Filosofi Mitoni: Ritual Tujuh Bulanan dalam Adat Jawa

Fimela diperbarui 20 Mar 2018, 14:00 WIB

Mitoni atau acara tujuh bulanan usia kehamilan umum dilakukan pada masyarakat Jawa. Acara mitoni atau tingkeban, merupakan prosesi adat Jawa yang ditujukan pada ibu yang kandungannya mencapai usia tujuh bulan kehamilan

Mitoni, tingkeban, atau Tujuh bulanan merupakan suatu prosesi adat Jawa yang ditujukan pada wanita yang telah memasuki masa tujuh bulan kehamilan. Mitoni sendiri berasal dari kata “pitu” yang artinya adalah angka tujuh. Meskipun begitu, pitu juga dapat diartikan sebagai pitulungan yang artinya adalah pertolongan, di mana acara ini merupakan sebuah doa agar pertolongan datang pada ibu yang sedang mengandung. Selain mohon doa akan kelancaran dalam bersalin, acara mitoni ini juga disertai doa agar kelak si anak menjadi pribadi yang baik dan berbakti.

Prosesi pada Acara Mitoni

Acara mitoni terdapat beberapa ritual yang perlu dilakukan. Setiap prosesi mitoni ini memiliki filosofi dan makna tersendiri. Ladies, berikut ini adalah prosesi mitoni yang perlu kamu ketahui.

Siraman

Acara ini dilakukan untuk menyucikan secara lahir dan batin sang ibu dan calon bayi. Siraman dilakukan oleh tujuh orang bapak dan ibu yang diteladani dari calon ibu dan calon ayah. Dengan gayung batok kelapa, ibu dan bapak terpilih tersebut menyiram calon ibu dimulai dari saudara tertua di keluarga.

Acara Brojolan

Sang ayah akan meluncurkan dua cengkir dari balik kain yang dipakaikan sang ibu. Cengkir atau kelapa muda yang dipakai sebelumnya telah dilukis Dewi Kamaratih melambangkan bayi wanita jelita dan Dewa Kamajaya melambangkan bayi pria rupawan

Acara dilanjutkan dengan prosesi membelah cengkir, sebagai simbol untuk membukakan jalan si calom bayi agar lahir pada jalannya.

Pembagian Takir Pontang

Takir pontang adalah tempat makanan yang akan disajikan, yang terbuat dari daun pohon pisang dan janur dan dibentuk menyerupai kapal yang mempunyai maksud bahwa dalam mengarungi bahtera kehidupan harus menata diri dengan menata pikiriran karena laju perjalanan bahtera selalu pontang panting mengikuti gelombang kehidupan.

Hidangan yang sudah di letakan pada takir pontang pun diberikan sebagai suguhan dan ucapan terima kasih dibagikan kepada para sesepuh yang menghadiri upacara.

Jualan Dawet dan Rujak

Acara ditutup dengan prosesi jualan dawet dan rujak. Filosofi dari rangkaian acara ini adalah usaha sebagai calon orang tua untuk memenuhi kebutuhan anak kelak. Prosesi ini pun merupakan sebuah harapan agar si anak dapat mendapat banyak rejeki untuk dirinya dan juga bagi kedua orang tua mereka.

Baca Juga: Resep Rujak Gobet untuk Acara Mitoni

Nah, ladies demikian filosofi dari prosesi mitoni. Tertarik untuk melakoni mitoni nanti saat hamil? Share yuk di kolom komentar.

(vem/apl)
What's On Fimela