Sederhana dengan Teknologi Tinggi: DNA yang Membedakan UNIQLO dengan Brand Lainnya

Ratna Irina diperbarui 20 Feb 2015, 12:00 WIB

Jakarta
"UNIQLO mengandung simplicity di dalamnya. Nggak berteriak menyuarakan tren tertentu serta sangat mudah untuk di-mix-n-match dengan apa yang sudah kita miliki di dalam lemari," jelas LeAnn Nealz, Chief Creative for Global Design UNIQLO yang membawahi beberapa grup desainer UNIQLO di New York, Los Angeles, Tokyo serta Shanghai. LeAnn mengatakan bahwa gaya hidup (orang) adalah inspirasi utama bagi ide desain UNIQLO. Mengutamakan pilihan bahan yang dipakai adalah DNA dari UNIQLO sebagai brand.

Nggak masalah apakah kamu tipe yang fashionable serta suka mengikuti tren atau suka gaya yang konvensional, kamu tetap bisa memilih atau memakai UNIQLO, karena kesederhanaan tersebut. Dibandingkan dengan mengikuti tren yang ada, mempertahankan konsep sederhana justru lebih sulit. Makanya, (teknologi) bahan yang dipakai jadi satu hal yang akan terus dikembangkan. Pernah dengan HeatTech? Bahan dasar kaus serta pakaian dalam khusus untuk cuaca dingin keluaran UNIQLO ini sudah dikembangkan selama 10 tahun sampai akhirnya mencapai kelebihan yang dimiliki saat ini.

Yuki Katsuta, Senior Vice President of Global Research and Design Fast Retailing Company, grup retail besar Jepang yang membawahi UNIQLO berkata bahwa, "Teknologi membutuhkan waktu untuk pengembangan (contohnya HeatTech), setiap musim kami selalu berusaha untuk memperbaiki desain dengan meningkatkan teknologi bahan. (Misalnya) dibuat lebih lembut, menjadi tahan air, mengandung pelembab dan seterusnya. Inovasi nggak terjadi dalam satu malam, banyak proses terjadi di dalamnya, dan hal ini juga terjadi pada proses desain."


UNIQLO terkenal nggak pernah lelah untuk mengembangkan kualitas bahan dengan riset dan pengembangan teknologi. Terbukti dengan selalu bekerja sama dengan Toray Industry asal Jepang serta pembuat bahan denim terkenal dari Jepang, Kaihara yang menghasilkan Jeans Skinny Fit menggunakan jeans serat yang kosong pada bagian tengahnya sebagai hasil pengembangan teknologi dari UNIQLO, pembuat denin dari Jepang Kaihara serta ahli material Toray Industries. Serat baru ini 20% lebih ringan dari pada serat denim biasa sehingga menjadikannya sangat ringan dan terasa nyaman di kulit, lentur, menyerap keringat dan cocok untuk musim atau udara panas.

Khusus untuk koleksi Spring/Summer 2015 ini, pakaian dalam AIRism dibuat sangat ringan, lentur, dan sangat nyaman. Diciptakan berdasarkan konsep lama bahwa pakaian dalam akan menghangatkan tubuh dan ternyata produk ini sangat disukai bahkan oleh orang yang tidak terbiasa untuk mengenakan pakaian dalam. Dan tahun ini, UNIQLO menjadikan AIRism lebih baik lagi. Bakteri yang menempel pada serat kain merupakan penyebab bau tak sedap pada pakaian. Koleksi laki-laki AIRism telah memiliki kandungan untuk menetralkan bau yang disebabkan oleh ammonia acetic, isovaleric acid, noneal dan lainnya, dan untuk musim ini UNIQLO menambahkan kandungan baru untuk mengontrol bau yang disebabkan oleh bakteri saat kita mengeringkan baju di dalam ruangan. UNIQLO menambahkan kandungan pelembab pada koleksi perempuan AIRism agar terasa lembut saat dipakai.

LeAnn kemudian menambahkan bahwa, "Gaya hidup masyarakat sekarang sangatlah aktif. Sehingga tidak heran kalau kemudahan 'maintenance' pakaian adalah salah satu hal yang penting." Pengaruh (budaya dan masyarakat) Jepang yang sederhana serta praktis juga menjadi faktor saat pengerjaan setiap koleksi. "When we design something, it has to fit a lot of people."


Saat ditanya bagaimana mengembangkan desain sebuah lini yang simpel (baca: basic) seperti UNIQLO? LeAnn dengan semangat menjelaskan, "Simple and pure items are harder to develop than designing something that following the trend. Makanya kami berkonsentrasi penuh pada riset dan pengembangan. Seperti pemilihan bahan, memperhatikan bagaimana jatuhnya pakaian saat dipakai. Hal kecil seperti bentuk pipa celana, apakah pinggang sebuah dress dibuat sedikit lebih lebar, detil-detil kecil tapi penting untuk membuat perubahan menjadi hasil yang lebih baik. It is important to stay current, relevant and modern. We are not (per se) a fashion brand. But we are (a fashion brand) in our own way," LeAnn menambahkan.

LeAnn mengaku sebagai pecinta fashion. Dan seperti perempuan pada umumnya, juga suka berbelanja pakaian. "Tapi, ada satu filosofi kuat yang menentukan mana (desain) yang memiliki DNA UNIQLO dan mana yang tidak. Item UNIQLO harus bisa mengikuti gaya setiap individu pemakainya. Bagaimana personal style setiap individu tersebut." Dan LeAnn membantah kalau UNIQLO adalah lini pakaian basic, because different people find different things in the store.

One sentence for UNIQLO; made for all.

Perempuan yang sudah banyak makan asam garam dunia retail ini pun menerangkan bahwa, "Suatu tantangan, bagaimana membuat sesuatu yang baru dan segar setiap musim. Bagaimana membuat sesuatu yang cocok untuk berbagai tipe orang di seluruh dunia." Hal tersebut juga menjadi filosofi di balik lini LifeWear. Konsep LifeWear sendiri pertama kali diperkenalkan oleh UNIQLO awal tahun 2013. Fokus kepada pemakainya, LifeWear mempresentasikan dedikasi UNIQLO untuk menawarkan jenis pakaian yang inovatif, gaya, dengan desain universal dan kualitas yang baik. LifeWear memberikan kenyamanan untuk semua orang dengan gaya hidup yang berbeda-beda. Intip koleksi LifeWear UNIQLO Spring/Summer 2015 di sini.

What's On Fimela