Sukses

Parenting

Mengenal Co-Parenting agar Anak Tak Merasa Terabaikan Usai Perceraian

Fimela.com, Jakarta Salah satu tantangan dalam menjalankan parenting adalah ketika dihadapkan dengan konflik besar dalam rumah tangga, yaitu perceraian. Perceraian bukanlah proses yang mudah, baik bagi pasangan maupun anak. Sering kali anak lah yang menjadi korban dari konflik perceraian orangtua. Kegagalan dalam penyesuaian diri anak yang menjadi korban perceraian orangtua menyebabkan anak kesulitan dalam menyesuaikan dirinya yang dapat berpengaruh pada kesehatan mental anak.

Tanggung jawab sebagai orangtua dalam mengasuh anak akan terus ada meski sudah bercerai. Berbagai dampak negatif perceraian orangtua dapat mempengaruhi kehidupan anak. Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa penyesuaian diri anak biasanya akan menjadi lebih baik apabila orangtua yang bercerai memiliki hubungan yang harmonis satu sama lain. Maka dari itu, co-parenting menjadi salah satu solusi terbaik bagi sebagian besar anak yang orangtuanya bercerai.

Dilansir dari betterhelp.com, co-parenting mengacu pada proses orangtua yang berbagi tanggung jawab untuk terus mengasuh anak secara bersama-sama bahkan setelah mereka berpisah atau bercerai. Sebenarnya co-parenting bukan hanya berfokus pada hubungan dalam pernikahan, tetapi pada bagaimana dua atau lebih figur parenting berelasi satu sama lain dalam membesarkan anak.

Prinsip Co-Parenting

Co-parenting merupakan cara terbaik untuk memastikan bahwa semua kebutuhan anak terpenuhi dan tetap menjaga hubungan yang dekat dengan kedua orangtuanya. Kunci keberhasilan co-parenting adalah memisahkan konflik pribadi dengan pasangan dari hubungan co-parenting. Hubungan ini sepenuhnya demi kesejahteraan anak.

Kedua orangtua haru sering berinteraksi dan menghormati satu sama lain dengan mengesampingkan perasaan pribadinya agar mampu memberikan kebutuhan anak secara fisik dan emosional. Diperlukan peran aktif kedua orangtua dalam mengasuh anak. Dengan begitu, anak tidak terlalu merasa kehilangan sosok orangtuanya.

Co-parenting membutuhkan fleksibilitas, kesabaran, komunikasi yang terbuka dan konsisten, serta kemauan dari kedua orangtua untuk bernegosiasi dan berkompromi. Co-parenting dapat berjalan lancar dengan komunikasi yang baik. Sangat penting untuk selalu mendahulukan kebutuhan emosional dan fisik anak daripada perasaan pribadi. Coba buat aturan dan rutinitas untuk anak dan orangtua patuhi.

Manfaat Co-Parenting bagi anak

Co-parenting yang efektif bermanfaat untuk membantu menurunkan tingkat stres dan kecemasan anak. Hal ini juga bisa membantu mengurangi konflik antara orangtua yang berdampak negatif pada anak. Dilansir dari laman helpguide.org, berikut beberapa manfaat yang diperoleh anak dengan dilakukannya co-parenting:

Merasa aman

Ketika yakin akan kasih sayang kedua orangtuanya, anak akan lebih cepat dan mudah menyesuaikan diri terhadap situasi baru, anak juga akan memiliki self-esteem yang lebih baik.

Konsisten dan mandiri

Co-parenting menumbuhkan aturan, disiplin, dan penghargaan dalam rumah tangga, sehingga anak tetap hidup dalam aturan, nilai, atu value yang ingin diturunkan oleh kedua orangtuanya. Hal ini membuat anak memiliki kehidupan yang konisten dan mandiri.

Memahami pemecahan masalah

Anak yang melihat orangtuanya terus bekerja sama bahkan setelah perceraian akan lebih mungkin belajar bagaimana menyelesaikan masalahnya sendiri secara efektif. Anak memahami bahwa setiap konflik bisa disikapi bersama.

Memiliki teladan

Dengan teladan baik yang diberikan kedua orangtuanya melalui co-parenting, anak mampu membangun pola hidup yang dapat dibawa hingga dewasa untuk membangun dan memelihara hubungan yang lebih kuat.

Sehat secara mental

Anak yang terkena konflik antara kedua orangtuanya lebih mungkin mengalami masalah seperti depresi, kecemasan, atau ADHD. Dengan co-parenting, kebutuhan emosional anak masih dapat terpenuhi.

 

Penulis: Maritza Samira.

#BreakingBoundariesOktober

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading