Fimela.com, Jakarta Dalam dunia pengasuhan anak, istilah soft parenting dan gentle parenting seringkali digunakan secara bergantian. Padahal, keduanya memiliki perbedaan mendasar yang perlu dipahami setiap orang tua. Lantas, apa saja perbedaan halus antara soft parenting dan gentle parenting? Bagaimana dampaknya pada perkembangan anak?
Dilansir dari berbagai sumber, gentle parenting menekankan koneksi emosional dan rasa hormat terhadap anak, namun tetap menyeimbangkan empati dengan aturan yang jelas. Sementara itu, soft parenting cenderung lebih akomodatif terhadap keinginan anak, bahkan mengorbankan konsistensi. Yuk, kita bahas lebih lanjut perbedaan keduanya agar Sahabat Fimela bisa memilih pendekatan yang paling tepat untuk si kecil.
Memahami perbedaan ini akan membantu orang tua dalam menerapkan strategi pengasuhan yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan anak. Dengan begitu, anak dapat tumbuh menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki kemampuan regulasi emosi yang baik.
Advertisement
Advertisement
Batasan dalam Soft Parenting vs Gentle Parenting
Salah satu perbedaan paling mencolok antara soft parenting dan gentle parenting terletak pada penetapan batasan. Dalam gentle parenting, orang tua menetapkan batasan yang jelas dan konsisten, memberikan panduan yang dibutuhkan anak untuk memahami perilaku yang diharapkan. Sebaliknya, soft parenting seringkali menghindari penetapan batasan yang tegas, bahkan cenderung menghindari konfrontasi.
Anak-anak yang dibesarkan dengan soft parenting mungkin kesulitan mengatur diri sendiri atau beradaptasi dengan harapan yang jelas. Mereka mungkin merasa bingung atau tidak aman karena kurangnya struktur dan arahan dari orang tua. Penting bagi orang tua untuk memahami bahwa batasan yang sehat memberikan rasa aman dan membantu anak mengembangkan keterampilan penting.
Batasan yang jelas membantu anak memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan belajar bertanggung jawab atas perilaku mereka. Dengan adanya batasan, anak juga belajar menghormati orang lain dan memahami pentingnya aturan dalam masyarakat.
Disiplin Positif vs Penghindaran Hukuman
Dalam hal disiplin, gentle parenting menggunakan disiplin positif, seperti penjelasan dan konsekuensi logis, untuk membimbing perilaku anak. Orang tua menjelaskan alasan di balik aturan dan membantu anak memahami dampak dari tindakan mereka. Konsekuensi yang diberikan pun bersifat logis dan relevan dengan perilaku yang dilakukan anak.
Soft parenting, di sisi lain, jarang menghukum anak dan cenderung mengakomodasi permintaan mereka tanpa menegakkan batasan. Orang tua mungkin merasa tidak tega memberikan hukuman atau khawatir akan merusak hubungan dengan anak. Namun, penghindaran hukuman justru dapat menghambat perkembangan anak dalam jangka panjang.
Disiplin positif membantu anak belajar mengendalikan diri, memecahkan masalah, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. Dengan memberikan penjelasan dan konsekuensi yang logis, orang tua membantu anak memahami nilai-nilai moral dan etika yang penting dalam kehidupan.
Advertisement
Fokus pada Pengembangan Diri Anak
Gentle parenting berfokus pada pengembangan keterampilan regulasi emosi, akuntabilitas, dan rasa hormat pada anak. Orang tua membantu anak memahami emosi mereka, belajar mengelola emosi dengan cara yang sehat, dan bertanggung jawab atas tindakan mereka. Mereka juga mengajarkan anak untuk menghormati orang lain dan memahami perbedaan pendapat.
Soft parenting, meskipun bermaksud baik, dapat berfokus secara berlebihan pada pengalaman anak, terkadang mengabaikan kebutuhan untuk menetapkan batasan yang sehat. Orang tua mungkin terlalu fokus pada kebahagiaan anak dan menghindari segala bentuk ketidaknyamanan. Padahal, menghadapi tantangan dan mengatasi kesulitan adalah bagian penting dari proses tumbuh kembang anak.
Dengan berfokus pada pengembangan diri anak secara holistik, gentle parenting membantu anak tumbuh menjadi individu yang mandiri, percaya diri, dan memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup. Orang tua memberikan dukungan dan bimbingan yang dibutuhkan anak untuk mencapai potensi maksimal mereka.