Permasalahan Adat Kerap Menimbulkan Drama Jelang Pernikahan

Endah Wijayanti diperbarui 26 Jul 2019, 13:05 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan punya cara berbeda dalam memaknai pernikahan. Kisah seputar pernikahan masing-masing orang pun bisa memiliki warnanya sendiri. Selalu ada hal yang begitu personal dari segala hal yang berhubungan dengan pernikahan, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Fimela Juli: My Wedding Matters ini.

***

Oleh: Khairina Noer - Bekasi

“Udah nangis belum?” Pertanyaan itu kerap kali aku dapatkan saat sedang menyiapkan pernikahanku. Awalnya aku tidak percaya dan merasa yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja, tapi ternyata yang dikatakan beberapa orang itu terjadi juga padaku.

Aku menikah bulan April tahun 2019 dengan persiapan 8 bulan sejak lamaran. Kebetulan aku dan pasangan mendapatkan keleluasaan dalam memilih tanggal pernikahan. Kami berdua memang sudah lama membicarakan untuk menikah pada bulan april, karena bertepatan dengan ulang tahunku dan bulan kami jadian. Selama proses persiapan, aku sangat beruntung karena pasanganku tidak banyak menuntut. Komunikasi kami berdua cukup lancar. Kami berusaha untuk menyatukan kepala sehingga ketika harus berhadapan dengan orang tua maupun semua vendor yang terlibat, kami sudah punya satu suara bersama. Meski begitu, tetap saja ada satu dua hal yang pastinya menimbulkan perdebatan diantara kami berdua. Apakah aku menangis? Oh tentu saja. Rasanya mustahil bisa menahan semua pressure yang muncul dan tidak meneteskan air mata.

Perihal status dalam keluarga pun tak luput dari persoalan. Aku anak terakhir dan pasanganku anak pertama. Masing-masing dari keluarga kami memiliki pertimbangan yang ingin dituruti. Bagaimana caranya agar keinginan keduanya diwujudkan tanpa ada yang merasa disampingkan.

 

 

2 dari 2 halaman

Drama H-7

Ilustrasi./Copyright pexels.com/@alexander-kolomin-30854

Sejak awal persiapan, aku memang sudah merencanakan untuk menenangkan diri saat H-7. Aku ingin memiliki waktu untuk diriku sebelum menjadi seorang istri. Tapi justru dari sekian drama yang terjadi selama persiapan, drama H-7 adalah yang paling memusingkan. Permasalahan adat pun tiba-tiba pecah.

Ada salah paham yang melibatkan perdebatan cukup panjang. Kami memang sudah sepakat tentang adat yang akan digunakan yaitu adat sunda sesuai dengan latar belakang diriku. Ada keinginan dari keluarga pasanganku untuk tidak sepenuhnya adat Sunda, melainkan bisa bercampur dengan nasional khusus untuk busana yang nantinya akan digunakan. H-7 masih harus berurusan dengan busana itu rasanya benar-benar tidak karuan.

Akhirnya dengan segala upaya komunikasi yang harus dilakukan ke keluargaku maupun keluarga pasanganku, kami pun menempuh jalur kesepakatan untuk adat Sunda nasional. Win-win solution. Alhamdulilah saat tiba hari H semua berjalan dengan lancar dan semua drama pernikahan usai terlewati.

#GrowFearless with FIMELA