Vemale.com - Berhubung usia hubungan Anda berdua baru enam bulan, tak heran jika semua orang kerap menghadiahkan gelar "pasangan supernempel' setiap kali Anda melintas. Tapi tak disangka, pekerjaan yang datang bertubi-tubi membuat kekasih terpaksa meninggalkan euforia sebagai pasangan baru.
Dan dalam waktu singkat, status hubungan Anda berdua pun memasuki fase yang kerap dialami para long-term couple: stagnasi atau malah degradasi hubungan. Okay, jadi apa yang harus dilakukan sebelum "godaan-godaan" membuat Anda mengambil keputusan yang salah? Well, this is it.
KRONOLOGI PERASAAN ANDA
Hari 1: "I know that we can do this, baby! Cinta bisa mengatasi segalanya, kok!"
Minggu 1 : "Yeay! Saatnya bertemu the girls!"
Minggu 2: "Hmmmm, I think i already miss him."
Minggu 3: "Rasanya perlu beli tiket pesawat ke sana deh...."
Minggu 4: ................ (mati rasa)
Minggu 5: "Oww, who's that cute guy?"
Familiar dengan kalimat-kalimat di atas? Meski ia meninggalkan Anda ke luar kota karena pekerjaan, Anda tidak boleh menjadikan jarak sebagai alasan mengapa perasaan Anda memudar perlahan. Mungkin Anda tipe "love-at-first-sight-junkie" yang mudah jatuh cinta pada orang lain. Biasanya, tipe ini cenderung needy dan mudah merasa kesepian. Karena tidak mau sendirian, Anda butuh seseorang untuk selalu ada di dekat Anda.
Ketika pasangan harus pergi, rasa insecure membuat Anda terburu-buru menempelkan status "jatuh cinta lagi" pada orang lain yang siap menemani (ya, hanya karena Anda tidak suka sendirian). Jangan tergesa-gesa melempar pertanyaan dalam hati, "Siapa kira-kira orang yang bisa menemani saya?" Sebaiknya, ingat-ingat lagi bagaimana perasaan Anda pada pasangan sesungguhnya, saat ia sedang tak di dekat Anda.
Okay, let's try to rewind! Awalnya, Anda merasa dunia runtuh ketika ia memberi kabar harus menetap di luar kota selama beberapa bulan. Tapi, ada sedikit excitement untuk memperbaiki hubungan sosial bersama sahabat dan keluarga yang sempat terlupakan karena terlalu sibuk pacaran. Kemeja miliknya pun menjadi piyama wajib tiap kali hendak tidur.
Seiring menghilangnya bau parfum di kemeja itu, perasaan Anda padanya pun mulai goyah karena faktor-faktor lain, seperti perasaan kangen berlebihan yang mengakibatkan Anda mencari kesibukan untuk mengalihkan rasa itu (sehingga lama-lama rasa itu benar-benar hilang), terlalu banyak hangout (uang menipis dan kemudian mulai bosan bertemu sahabat-sahabat Anda karena terlalu sering pergi), atau faktor lain, bertemu pria lain. Nah, yang ini baru serius.
FORBIDDEN FLIRT
Forbidden? Really? Tentu saja, apalagi kalau Anda dan pasangan sudah merencanakan pernikahan. Apa lagi jika alasan mengapa ia meninggalkan Anda demi pekerjaan adalah karena ia sedang mencari uang demi mewujudkan resepsi pernikahan impian Anda. Sebelum ia pergi, sebenarnya Anda sudah yakin betul bahwa ia akan menjadi suami yang baik untuk anak-anak Anda nantinya. Tapi, hanya karena ada hambatan pada jarak, Anda pun melupakan keyakinan ini dan mudah terbius "cinta sesaat" dari pria lain. Percayalah, ini bukan ide yang baik. Long-distance relationship itu tak selalu buruk kok, selama Anda berdua bisa mengatasi masalah utama dalam hubungan tipe ini, pasti hubungan Anda kembali bergairah.
Nah, dalam bukunya THE 100 MOST ASKED QUESTIONS ABOUT LOVE, SEX AND RELATIONSHIP, Barbara De Angels menemukan tiga masalah utama dalam hubungan jarak jauh, yakni:
1. Anda tidak tahu seperti apa pasangan Anda sebenarnya. Karena waktu pertemuan yang sangat minim, Anda berdua pasti ingin memberikan attitude terbaik selama bertemu. Alhasil, Anda berdua tidak tahu apa yang sebenarnya Anda rasakan.
2. Saling menghindari masalah. Anda tentu tak mau waktu yang hanya sedikit ini terbuang untuk bertengkar, dong? Bahayanya, jika salah satu punya unek-unek, tak ada yang mau berkata terus terang, dan "bom waktu" bisa meledak kapan saja.
3. Akan tercipta unrealistic picture dalam hubungan. Karena selalu ingin menghabiskan waktu berdua saja, hubungan ini cenderung tidak melibatkan keluarga dan para sahabat.
JANGAN LARI, BENAHI HUBUNGAN
Baca kembali judul artikel ini: "Should I Stay, or Should I Go?"Jadi, apa yang akan Anda pilih? Agar tidak menyesal nantinya, sebaiknya usahakan dulu untuk mempertahankan hubungan. Luangkan waktu untuk menyelami perasaan Anda. Cari tahu apa yang sebenarnya yang jadi kendala utama dalam hubungan ini. Jika kendalanya hanyalah jarak, menurut Barbara solusinya adalah tetap sabar menunggu kedatangannya dan jadilah diri Anda sendiri. Maksudnya, tak usah berusaha membuat setiap momen terasa spesial setiap kali bersamanya, biarkan hubungan Anda berdua berjalan layaknya pasangan kebanyakan. Jangan pernah memaklumi setiap masalah yang datang dalam hubungan hanya takut momen kepulangannya terbuang sia-sia, tapi komunikasikan setiap masalah yang datang, dan cari jalan keluar.
Tapi jika ternyata Anda sadar bahwa Anda seorang "love-at-first-sight junkie" yang ingin menjalin sebuah hubungan jangka panjang,cobalah menghindar dari "godaan", tahan nafsu untuk melirik pria lain, dan atasi kesepian dengan kegiatan positif. "Sebelum yakin betul bisa mengatasi segala godaan itu, jangan pernah mengambil keputusan untuk menikah," ujar Barbara. Fix yourself first, before you try to fix the relationship. Oh ya, Barbara juga berkata kalau semua pasangan pasti bisa, kok, jatuh cinta lagi pada pasangan yang sama. Rasa jenuh dan stagnan pada hubungan pun bisa berubah jadi perasaan berbunga-bunga bak pertama kali pacaran. Good luck, ladies! [initial]
Source: Cosmopolitan, Oktober 2010, halaman 174
Provided by:
(Cosmo/meg)
(Cosmo/meg)