10 Cara Hentikan Pertengkaran Saudara Kandung Menurut Psikolog Anak, Wajib Tahu!

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, konflik antarsaudara kandung adalah bagian alami dari perkembangan setiap anak. Situasi ini justru dapat menjadi wadah penting bagi mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan hidup. Anak-anak bisa belajar manajemen emosi, kompromi, hingga memahami perspektif orang lain.

Meskipun begitu, penting bagi orangtua untuk mengambil langkah proaktif dalam mencegah pertengkaran. Terutama jika perselisihan seringkali melibatkan kekerasan fisik, teriakan, atau bahkan panggilan nama yang menyakitkan. Dilansir dari berbagai sumber, hubungan saudara kandung yang kuat dapat memberikan dampak positif jangka panjang.

Dampak positif tersebut termasuk mengurangi rasa kesepian dan depresi di kemudian hari. Lantas, bagaimana cara efektif untuk menghentikan pertengkaran saudara kandung? Seorang psikolog anak merekomendasikan 10 strategi jitu yang bisa diterapkan orangtua.

Langkah pertama untuk menghentikan pertengkaran saudara kandung adalah memahami penyebab utamanya. Psikolog anak menjelaskan bahwa dua sumber umum konflik adalah perebutan perhatian orang tua atau akses ke barang-barang tertentu, seperti gadget atau mainan favorit. Mengenali akar masalah ini membantu orang tua merespons dengan lebih tepat dan efektif.

Salah satu strategi proaktif yang direkomendasikan adalah mengalokasikan waktu satu-per-satu dengan setiap anak. Jadwalkan waktu khusus secara teratur untuk setiap anak. Ini bukan hanya tentang bermain bersama, tetapi juga memberikan perhatian penuh yang konsisten dan dapat diprediksi.

Memberikan waktu berkualitas ini tidak hanya mempererat hubungan antara orang tua dan anak, tetapi juga membangun harga diri anak. Selain itu, ini secara signifikan mengurangi kebutuhan anak untuk mencari perhatian melalui perilaku negatif, termasuk pertengkaran saudara kandung.

Pastikan untuk memberikan perhatian yang sama kepada setiap anak. Libatkan diri dalam aktivitas yang mereka nikmati, lakukan percakapan bermakna, atau sekadar hadir sepenuhnya untuk mereka. Memutar fokus dan perhatian di antara anak-anak akan mencegah favoritisme yang tidak disengaja.

Mengajarkan keterampilan resolusi konflik adalah kunci untuk mengurangi pertengkaran saudara kandung. Ajarkan anak-anak seni kompromi, di mana mereka belajar untuk menemukan titik tengah dalam perselisihan. Selain itu, latih mereka menggunakan pernyataan "Saya Merasa" untuk mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi, sehingga mereka bisa memahami perasaan satu sama lain.

Empati juga merupakan keterampilan penting yang perlu diasah. Orangtua dapat memodelkan empati dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dengan menunjukkan kepedulian kepada orang lain. Bermain game yang melatih empati juga bisa menjadi cara menyenangkan untuk mencegah pertengkaran saudara kandung.

Bantu anak-anak belajar mengatur emosi negatif mereka selama konflik. Ajarkan mereka cara mengidentifikasi emosi diri sendiri dan saudara kandungnya, lalu kembangkan strategi koping seperti menarik napas dalam-dalam atau pergi ke "ruang tenang". Penting untuk melatih keterampilan ini saat anak-anak tenang, bukan saat konflik sedang memuncak.

Setiap hubungan pasti memiliki konflik, yang penting adalah apakah anak-anak belajar cara memperbaikinya. Orangtua dapat membimbing dengan mengatakan, "Kamu menyakiti perasaan adikmu. Mari kita pikirkan apa yang bisa kita katakan atau lakukan untuk memperbaikinya." Ini mengajarkan keterampilan hidup penting: perbaikan memperkuat hubungan, dan anak-anak yang mempelajarinya sejak dini akan tumbuh menjadi orang dewasa yang dapat mempertahankan ikatan yang sehat.

Menetapkan aturan dan harapan yang jelas di rumah sangat penting. Pastikan aturan rumah konkret, eksplisit, dan dipahami oleh semua anak. Beri tahu mereka dengan tepat apa yang diharapkan dari mereka. Untuk anak-anak yang lebih kecil, jadwal visual dapat sangat membantu karena mereka mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya, seperti kapan mereka bisa mendapatkan barang yang diinginkan.

Intervensi orang tua harus efektif namun tidak memihak. Hindari menjadi wasit dalam pertengkaran anak-anak Anda dan cobalah untuk tetap tenang dan netral. Untuk anak yang lebih kecil, mengalihkan perhatian mereka dari konflik mungkin merupakan pendekatan terbaik karena mereka belum memahami cara mengekspresikan emosi atau berkompromi.

Sementara itu, anak-anak yang lebih tua harus mulai belajar cara menyelesaikan masalah mereka sendiri. Orang tua dapat memberikan tips dan pengingat, atau meminta anak-anak pergi ke "ruang tenang" mereka untuk menenangkan diri. Namun, penting untuk campur tangan jika satu anak menjadi sasaran atau dimanfaatkan oleh saudara kandungnya.

Fokuslah pada solusi, bukan hukuman. Alih-alih bertanya "Siapa yang memulai?" atau "Mengapa kamu melakukan itu?", tanyakan apa yang mereka inginkan dari interaksi tersebut. Pikirkan bersama mereka tentang cara-cara alternatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut, seperti meminta dengan baik atau bertukar mainan, atau beristirahat jika mereka frustrasi sebelum pertengkaran dimulai. Dorong interaksi positif dengan memberikan pujian spesifik saat saudara kandung bermain atau bekerja sama dengan baik.

Orang tua memiliki peran krusial dalam memodelkan perilaku yang diinginkan. Anak-anak belajar sebagian besar dari mengamati orang dewasa, jadi modelkan resolusi konflik yang damai. Dengarkan lebih banyak daripada memberi ceramah; tunjukkan kepada anak-anak seperti apa pendengar yang baik itu. Ketika orang tua berhenti sejenak, melakukan kontak mata, dan memberikan perhatian penuh, mereka mengajarkan cara bersabar dan menghormati.

Pertemuan keluarga dapat menjadi wadah yang efektif untuk membahas masalah keluarga. Ambil peran mediator untuk memastikan bahwa waktu tersebut produktif dan saling menghormati. Pertemuan keluarga juga memberikan kesempatan bagi setiap anggota untuk berbicara dan didengarkan, memperkuat komunikasi dalam keluarga.

Hindari membandingkan saudara kandung atau menunjukkan preferensi untuk pencapaian satu anak di atas yang lain. Ini penting untuk memastikan keadilan dan memelihara lingkungan yang positif. Saat menangani perilaku buruk atau konflik, terapkan disiplin secara konsisten dan adil di antara semua anak. Fokuslah pada pengajaran pelajaran berharga dan mendorong perubahan perilaku positif untuk semua.

Terakhir, pastikan setiap anak mendapatkan ruang pribadi yang cukup. Dengan menyediakan banyak kesempatan untuk bermain individu yang tenang dan damai, Anda memberikan istirahat pada otot sosial mereka. Ini juga memungkinkan mereka mengalami arahan diri dan otonomi, yang penting untuk perkembangan pribadi mereka.