Ika Permatasari-Olsen, Perempuan Surabaya yang Hidup di Kapal dan Bersihkan Sampah di Pantai Norwegia

Vinsensia Dianawanti diperbarui 21 Jul 2021, 14:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Ika Permatasari-Olsen menjadi seorang perempuan asal Surabaya yang memilih untuk hidup di atas kapal di sepanjang hidupnya. Ia memilih kapal Yacht sebagai tempat tinggalnya bersama sang suami yang merupakan wargar negara Norwegia.

Ika Permatasari-Olsen memulai hidupnya di atas kapal pada 2018. Kepada VOA Indonesia, Ika Permatasari pun berbagi cerita hidup yang tidak ada habisnya mengarungi samudera. Seluruh aktivitas dilakukan di atas kapal, termasuk bekerja dan membersihkan pantai dari sampah.

Awalnya, Ika enggan untuk tinggal di kapal dan meninggalkan kehidupannya di darat. Namun sang suami yang sudah berpengalaman keliling kapal, terus berusaha menyakinkannya.

Dari Surabaya, pasangan ini terbang menuju Spanyol untuk mengambil kapal yang bernama North Eagle. Kapal ini milik sang suami yang berlabuh di Spanyol. Perjalanan pun dimulai dengan mengarungi Barcelona menuju Majorca yang memakan waktu selama 30 jam.

 

2 dari 5 halaman

Belajar banyak hal

"Anginnya kencang sekali. Jadi satu hari saya mabuk laut, ngga bisa bangun. Sampai ke tempatnya aku bilang gini, 'udahlah, aku mau terbang balik ke Barcelona aja lah,'" kata Ika.

Namun nyatanya Ika mencoba perjalanan menggunakan kapal sekali lagi dan akhirnya betah tinggal di dalam kapal tersebut. Ika pun mulai mempelajari banyak hal dengan tinggal di atas kapal berukuran 17x5 meter itu. Salah satunya belajar mengoperasikan kapal.

Kapal ini sendiri dilengkapi dengan fasilitas lengkap dan nyaman. Seperti ruang utama yang dilengkapi sofa dan TV, kamar tidur, kamar mandi, ruang laundry, serta dapur kecil untuk memasak makanan Indonesia setiap hari. Tinggal di kapal membuat pasangan bebas untuk berlayar dari satu negara ke negara lain. Mereka mengunjungi berbagai negara Eropa, mendatangi pulau-pulau tidak berpenghuni, dan menikmati pemandangan alam yang indah.

 

3 dari 5 halaman

Diombang ambing ombak

Namun, perjalanan mereka juga tidak selalu mulus. Mengingat berlayar sangat bergantung pada cuaca.

"Karena kita terjebak badai itu bukan sekali dua kali, yang bikin aku mikir, mau ngga mau aku harus belajar nyetir, karena cuma kita berdua, eventhough kalau kita pas sailing di Mediterania memang dekat sama coastline, tapi kan tunggu bantuan itu tidak bisa menyelamatkan nyawa,” jelas Ika.

Pandemi COVID-19 yang melanda dunia sangat berdampak pada dunia pelayaran. Beberapa perbatasan negara ditutup dan mereka memutuskan untuk berlayar di perairan Norwegia saja. Pilihan ini juga dirasa lebih tepat karena perairan dan pulau yang lebih sepi.

 

4 dari 5 halaman

Mulai membersihkan sampah

Di salah satu pantai Norwegia, Ika berkenalan dengan organisasi nirlaba In the Same Boat yang memiliki tujuan membersihkan limbah plastik dari pulau-pulau dan pantai di Norwegia.

“Kita berlayar dari garis pantai ke garis pantai lain untuk bersihin sampah, karena di banyak area di Norwegia, apalagi di pulau-pulau terluar tidak ada transportasi darat yang bisa menjangkau, satu-satunya cara pakai kapal,” ujar Ika.

Bersama relawan dari seluruh dunia, Ika membawa kapal dan peralatan untuk mendatangi pulau dan pantai untuk mengumpulkan sampah plastik. Limbah ini nantinya dibawa kembali ke Pelabuhan Utama untuk didaur ulang. Bagi Ika dan suami, aktivitas ini menjadi cukup produktif dan aman di tengah pembatasan terkait pandemi COVID-19.

5 dari 5 halaman