Fimela.com, Jakarta Penyanyi Rossa memilih untuk tidak pulang ke kampung halamannya di Sumedang, Jawa Barat imbas pandemi virus corona atau covid-19 yang tengah mewabah di Indonesia. Ia pun memilih merayakan hari Raya Idul Fitri tahun ini bersama anaknya, Rizky Langit Ramadan di Jakarta.
Tak bisa pulang kampung, pelantun Aku Bukanlah Untukmu itu mengaku sangat sedih dan merindukan setiap momen bersama dengan keluarga besarnya. Apalagi masakan ibunda yang selalu ada di saat hari raya tiba.
"Makanan yang dimasak mama tuh banyak banget. Biasalah, opor ayam, daging, terus ketupat lebaran itu wajib banget sama emping," kata Rossa saat dihubungi awak media beberapa waktu lalu.
"Terus biasanya kita bikin rujak dari kedondong sama kolang-kaling. Nanti biasanya abis sholat ied, terus keluarga yang lainnya pada datang ke rumah. Pada makannya di rumah aku, abis itu baru kita ritual yang lain-lainnya," tambah Rossa.
What's On Fimela
powered by
Rizky Nangis Tak Bisa Pulang Kampung
Rossa mengaku anak semata wayangnya sangat sedih karena keputusannya tak pulang ke kampung halaman, bahkan Rizky sampai menangis karena sangat rindu dengan keluarga besarnya, terlebih lagi pada ibu Rossa.
"Rizky betul suka banget ke Sumedang, Rizky juga sedih banget. Kemarin-kemarin dia nangis kangen sama enin dan aki katanya. Karena dia kan deket banget sama enin sama aki, terutama sama mama aku," ujarnya.
Rossa kemudian memberi pengertian pada Rizky karena tak bisa pulang kampung tahun ini, untungnya sang anak mengerti. Rossa juga menjanjikan akan tetap bersilaturahmi lewat video call dengan keluarganya saat hari raya tiba.
Tak Terima Tamu
Meskipun lebaran di Jakarta, perempuan 41 tahun itu mengaku tidak menerima tamu untuk datang ke kediamannya. Rossa justru lebih memilih berkomunikasi secara virtual bersama-sama orang terdekatnya demi mencegah penyebaran virus.
"Sekarang nggak bisa nerima tamu. Aku lebih memilih membeli makanan terus kirim ke teman- teman, terus di hari itu kita zoom saja, pasti menyenangkan banget," kata perempuan kelahiran Sumedang, 9 Oktober 1978 itu.