Aku tahu sebagian dari mereka tak serius mengatakan itu, terkadang mereka memang hanya bermaksud bercanda padaku.

"Dan tepatnya Februari 2015, saya mendapat kabar bahwa kekasih saya akan menikah. Saya merasa seperti wanita bodoh sebodohnya."

"Menjadi bahan olokan di kantor karena gagal menikah itu seperti nonton di bioskop sambil makan popcorn. Saya menikmati itu hingga hari ini."

"Saya bisa menjadi jenaka jika pertanyaan tersebut dilontarkan ketika suasana hati sedang bagus didukung dengan keadaan baik lainnya."

"Saat itu saya sadar bahwa saya belum bisa memaafkan dia tapi saya bangga dengan diri saya sendiri bahwa pada saat itu saya tidak menangis."

"Kamu siarkan kabar buruk tentangku pada mereka. Kamu mulai menjatuhkanku."

"Ternyata benar kata orang-orang, bahwa sesuatu yang kita cintai sewaktu-waktu akan berubah menjadi orang yang kita benci."

"Aku ikhlaskan semua yang telah terjadi dahulu dan berteman dengan mantan-mantanku."

“Jangan pernah sesali apa yang sudah terjadi, manusia boleh berencana tapi Tuhan yang menentukan semua.”

“Benar kata orang, kadang kita baru akan merasakan kehilangan saat orang tersebut pergi.”

“Meskipun aku tidak bisa mengembalikan keluargaku seperti dulu lagi, aku harap dengan memaafkan mereka, aku bisa hidup dengan lebih baik lagi.”

"Sampai kemudian aku melakukan salat malam, yang sempat aku tinggalkan. Seusai salat, aku tak dapat menahan tangisku."