Belajar Memaafkan seperti Seorang Ibu di Bulan Ramadan

Endah Wijayanti diperbarui 18 Mei 2020, 11:25 WIB

Fimela.com, Jakarta Punya kisah atau kesan tak terlupakan terkait bulan Ramadan? Atau mungkin punya harapan khusus di bulan Ramadan? Bulan Ramadan memang bulan yang istimewa. Masing-masing dari kita pun punya kisah atau pengalaman tak terlupakan yang berkaitan dengan bulan ini. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam My Ramadan Story: Berbagi Kisah di Bulan yang Suci ini.

***

Oleh: Ranti Uli

“Udah, deh! Mama nggak perlu ngajarin aku soal cara mendidik anak. Mendingan mama pulang aja ke Medan. Aku bisa urus anak sendiri di sini.” Begitu ucapan yang keluar dari mulutku beberapa hari sebelum mama benar-benar pulang ke rumahnya di Medan, Sumatera Utara, pada bulan Januari. Waktu itu, aku sedang banyak pekerjaan. Sementara, anakku sangat demanding dan cari perhatian sehingga membuat aku tidak bisa mengendalikan emosi.

Di sisi lain, mama tidak setuju dengan sikapku yang dianggapnya kasar terhadap anak. Bukannya berterima kasih karena dikoreksi mama, aku malah tambah marah-marah. Sejak anakku lahir, mama memang berinisiatif untuk tinggal dengan keluarga kecilku. Niatnya mulia, untuk membantuku yang baru jadi ibu muda. Tentu saja aku sangat bersyukur punya mama sebagai support system.

Namun tak dapat dipungkiri, kadang kami punya pandangan berbeda soal cara mengasuh dan mendidik anak. Terkadang kami sama-sama setuju untuk tidak setuju. Sesekali kami malah jadi berdebat dan aku mengeluarkan kata-kata yang kurang sopan terhadap mama. Aku sangat menyesali hal itu.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Maaf dari Mama

Kasih sayang ibu./Copyright shutterstock.com/g/Dragon+Images

Hingga akhirnya mama memutuskan pulang ke rumahnya karena memang mama masih punya segudang aktivitas di lingkungan rumah dengan teman-temannya. Kami berencana berkumpul saat libur Lebaran. Namun rencana tinggallah rencana. Perbedaan jarak dan bahaya penyebaran virus Corona membuat kami tidak bisa menikmati indahnya Ramadan kali ini dengan bertemu dan sungkeman secara langsung.

Yang paling aku salut adalah mama tidak pernah mengungkit kata-kata kasarku padanya. Mama sudah memaafkanku sebelum kata “maaf” terucap padaku. Mama sudah memaafkanku sebelum momen sungkeman tiba. Mama memaafkan dan melupakan kesalahanku padanya.

Ini membuatku belajar untuk juga memaafkan anakku ketika dia tidak mendengarkan saat aku minta membereskan mainan. Sikap tulus dan pemaaf mama membuatku belajar untuk tidak mengungkit kesalahan suamiku meski kadang aku kesal padanya. Walaupun belum sempurna, tetapi setidaknya di bulan Ramadan ini aku jadi belajar untuk memaafkan seperti seorang ibu. Terima kasih mama, untuk maaf yang kau beri pada anakmu ini. Semoga kita bisa bertemu di Ramadan berikutnya.

#ChangeMaker