Sukses

Parenting

6 Langkah yang Bisa Dilakukan Orang Tua untuk Dampingi dan Support Anak Korban Pembullyan

Fimela.com, Jakarta Tidak satu pun orang tua yang terbayang bahwa anaknya akan menjadi korban pembullyan atau bahkan menjadi pelaku bully. Namun, dikutip dari familylive.org.uk, pada faktanya lebih dari separuh dari anak-anak terlibat dalam pembullyan, baik sebagai korban, pelaku, ataupun saksi.  

Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk ada baiknya orang tua mengetahui cara bagaimana bereaksi seandainya sang anak mengalami perundungan di sekolah. Sehingga mampu memberi dukungan terbaik tanpa memberikan tekanan lebih pada anak.

Tidak mudah bagi semua anak untuk menceritakan pengalaman buruk mereka di sekolah. Mereka cenderung merasa malu, cemas dengan reaksi keluarga, takut orang tua kecewa, bahkan merasa kejadian itu terjadi karena kesalahan mereka. Oleh karena itu, perlu memberikan feedback yang hati-hati ketika anak bercerita mereka mengalami pembullyan.

Berikut 6 langkah pendampingan yang bisa dilakukan orang tua untuk mendukung anak yang mengalami pembullyan:

Langkah 1: Jadilah pendengar yang baik tanpa menghakimi

Hal paling utama namun juga sulit ketika sang anak menceritakan pengalaman menyakitkan di sekolah tidak akan hanya membuat anak sedih tapi juga orang tua patah hati. Tapi, reaksi orang tua ketika mendengarkan anak bercerita amat perlu diperhatikan sehingga anak tidak merasa terbebani atau menyesal bercerita.

Usahakan sebaik mungkin menunjukkan reaksi senetral mungkin dan minimalkan ekspresi kemarahan atau kekecewaan. Yakinkan bahwa apa yang terjadi bukan kesalahan anak. Jangan letakkan tanggung jawab alasan mengapa anak dirundung di pundak mereka. Atau jangan berikan berikan alasan mengapa pembullyan terjadi pada anak, karena dasarnya tidak ada alasan yang baik untuk pembullyan.

Jangan mengambil keputusan apapun tanpa persetujuan atau keterlibatan anak, hal yang sering terjadi apabila tindakan drastis diambil anak akan takut dengan pembalasan jika pembullyan dilaporkan. Hal utama yang sebaiknya ditanyakan adalah: Apa yang bisa Ayah/Ibu lakukan untuk membantu?

Langkah 2: Jangan lalukan pembalasan pada pelaku ataupun keluarganya

Meskipun tergoda untuk mengambil tindakan sendiri dan membalas si penindas atau keluarganya, tidak ada hal baik yang akan terjadi apabila tindakan ini dilakukan. Di momen inilah orang tua harus memberikan beberapa contoh untuk anak tentang bagaimana memecahkan masalah.

Sangat sulit untuk mendengar bahwa anak diancam. Tentu saja, orang tua ingin segera menghentikan rasa sakit itu. Tapi ingat, membalas tidak akan membantu anak memecahkan masalah atau merasa lebih baik tentang dirinya sendiri. Alih-alih, tarik napas dalam-dalam dan pikirkan apa yang dapat dilakukan untuk membantu anak mengatasi apa yang dia hadapi.

Langkah 3: Ajarkan anak mengenai cara bereaksi

Melansir dari laman empoweringparents.com, pembuli cenderung memilih orang-orang bereaksi  pasif dengan perlakuan perundungan. Mereka memilih anak-anak yang tidak mau membela diri atau anak-anak yang bisa diintimidasi.

Janet Lehman, pengembang dari program parenting di Empoweringparent.com yang membantu anak-anak. Lehman merekomendasikan pengajaran mengenai reaksi ini dilakukan melalui role play, dimana anak diajarkan untuk tidak banyak bereaksi terhadap apa yang dikatakan pembully. Dia tidak bisa menghentikan intimidasi segera, tetapi dia bisa melepaskan diri darinya dan dia bisa menemukan seseorang untuk diajak bicara tentang hal itu.

Langkah 4: Bekerja sama dengan guru atau administrator di sekolah yang bisa membantu anak

Tanggung jawab sekolah untuk menghentikan intimidasi dan sebagian besar sekolah menganggapnya serius. Namun, salah satu cara yang disarankan oleh Lehman adalah bekerja sama dengan guru konseling di sekolah. Penting bagi rasanya untuk membuat anak sadar bahwa masalahnya di sekolah  juga bisa dibantu oleh guru konseling.

“Setelah putra kami mulai berbicara dengan konselor bimbingan, dia memberi tahu dia bahwa dia bisa duduk di kantornya, bahkan jika dia tidak ada di sana. Sekolah mengizinkannya pada dasarnya mengambil waktu istirahat atau istirahat untuk pergi jika diperlukan. Ini memberinya kendali dan membuatnya merasa tidak berdaya. Ini menunjukkan kepadanya bahwa ada beberapa solusi untuk situasi tersebut. Itu menunjukkan kepadanya bahwa ada harapan,” kata Janet Lehman.

Langkah 5: Kembalikan kepercayaan diri anak dengan menemukan hal yang bisa dilakukannya dengan baik

Dengan menemukan hal-hal yang berbakat atau hal-hal yang bisa dilakukan anak dengan baik akan menyadarkannya bahwa dirinya bernilai, hal ini pula yang akan meningkatkan kembali kepercayaan dirinya dan akan membuatnya nyaman dengan dirinya.

Jadi cobalah untuk menemukan pengalaman positif bagi anak Anda untuk membantunya merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Ingat, setiap kali dia berhasil, itu membantunya mengembangkan harga diri yang lebih baik, yang merupakan kebalikan dari bagaimana perasaan para pengganggu.

Langkah 6: Apabila tidak membaik dengan dampingan mandiri, minta bantuan terapis ahli

Terapis terlatih dapat membantu seseorang lebih memahami bagaimana peran korban ini memengaruhi kehidupan mereka, serta mengajarkan keterampilan mengatasi untuk bergerak maju, seperti komunikasi yang tegas dan penetapan batas. Beberapa korban bullying mendapat manfaat dari kelompok pendukung atau terapi kelompok, di mana orang-orang yang pernah mengalami jenis intimidasi serupa dapat saling mendukung dalam penyembuhan.

Dilansir dari goodtherapy.org, anak-anak yang menjadi korban bullying di sekolah mungkin merasa terbantu untuk berbicara dengan konselor sekolah mereka. Konselor sekolah mungkin dapat bertindak sebagai advokat bagi mereka di sekolah, memeriksa kesehatan mental mereka, dan meningkatkan harga diri mereka.

Penulis: Tasya Fadila

#Women for Women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading