Fimela.com, Jakarta Mengontrol dan menahan anak sering kali dianggap sebagai hal yang serupa, padahal keduanya memiliki perbedaan yang mendalam dalam pendekatan dan tujuannya. Mengontrol anak lebih fokus pada upaya untuk mengatur perilaku mereka melalui kekuatan atau tekanan, sering kali berujung pada perasaan terpaksa atau tertekan pada anak. Sebaliknya, menahan anak lebih berkaitan dengan mencegah mereka melakukan sesuatu yang berbahaya atau tidak diinginkan dengan cara yang lebih hati-hati dan terkendali. Menurut Simple Structured Mama, mengontrol cenderung memberi pesan bahwa anak harus mengikuti perintah tanpa ada ruang untuk pilihan atau pertimbangan pribadi, sedangkan menahan lebih banyak berfokus pada keamanan dan keselamatan tanpa menyentuh integritas atau kebebasan pribadi anak.
Mengontrol anak berarti mengarahkan mereka untuk melakukan apa yang diinginkan orang dewasa, sering kali melalui cara yang lebih tegas atau bahkan memaksa. Tindakan ini bisa berupa memberikan hukuman fisik, ancaman, atau penggunaan kekuasaan yang berlebihan. Hal ini bertujuan untuk membentuk perilaku anak dengan cara yang kaku dan tidak memberi ruang bagi anak untuk berekspresi atau belajar dari kesalahan mereka. Sebagai contoh, jika seorang anak melanggar aturan, orang tua atau pengasuh mungkin akan langsung memberikan hukuman tanpa mencoba menjelaskan alasan di balik aturan tersebut. Pendekatan ini bisa berisiko membuat anak merasa takut dan kurang percaya diri, karena mereka lebih fokus pada "tidak ingin dihukum" daripada memahami alasan di balik peraturan tersebut.
Menurut penelitian yang dipaparkan dalam Bradford Behaviour Support, penggunaan kekuasaan dalam mengontrol sering kali tidak membawa hasil jangka panjang yang diinginkan, bahkan dapat memperburuk perilaku anak. Sebaliknya, anak yang terlalu sering dikendalikan bisa kehilangan motivasi internal untuk berperilaku baik, karena mereka hanya melakukannya untuk menghindari konsekuensi negatif. Ini mengarah pada ketergantungan pada kontrol eksternal, bukan pengembangan kesadaran diri.
Advertisement
Advertisement
Menahan Anak: Pendekatan yang Lebih Hati-hati dan Aman
Menahan anak, terutama dalam situasi darurat atau berbahaya, bukan tentang memaksakan kontrol atau dominasi, tetapi lebih kepada menjaga keselamatan anak dan orang lain. Dalam banyak kasus, menahan berarti membatasi gerakan anak agar mereka tidak melukai diri sendiri atau orang lain tanpa memberikan hukuman. Ini lebih seperti tindakan pencegahan atau perlindungan. Misalnya, jika seorang anak dalam keadaan marah atau kehilangan kendali dan hendak berlari ke jalan raya, orang tua mungkin perlu menahan anak untuk mencegah bahaya, tetapi ini dilakukan dengan cara yang penuh perhatian dan empati.
Menurut Bradford Behaviour Support Service, menahan harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan hanya dalam situasi tertentu yang mengharuskan tindakan cepat dan tepat. Menahan anak juga harus dilakukan dengan cara yang minim risiko fisik dan emosional, dengan tujuan utama untuk mengurangi potensi cedera, bukan untuk mempermalukan atau menghukum anak. Ini adalah langkah preventif yang menunjukkan perhatian orang dewasa terhadap kebutuhan mendasar anak akan rasa aman dan terlindungi, bukan pengendalian yang mencekik.
Mengapa Perbedaan Ini Penting untuk Dipahami
Memahami perbedaan antara mengontrol dan menahan anak sangat penting untuk menciptakan hubungan yang sehat antara orang tua dan anak. Ketika anak merasa dikendalikan terus-menerus, mereka cenderung kehilangan rasa percaya diri dan mungkin mengembangkan perasaan negatif terhadap orang dewasa di sekitarnya. Di sisi lain, menahan anak dengan cara yang bijaksana dan penuh perhatian mengajarkan mereka bahwa ada batasan yang perlu dihormati demi keselamatan, tanpa mengorbankan kebebasan atau rasa diri mereka.
Menurut Simple Structured Mama, pendekatan yang berbasis pada pengertian dan pelatihan positif jauh lebih efektif daripada mengontrol anak dengan cara yang kasar atau mengintimidasi. Dalam jangka panjang, ini membantu anak untuk berkembang menjadi individu yang lebih percaya diri dan bertanggung jawab. Mengedepankan komunikasi yang jelas dan empatik juga menjadi kunci agar anak memahami mengapa ada batasan yang diberlakukan, bukan hanya mengikuti aturan demi menghindari hukuman. Pendekatan ini tidak hanya mendukung perkembangan mental anak, tetapi juga memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak.
Membedakan antara mengontrol dan menahan anak adalah langkah penting dalam pendidikan dan pengasuhan yang sehat. Mengontrol bisa menekan perkembangan emosi dan independensi anak, sedangkan menahan dengan cara yang tepat memberi anak rasa aman tanpa merampas kebebasan mereka. Dengan pendekatan yang bijak dan penuh kasih, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal, di mana mereka belajar tentang batasan dan tanggung jawab dengan cara yang positif dan penuh pengertian.
Â
Penulis: Azura Puan Khalisa
#Unlocking the Limitless