Sukses

Parenting

Zaman Medieval: Malam Pertama Hak Majikan (II)

Pada zaman medieval, tidak semua orang berhak menikmati malam pertama dengan pengantinnya, Ladies. Pada artikel sebelumnya telah dijelaskan bahwa petani, pelayan, dan budak harus menyerahkan keperawanan pengantinnya di malam pertama kepada majikan atau tuan tanah mereka sebagai simbol kekuasaan majikan. Nah, masih melansir esai dari laman yang sama, fibri.de, ternyata praktik ini sudah ada sejak peradaban pertama manusia, lho!

Peradaban bangsa Sumeria dari masa Babilonia Lama dianggap sebagai kebudayaan tertua yang terekam sejarah. Gilgamesh, penguasa Uruk, ibukota Babilonia, dikatakan mempunyai hak khusus untuk menikmati para pengantin ini dikarenakan posisinya yang begitu istimewa. Raja Gilgamesh ini akan berhubungan suami istri dengan sang mempelai sebelum sang suami bisa hidup dengannya.

Suku Lybian di Adyrmachidae, suku kepulauan Kepahlonia, serta daerah Volsinii juga mempunyai praktik serupa, dimana raja mengklaim intercourse pertama setiap wanita di wilayah tersebut adalah hak raja tersebut sebagai penguasa.

Tidak hanya itu, suku Viking di belahan utara Eropa, juga meminta hak malam pertama setiap mempelai wanita yang telah masuk Kristen untuk memuaskan nafsu mereka sebelum ia dapat bergabung kembali dengan suaminya.

Para pahlawan dalam epic-epik medieval Irlandia juga dideskripsikan memiliki hak untuk menikmati malam pertama pengantin anak buahnya. Namun, tradisi ini digambarkan tanpa konotasi negative oleh masyarakatnya lho, Ladies. Bahkan, tradisi ini dianggap sebagai kewajiban, di mana keperawanan perempuan memang harus ‘dipecah’ dulu oleh kalangan terhormat seperti para pahlawan dan ksatria ini.

 

Oleh: Adienda Dewi S

(vem/riz)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading