Asal Muasal Kata 'Fashionista' Yang Kemudian Disesali Pencetusnya

Fimela diperbarui 22 Apr 2013, 09:00 WIB

Saat ini, kata 'fashionista' pasti sudah banyak Anda baca, dengar bahkan ucapkan. Jika meruntut pada arti yang ditulis dan dimasukkan ke dalam kamus Oxford English Dictionary, fashionista berarti semua orang yang berkecimpung dalam dunia fashion, termasuk desainer, fotografer, model, penulis fashion dan lain-lain, juga untuk siapa saja pemuja industri fashion dan pemakai pakaian high-fashion.

Anda mungkin penasaran dengan siapa sih yang mencetuskan atau yang melontarkan kata-kata ini? Well, please welcome, Stephen Fried. Seorang laki-laki? Yup, Stephen Fried, seorang laki-laki dan ia lah yang disebut oleh DailyMail UK sebagai orang yang pertama kali mencetuskan kata 'fashionista'.

Pertama kali, Stephen Fried mengeluarkan kata ini ketika ia menulis sebuah buku Thing of Beauty : The Tragedy of Supermodel Gia Carangi.

Saat itu, Stephen terinspirasi untuk menambahkan 'ista' pada kata fashion setelah membaca sebuah majalah retro yang terbit akhir abad 70-an, ketika Sandinistas di Nikaragua sedang mendominasi Headline mereka. Istilah ini kemudian mulai menghangat sejak pertama kali digunakan pada musim gugur tahun 1995 di sebuah European couture show. 3 tahun kemudian, HBO membuat film tentang Gia yang dimainkan oleh Angelina Jolie dan istilah ini semakin banyak diucap termasuk pada serial Sex and the City, Barbie Doll bahkan Hello Kitty. Pada awalnya, Stephen memaknai 'fashionista' sebagai sekumpulan orang yang terlibat dalam fashion shoot.

Ada juga kesalahpahaman terhadap pemaknaan ini. New York Times pernah membuat sebuah pembahasan tentang pendapat orang tentang makna kata ini, dimana desainer Donatella Cersace pernah mengatakan 'saya adalah fashionista dan saya bangga atas itu' sedangkan seorang fashion editor Polly Mellen menganggap bahwa fashionista berarti korban fashion.

Dilansir oleh DailyMail dan The Atlantic, Stephen merasa 'menyesal' telah merusak bahasa saat menuliskan biografi tentang Gia. Ia juga menambahkan bahwa wajar jika kata tersebut tumbuh dengan seiring waktu dan siapa yang menggunakan. Namun, ia merasa bahwa sangat tidak adil jika kata tersebut digunakan untuk 'mengutuk' seseorang yang menjadi 'korban fashion'.

(vem/dyn)