Sukses

Primus Yustisio merupakan seorang aktor dan politikus yang berasal Indonesia

Informasi Profil

  • Nama AsliPrimus Yustisio
  • LahirJakarta, Indonesia
  • Tanggal17 Agustus 1977
  • KebangsaanIndonesia
  • PasanganJihan Fahira (2004-sekarang)
  • AnakLana Devina Yustisio (2006), Sami Muhammad Abduh Yustisio (2008), Tara Azkia Alona Yustisio (2010), Aisyil Maryam Yustisio (2015)
  • Partai PolitikPartai Amanat Nasional (PAN)

Primus Yustisio (17 Agustus 1977) merupakan seorang aktor dan politikus yang berasal dari Indonesia. Pria yang memiliki darah Iran ini dikenal berkat perannya dalam sinetron Cinta bersama lawan mainnya Desy Ratnasari.
Selain sinetron Cinta, Ayah dari empat anaknya bersama Jihan Fahira ini juga bermain beberapa sinetron lain yang melambungkan namanya seperti Panji Manusia Millenium, Papaku Keren-keren, dan Si Kembar.

Pernyataan mengejutkan datang dari Primus pada tahun 2008 saat mengumumkan dirinya ikut dalam pemilihan Bupati Subang lewat jalur independen. Meski gagal menjadi Bupati, Primus kemudian mencalonkan dirinya untuk dapat duduk sebagai anggota DPR. Calon yang diajukan PAN ini akhirnya berhasil merasakan bangku DPR perwakilan Jawa Barat IX untuk periode 2009-2014. Pemilu legislatif 2014 kembali mengangkat Primus di DPR mewakili Jawa Barat V periode 2014-2019.

Jihan Fahira Wanti-wanti agar Kuat Iman


Dunia politik ?kerap membuat pelakunya tergelincir kepada hal-hal buruk. Jika tak kuat iman, iming-iming "uang panas" siap membakar karier politikus.
Risiko semacam itu pernah dikhawatirkan oleh Jihan Fahira ketika sang suami, Primus Yustisio, menceburkan diri ke dunia politik.

"Khawatir pasti, karena saya kan istri ya," ucap Jihan Fahira di Jakarta baru-baru ini. Setiap kali, Jihan coba memberikan nasihat kepada Primus supaya menjaga keimanannya selama bekerja. Apalagi, tak sedikit politikus awam yang tergelincir di dunia politik, sehingga berujung ke penjara.

Geram Soal Penyerapan Anggaran Kementerian BUMN yang Minim


Anggota Komisi VI DPR RI Primus Yustisio mengaku jengkel atas minimnya serapan anggaran Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Lantaran penyerapan anggaran hanya 33,7 persen hingga Agustus 2015 dari pagu anggaran Rp 148,07 miliar atau sebesar Rp 49,83 miliar. Melihat kondisi demikian, Primus menilai ada yang salah dengan kementerian tersebut.

"Serapan anggaran 33,7 persen sampai Agustus dibanding tahun lalu itu sampai 78 persen, artinya ada yang salah dengan BUMN, tapi saya tidak boleh keras-keras sekarang," kata dia, di Jakarta, Kamis (3/9/2015).

"Dari 119 BUMN yang ada sebagian besar BUMN duafa yang bisa meminta-minta. Kalau dibandingkan dengan periode yang lalu, PMN tidak dengan mudah, prosesnya panjang, dan sekarang APBN-P 2015 itu luar biasa besar. Walaupun banyak yang belum dicairkan," tutur Primus.