Terlambat Menikah Jauh Lebih Baik daripada Salah Memilih Pasangan

Fimela diperbarui 27 Feb 2018, 17:00 WIB

Apakah kamu setuju bahwa lebih baik terlambat menikah daripada menjalin hubungan dengan orang yang salah, seperti tulisan Sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Bukan Cinta Biasa ini?

***

Pertanyaan demi pertanyaan terus mengalir ketika usiaku telah menginjak ke angka 26. Ya usia yang sudah matang untuk menikah dan memiliki anak. Tapi bagiku bukanlah perkara yang mudah untuk bisa hidup bersama seseorang. Bukan karena aku terlalu pemilih atau mengejar karier, tetapi terlalu banyak hal yang kukhawatirkan. Dilema saat menentukan apakah memang dia atau bukan. Apakah bisa bersama atau tidak terkadang terus membayangi. Terlambat menikah jauh lebih baik daripada salah memilih pasangan. Kekecewaanku karena luka dan trauma di masa lalu karena dicampakkan masih membekas di hati.

Tentu saja pertanyaan awalnya apakah calonku sudah ada atau belum. Tentu saja sudah tapi tetap saja aku ragu meskipun dia pria yang baik bahkan aku sudah mengenalnya dari kecil karena dia adalah cinta pertamaku sewaktu SD. Dan selama 13 tahun kami tidak bertemu akhirnya aku memberanikan diri untuk menyapanya via Facebook.

Dia kaget karena tidak menyangka aku akan mengechatnya duluan. Bahkan dia sempat mencariku di media sosial tapi tidak ketemu. Entah itu hanya alasannya saja aku tidak tau, yang jelas pada saat itu aku bahagia. Bahagia karena bertemu dengan cinta monyetku semasa SD meskipun sebatas via Facebook. Niatku ingin bertemu akhirnya pupus ketika aku tau bahwa dia tidak lagi tinggal di Indonesia. Ya saat itu dia tinggal dan bekerja di Jepang. Bahkan dia hanya pulang dua tahun sekali untuk berkumpul dengan orangtua dan keluarganya.



Rasa rindu ingin bertemu akhirnya pupus karena jarak yang teramat jauh. Tapi kami terus mengobrol bahkan dia mengungkapkan rasa yang dulu ia miliki padaku walaupun sebenarnya aku sudah tahu dia memiliki rasa padaku. Dan aku juga mengungkapkan kalau sebenarnya dia lah cinta pertamaku dan itu membuatnya kaget. Aku sengaja tidak memberitahunya begitu pun dengan dia semasa itu. Dan selama itu aku memendam rasa padanya sampai ia tanya kembali padaku apakah sekarang aku memiliki rasa yang sama untuknya.

Tentu saja jawabannya iya lalu dia juga mengungkapkan rasa yang masih ia simpan untukku. And then guess what? Kami jadian walaupun belum bertemu dengan jarak yang memisahkan. Keadaan itu membuatku membisu seketika antara bahagia dan bingung dengan rasa yang campur aduk. Entah ekspresi apa yang harus kuungkapkan. Walaupun belum bertemu, kami selalu menyempatkan video call di sela-sela kesibukan kami. Dan itu membuatku semakin merindukan sosoknya. Sejujurnya aku tidak menyangka bahwa LDR itu ternyata berat. Ya berat karena rindu tidak bertemu sosoknya seolah semua hanyalah semu.

Tapi aku tidak akan menyerah begitu saja sampai aku bertemu dengannya. Sampai akhirnya dia memberitahuku dia akan pulang ke Indonesia akhir puasa dan lebaran di sini. Aku senang karena akhirnya aku bisa bertemu sosoknya yang tidak pernah lagi kutemui selama 13 tahun. Apalagi dia serius dengan hubungan kami hingga ke jenjang pernikahan bahkan aku sempat senyum-senyum sendiri ketika dia menanyai lingkar jari dan tanganku. Apa dia ingin melamarku? kado ulang tahunku? Atau kado wisuda? Dia menanyakan itu tepat di bulan di mana aku ulang tahun dan selesai wisuda. Aku jadi bingung sendiri, penasaran sekaligus bahagia. Perempuan mana yang tidak senang dan berkhayal ketika sosok pria yang dicintai menanyakan itu begitupun denganku. Bahkan aku tidak bisa tidur karena itu.

Hari yang dinanti pun tiba. Tidak butuh berapa bulan aku bisa berjumpa dengannya. Dan rasa rinduku ingin bertemu akhirnya tersampaikan. Aku bingung baju apa yang harus kupakai untuk bertemu dengannya. Sampai tujuh kali aku mencocokkan baju yang pas hanya karena ini. Setelah selesai dandan aku pun berangkat ditemani abang, adik, dan sepupuku. Kami sudah janjian di bioskop padahal sebenarnya aku ingin bertemu dengannya di taman karena menurutku lebih nyaman dengan suasana alam. Lalu aku duduk menunggu dia yang belum sampai. Jantungku bergemuruh dengan kencang ketika melihat sosoknya dari jauh karena aku tahu itu dia. Mata kami pun bertemu dengan senyum indah yang menghiasi wajahnya, ketika itu aku ingin memeluknya karena rindu yang teramat lama kusimpan selama 13 tahun.

Hari demi hari kami lewati, aku senang karena dia sudah mengenalkanku kepada orangtua, saudara, keluarga bahkan teman-temanya. Begitupun denganku. Orangtuaku juga bahagia bertemu dengannya. Bahkan aku ingin menghentikan waktu hanya karena ingin bersamanya. Rasanya begitu cepat waktu berlalu ketika bersamanya sampai waktu di mana dia balik ke Jepang pun tiba.

Sebelum dia pulang kusempatkan membuat potret lukisannya, boneka bantal yang kulukis karikatur wajahnya, foto-foto kami selama bersama, dan beberapa lukisan dirinya yang aku buat. Kusempatkan membeli sepatu sport sebagai kenang-kenangan untuk hadiah ultahnya di akhir bulan, tidak lupa kuselipkan surat untuknya. Aku tahu bagaimana perasaannya ketika membaca surat dariku walaupun ia tidak menangis tapi dari wajah dan matanya tersirat kesedihan. Sengaja kutahan air mataku untuk tidak menetes agar ia tidak sedih, tetapi nyatanya aku gagal. Ketika kutatap matanya air mataku tidak hentinya berhenti.

Dia menyeka air mataku, memelukku dan mencium keningku sebagai tanda perpisahan darinya. Sampai sekarang kata-kata yang tidak bisa kulupakan adalah kata-kata manis dan hangat yang menyentuh hatiku sebagai tanda perpisahan. Itulah cerita kisah manisku bersamanya selama sebulan sampai akhirnya hubungan LDR kami pun terus berlanjut. Hingga tiba di mana hari dia cuek padaku. Rasanya ada yang berbeda darinya. Dia tampak berbeda semakin tidak peduli dan acuh padaku. Aku sempat curiga apa dia menjalin hubungan spesial dengan perempuan di sana. Ingin bertanya dengan kawan atau saudaranya tapi tidak ada yang kukenal. Sampai akhirnya timbul rasa ragu ingin serius bersamanya.



Dia bilang aku tidak boleh ikut dengannya ketika kami menikah nanti. Dia akan meninggalkanku dan anak-anak kami di Indonesia sementara dia kerja di Jepang sampai dia tua dan hanya pulang beberapa tahun sekali. Rasanya tidak adil sekali bagiku dan menurutku egois karena tidak ingin mendengar pendapatku. Jujur aku tidak bisa, menahan rindu saja sudah berat apalagi LDR setelah menikah dan punya anak kuakui aku tidak mampu. Di sepertiga malamku selalu kupanjatkan doa yang terbaik untuk hubungan kami hingga tiba di mana hari kami berantem hanya karena hal sepele. Dan akhirnya aku memutuskan hubungan dengannya, entah kenapa aku menyesal karena emosi semata. Besoknya aku meminta maaf dan mengajak balikan tapi apa yang terjadi? Dia tidak ingin bersamaku lagi.

Rasanya hatiku remuk, besoknya aku tanya lagi, aku chat dia kembali tapi jawabannya tetap tidak. Rasanya baru ini aku ditolak dan aku harus menjatuhkan harga diriku sebagai wanita. Jika selingkuh mungkin aku bisa terima tapi ini jelas hanya karena masalah sepele dan emosi semata. Rasa trauma karena dicampakkan mantan pacarku selama 3 tahun saja belum hilang ditambah lagi dengan ini. Aku menangis sejadi jadinya. Tidak nafsu makan bahkan untuk tidur saja sulit karena pikiranku masih terus membayangi dirinya. Rasanya seperti mengulang kejadian silam dengan mantanku yang pertama mungkin lebih dari itu.

Seharusnya dari awal aku memang tidak pacaran jika akhirnya hanya menambah luka dan sesak di dada. Tapi mungkin semua yang terjadi adalah jawaban dari doaku di sepertiga malam. Hari terus berlanjut tapi aku tidak bisa melupakan kenangan bersamanya walaupun hanya sebentar. Bahkan hari-hariku masih terasa sepi, kali ini lukaku terlalu berat atau mungkin tidak bisa terobati. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk hijrah, memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.



Setelah itu hatiku sedikit tenang, keresahan dan kegalauan yang dulu kurasakan semakin menghilang sampai aku diterima kerja di salah satu rumah sakit swasta. Dan aku bertemu mata dengan seseorang yang rasanya seperti sudah lama mengenalnya. Kulihat name tag nya ketika mengisi absen untuk membuat finger scan karyawan ternyata benar aku kenal dia di Facebook. Aku senyum tapi dia tidak membalas senyumku, dia hanya menatapku lama seolah dia pun mengenalku. Siangnya aku bertemu lagi dengannya dan aku senyum lalu dia memanggilku dan mengajak untuk mengobrol. Ternyata kami sudah kenal sewaktu aku sudah jadian dengan mantanku yang di Jepang. Aku panggil dia Kang A karena Kang A orang Sunda.

Dia yang pertama kali mengajakku chat, lalu dia tanya apa aku sudah punya pacar apa belum tentu saja kujawab sudah. Tapi dengan jujur tadinya dia ingin serius denganku karena dia tau aku sudah punya. Niatnya untuk mendekatiku pun gagal. Begitulah cerita pertama kali aku kenal kang A dulu sampai kami bertemu untuk pertama kalinya setelah sekian lama hanya kenal sebatas di Facebook.

Dia tertawa dan jujur padaku bahwa dia lupa dan tidak lama habis membuat finger scan dia langsung ke ruangannya dan mengecek Facebook. Tadinya dia ingin berteman denganku lalu dia kaget karena sudah berteman dan bahkan sudah chatingan di FB. Dia tidak berhenti tertawa lalu dia tanya apakah aku masih dengan mantanku yang di Jepang, tentu saja aku menjawab tidak. Aku bilang padanya untuk tidak berpacaran lagi. Tiba-tiba dia bilang ingin serius denganku. Aku terdiam lalu kupertegas lagi, “Maaf Kang, saya tidak mau pacaran lagi." Lalu dia bilang kalau dia pun tidak ingin pacaran karena dia serius ingin menikahiku. Aku kaget karena baru ini kutemui pria yang serius tanpa adanya hubungan pacaran.



Aku pun mengiyakan entah kenapa hatiku berkata, “Jangan menolak dia." Aku pun mengikuti kata hatiku. Tidak ada sedikit pun hati nuraniku berkata dia ingin mempermainkanku. Ternyata benar niatnya serius denganku tidak main-main bahkan dia pria yang berbeda dari pria-pria yang aku kenal. Betapa beruntungnya aku bisa dipertemukan olehnya. Pria sederhana yang menyayangiku dengan semua kekuranganku. Ternyata terlambat menikah jauh lebih baik daripada terburu-buru dan salah memilih pasangan.

Mungkin dia lah doa dan jawaban dari Allah selama ini. Saat ini kami sudah sebulan bersama dan insyaallah akan bertemu di pelaminan kami sesegera mungkin. Tidak kusangka pria yang dulu pernah kutolak karena aku berpacaran dengan pria yang belum tentu jodohku dan hanya berkenalan via Facebook ternyata jodohku.

Ternyata perjalanan menuju jodohku penuh lika-liku dan tidak semudah yang kubayangkan. Kekecewaan, luka, dan trauma di masa lalu pupus seketika karenamu, Kang. Simpel untuk mendapatkan hatiku, beri senyuman di wajah kedua orangtuaku. Itu saja. Dan kang A sudah membuktikan itu padaku. Cintanya yang tulus mengantarkan kami ke ikatan yang suci. Aku mencintaimu, Kang.






(vem/nda)