Waspada, Ini Tanda Keracunan Makanan pada Anak yang Harus Dikenali

Gejala keracunan makanan pada anak yang harus diketahui sejak awal. (foto: jcomp/freepik)... Selengkapnya

Fimela.com, Jakarta Anak-anak sering kali sulit mengontrol apa yang mereka makan, terutama saat berada di sekolah atau bermain di luar rumah. Di kantin sekolah, warung sekitar, atau bahkan jajanan pinggir jalan, mereka mungkin tergoda mencoba berbagai makanan tanpa mengetahui bagaimana makanan itu disimpan atau diolah.

Inilah yang membuat mereka lebih rentan terhadap keracunan makanan, karena orang tua tidak selalu bisa memantau kualitas dan kebersihan setiap makanan yang dikonsumsi. Bersumber dari laman kidshealth.org keracunan makanan terjadi ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh bakteri, virus, atau kuman lainnya.

Meskipun tidak dapat terlihat, tercium, atau terasa, kuman-kuman ini dapat menghasilkan racun yang memengaruhi tubuh. Racun inilah yang memicu gejala seperti diare dan muntah. Biasanya, keracunan makanan muncul dengan cepat dalam hitungan jam setelah makanan yang terkontaminasi masuk ke tubuh.

Gejala yang muncul pada anak dapat bervariasi tergantung jenis kuman penyebabnya. Mereka mungkin mulai merasa mual, mengalami sakit perut dan kram, muntah, diare, demam, sakit kepala, hingga merasa lemas. Dalam kasus yang jarang, keracunan makanan bisa menyebabkan pusing, penglihatan kabur, atau sensasi kesemutan di tangan dan kaki. Pada situasi yang lebih serius, kelemahan otot akibat keracunan bisa sampai mengganggu pernapasan.

Kabar baiknya, sebagian besar keracunan makanan pada anak akan membaik dalam beberapa hari tanpa komplikasi serius. Namun, bila gejala cukup berat, seperti muntah terus-menerus atau diare parah, risiko dehidrasi akan meningkat dan memerlukan penanganan medis segera.

Kenali kuman dan sumber kontaminasi penyebab keracunan makanan

Beberapa bakteri penyebab keracunan makanan yang perlu diketahui sumbernya. (foto: stockking/freepik)... Selengkapnya

Keracunan makanan terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi kuman. Sumbernya bisa berasal dari bahan makanan hewani seperti daging, unggas, telur, produk susu, dan makanan laut, maupun dari buah, sayur, dan bahan segar yang tidak dicuci bersih. Bahkan air pun dapat menjadi media penyebaran kuman. Kontaminasi bisa terjadi di berbagai tahap mulai dari proses penanaman dan panen, pengolahan dan distribusi, hingga penyimpanan dan penyajian.

Beberapa kelompok orang memiliki risiko lebih tinggi terkena keracunan makanan, seperti penderita penyakit kronis atau mereka dengan sistem imun yang lemah. Penyebabnya pun beragam, mulai dari Salmonella yang sering ditemukan pada produk susu, daging setengah matang, dan sayuran yang tidak dicuci bersih, E. coli yang umumnya berasal dari daging giling setengah matang atau air tercemar, hingga Listeria yang ditemukan pada produk susu tidak dipasteurisasi, makanan laut asap, dan daging olahan.

Ada pula Campylobacter dari unggas, daging, susu mentah, atau air, Staphylococcus aureus yang menyebar lewat kontak tangan atau percikan saat mengolah makanan, serta Shigella yang mencemari makanan laut, buah, atau sayuran segar jika penjamah makanan tidak mencuci tangan dengan benar. Selain itu, keracunan juga bisa disebabkan oleh virus seperti Hepatitis A yang ditularkan melalui kerang mentah atau makanan yang disentuh orang terinfeksi, serta Norovirus yang mudah menyebar di tempat ramai seperti sekolah dan tempat penitipan anak.

Penanganan dan pencegahan keracunan makanan pada anak

Kebiasaan yang harus dilakukan agar terhindar dari bakteri penyebab keracunan makanan. (foto: pvproductions/freepik)... Selengkapnya

Sebagian besar kasus keracunan makanan pada anak akan membaik dengan sendirinya dalam beberapa hari tanpa memerlukan perawatan khusus. Namun, pada jenis keracunan bakteri yang lebih parah, dokter mungkin meresepkan antibiotik. Jika gejala semakin memburuk atau muncul tanda dehidrasi seperti bibir kering, mata cekung, jarang buang air kecil, atau anak terlihat sangat lemas, segera hubungi dokter.

Jika melakukan pemulihan di rumah, orang tua dapat membantu anak merasa lebih nyaman dengan memastikan ia cukup beristirahat dan mengonsumsi banyak cairan untuk mencegah dehidrasi. Cairan sebaiknya diberikan sedikit demi sedikit agar lebih mudah diterima tubuh. Anak sebaiknya menghindari makanan padat dan produk susu hingga diare benar-benar berhenti. Obat diare bebas tidak dianjurkan karena justru dapat memperpanjang gejala. Setelah muntah dan diare reda, berikan makanan ringan rendah lemak dan tidak terlalu berbumbu untuk menghindari iritasi perut.

Untuk mencegah keracunan makanan, kebersihan dan pengolahan bahan pangan yang benar sangat penting. Ajarkan anak dan seluruh anggota keluarga untuk mencuci tangan dengan sabun dan air hangat minimal 15 detik sebelum makan, setelah dari toilet, dan setelah menyentuh makanan mentah. Pastikan peralatan masak dan permukaan dapur selalu bersih. Pisahkan bahan mentah dari makanan siap santap, masak daging hingga suhu aman, simpan makanan mudah rusak di kulkas, serta buang makanan yang melewati tanggal kedaluwarsa atau berbau tidak sedap.

Penulis: Alyaa Hasna Hunafa