa mengirimkan kisah atau persembahan spesial untuk ayah. Dalam lomba ini, kamu juga berkesempatan memenangkan hadiah spesial dari kami berupa batik Negarawan.



(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading