Tiga Hal yang Selalu Diingat Jajang C Noer soal Mendiang Suami

Edy Suherli diperbarui 07 Agu 2016, 23:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Ada tiga hal yang selalu diingat oleh Jajang C Noer pada sosok mendiang Arifin C Noer mantan suaminya. Meski sang suami telah tiada namun ia tetap teringat akan pada tiga hal yang selalu dilakoni sang maestro teater Indonesia itu. Pertama disiplin dalam bekerja, lalu konsisten dalam berkarya dan menghargai perempuan.

Menurut Jajang yang terus berkarya di pentas teater dan akting, ia tidak akan pernah lupa pada komitmen yang dilakukan Arifin pada pekerjaan. "Mas Arifin orangnya selalu disiplin dalam melakoni pekerjaannya baik di teater mau pun di film. Selain itu ia terus berkarya sampai akhir hayatnya. Dan yang ketiga dia amat menghargai wanita sebagai individu, sebagaimana dia menghargai ibunya," ujar Jajang sebelum pementasan lakon 'Madekur & Tarkeni' karya terakhir Arifin C Noer di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (7/8/2016).

Pementasan yang diprakarsai oleh Yayasan Cinta Budaya Indonesia bersama Teater Gelut ini didukung oleh banyak pihak. Seperti aktor Dorman Borisman, Jajang C. Noer, Ingrid Wijanarko, Jose Rizal Manua dan sebagainya. Dukungan yang mereka berikan dalam bentuk kehadiran saat pertunjukan berlangsung. "Senang sekali mendengar ada yang berinisiatif mementaskan karya dari Mas Arifin C Noer. Kali ini lakon yang pentaskan adalah  Madekur dan Tarkeni," ujar Jajang yang dulu saat mendiang Arifin masih hidup juga pernah bermain untuk lakon serupa.

Jajang mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang masih mengenang Arifin C Noer dan juga karya-karyanya. "Sebagai istri saya bersyukur karena masih ada yang mengenang Mas Arifin dan  karyanya. Seperti malam ini teater Gelut mentaskan lagi lakon yang menurut saya tetap kontekstual untuk kondisi sekarang ini," katanya.

Lakon "Madekur dan Tarkeni" sarat dengan kritik sosial. Pembangunan yang hanya mengutamakan urusan fisik melupakan hal esensial ternyata masih terus terjadi hingga kini. Seperti toko Madekur dan Tarkeni dua orang perantau yang mengadu nasib di Jakarta. Namun mereka tak bisa hidup di kota yang gemerlap ini, nasib mereka malang, harus terkubur bersama sampah ibukota.

Sementara itu Ketua Yayasan Cinta, Sandec Sahetapy mengaku tertantang untuk mementaskan kembali lakon karya Arifin C Noer. "Sutradara boleh mati tapi tidak aktor. Kalo aktor mati, teater akan ikut mati. Kalau teater mati niscaya masyarakat akan kesepian dan segera akan menjadi gila. Dan kalo masyarakat gila, teater palsu akan merajarela. Akibatnya yang paling parah, semua warga masyarakat akan beramai-ramai main teater. Hormat saya kepada teman-teman dari Teater Gelut yang mempersembahkan semuanya, rohani dan jasmaninya di pementasan Madekur & Tarkeni," katanya.

Jajang C Noer kembali bernostalgia saat menyaksikan pertunjukan ini. "Karya-karya Mas Arifin itu abadi. Soalnya ia mengambil ide dari yang ia lihat dan saksikan di masyarakat. Semua itu adalah realitas sosial yang dituangkan dalam bentuk karya teater," kata Jajang C Noer soal karya Arifin C Noer.