Sukses

Parenting

Hati-Hati Saat Memarahi anak, Ternyata Bisa Berpengaruh Buruk Pada Perkembangan Otak Anak

Fimela.com, Jakarta Sebagai orangtua, pasti kita ingin selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anak. Memberikannya sekolah yang bagus, membuatnya selalu bahagia, membelikan mainan kesukaan, hingga mengajaknya berlibur. Perilaku buruk anak juga memungkinkan orangtuanya untuk memarahinya dengan cara membentak atau berteriak. Namun tahukah kamu bahwa hal ni bisa berpengaruh pada perkembangan otak anak?

Ketika anak sedang di masa-masa kenakalannya, banyak orangtua yang salah dalam mengungkapkan rasa kemarahannya. Perasaan amarah tersebut diungkapkan dengan cara berteriak, memarahinya, bahkan tidak sedikit pula yang memukulnya. Meskipun frustasi kepada tingkah laku anak adalah hal yang wajar, namun jika dihadapi dengan cara yang salah akan memberikan dampak buruk bagi perkembangan anak. Ditambah lagi otak anak belum sepenuhnya matang di usia yang masih sangat dini.

Perlu dipahami bahwa anak-anak disebut sebagai peniru hebat meski perkembangan otaknya belum sempurna. Otak anak akan merekam semua apa yang dilakukan oleh orangtuanya, termasuk berteriak. Mereka akan melakukan hal yang sama kepada orang lain sebagai refleksi apa yang diperbuat orangtuanya

Hal ini disebabkan bagian otak anak yang pertama tumbuh adalah bagian yang berhubungan dengan emosi, dan sebagian besar dari bagian itu adalah rasa takut.  Ini akan berdampak buruk bagi perkembangan anak. Di bawah ini ada beberapa dampak dari memarahi anak yang berefek pada otak anak.

Omelan orang tua bisa merubah perkembangan otak anak

Memarahi anak dengan cara berteriak dan membentaknya dengan keras adalah pola asuh yang bisa merubah otak anak berkembang. Otak manusia cenderung menyerap informasi dan kejadian negatif lebih cepat masuk dibandingkan sesuatu hal yang positif. Anak dengan cepat akan mengikuti perkataan yang terekam dalam otak mereka yang sebagian besar berasal dari orangtua. Mereka cenderung akan menjadi pemarah, memiliki kesabaran yang tipis, hingga tidak bisa mengontrol kemarahannya. 

Berteriak bisa menimbulkan kondisi kesehatan

Ketika anak menunjukkan perilaku buruk, berteriak bukanlah cara yang benar dalam menghadapinya. Tidak hanya akan membuat orang yang berteriak lelah dan sakit kepala, namun akan berpengaruh pada kesehatan anak juga. Berteriak secara berlebihan di saat situasi yang tidak memadai bisa menyebabkan anak stres dan tidak nyaman. Ini juga akan berdampak pada kondisi kesehatan anak, seperti masalah pendengaran dan sakit kepala atau pusing. Sebagai orang tua, penting untuk selalu menggunakan komunikasi yang sehat dan tetap tenang dalam menghadapi kenakalan anak. 

Sulit untuk mengambil keputusan sendiri

Seperti yang sudah diketahui, anak yang seringkali dimarahi atau dibentak oleh orang tuanya akan cenderung lebih merasa takut dan cemas terhadap keadaan sekitarnya. Ini bisa berakibat dalam pengambilan keputusan pribadi atas suatu hal. Mereka akan mengurungkan niatnya untuk berpendapat atau ragu untuk mengambil keputusan mandiri yang menurutnya baik untuk mereka. Seharusnya orangtua menjadi guru sekaligus pembimbing yang baik untuk mendorong anak agar bisa mengambil keputusan yang tepat. 

Tidak percaya diri

Ketika anak sudah dipenuhi dengan rasa cemas dan takut, ini akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan diri mereka. Anak akan lebih memilih untuk diam dan enggan mengeluarkan inisiatif mereka karena takut akan omelan orang lain. Orangtua sebagai pendamping utama anak penting untuk melakukan pendekatan yang positif dalam mendisiplinkan anak agar sang anak bisa membangun rasa kepercayaan diri mereka. 

Memarahinya akan memperburuk perilaku anak

Dilansir dari Healthline, penelitian menunjukkan bahwa memarahi anak dengan membentaknya tidak akan menjamin anak akan berhenti berperilaku buruk di kemudian hari. Justru, itu akan membuat lebih banyak masalah dalam jangka panjang. Anak akan berperilaku semakin buruk akibat dari omelan orang tua, sehingga anak akan semakin sulit untuk dikendalikan. 

Otak anak akan sulit menyerap informasi dengan baik

Ketakutan karena bentakan orangtua bisa membuat saluran neuron di otak anak akan terputus. Hati-hati, putusnya koneksi ini akan berpengaruh pada proses kelancaran penerimaan dan penyimpanan informasi yang mereka terima. Selain itu, hormon stres kortisol anak akan dilepaskan yang jika terlalu banyak akan menghambat otak untuk berfungsi. Ini akan membuat sang anak tidak bisa mengendalikan dirinya sehingga sulit menerima dan menyerap informasi dengan baik. Melihat kasus seperti ini, sudah sebaiknya untuk mencoba merubah pola asuh anak agar mereka ingin mendengarkan perintah orangtuanya. 

 

*Penulis: Balqis Dhia.

#Breaking Boundaries

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading