Jangan Sampai Kecanduan! Pahami Dampak dan Cara Mengelola Penggunaan Media Sosial

Fimela Reporter diperbarui 07 Nov 2021, 12:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Pada era digital saat ini sudah tak heran jika sebagian besar orang menghabiskan waktunya untuk scrolling media sosial, seperti Instagram, Facebook, Twitter, TikTok dan sebagainya. Platform media sosial ini terus mengonsumsi kehidupan sehari-hari dan semakin banyak pengguna yang akhirnya mengevaluasi kembali terkait waktu mereka dalam menggunakan media sosial.

Dilansir Global News, Jumat (5/11/2021), media sosial memang dirancang sedemikian rupa agar seseorang terus aktif menggunakannya. “Media sosial dibangun untuk memastikan orang-orang mengabiskan waktu sebanyak mungkin di platform tersebut,” ujar Shana MacDonald, seorang profesor komunikasi di University of Waterloo.

“Begitulah cara mereka menghasilkan uang, karena mereka dapat menampilkan iklan dan mengumpulkan data dari cara kita menggunakan platform mereka sehingga dapat menghasilkan lebih banyak uang bagi mereka,” tambahnya.

Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir ada beberapa selebriti terkenal seperti Keira Knightley, Ryan Gosling dan Keanu Reeves telah menonaktifkan sementara akun media sosial mereka dengan berbagai alasan tertentu.

2 dari 3 halaman

Kecanduan Media Sosial Menurut Penelitian

Ilustrasi Menggunakan Media Sosial Credit: freepik.com

Terlepas dari kecanduan, ada kekhawatiran atas privasi, kesehatan mental dan banjir informasi yang salah, terdapat pula faktor pendorong yang memotivasi pengguna untuk menonaktifkan media sosial sepenuhnya.

Laporan Statistik Kanada pada Maret 2021 menunjukkan di antara semua pengguna media sosial berusia sekitar 15 dan 64 tahun, 19% diantaranya melaporkan bahwa mereka kurang tidur, 22% mengatakan mereka kurang melakukan aktivitas fisik dan 18% mengalami kesulitan berkonsentrasi pada tugas atau aktivitas lain akibat penggunaan media sosial.

Studi StatsCan menganalisis survei pada 2018 bahwa terdapat sekitar satu dari delapan penggguna media sosial juga melaporkan rasa cemas dan tertekan, frustasi atau marah serta iri dengan kehidupan orang lain.

Menurut Ipsos 2020, mayoritas orang Kanada sebanyak 88% percaya perusahaan media sosial harus mengambil tindakan untuk mencegah atau menghapus ujaran kebencian dan rasisme dari platform media sosial tersebut. Jejak pendapat online terbaru yang dilakukan oleh Leger dan Asosiasi Studi Kanada menemukan 40% orang Kanada memiliki opini negatif tentang Facebook.

Sebagian besar pun setuju bahwa media sosial memperkuat ujaran kebencian, membantu menyebarkan berita palsu, merusak kesehatan mental dan menimbulkan risiko bagi anak-anak serta remaja.

3 dari 3 halaman

Bagaimana Cara Mengelola Penggunaan Media Sosial?

Ilustrasi Bermain Media Sosial Credit: pexels.com/pixabay

Alih-alih untuk menonaktifkan media sosial sama sekali, Profesor MacDoland percaya bahwa seseorang dapat membuat batasan yang sehat dalam penggunaan media sosialnya. “Terutama pada anak-anak dan remaja, saat mereka mencari jati diri mereka, penting baginya untuk memiliki berbagai interaksi dan konteks sosial. Maka, media sosial ini harus dibatasi,” ujarnya.

Aimee Morrison, seorang profesor di University of Waterloo yang berspesialiasi dalam media sosial menjelaskan ketika menyisihkan beberapa jam untuk tidak online bisa menjadi stategi yang baik guna membantu membatasi screen time seseorang.

“Seseorang dapat memasang jam alarm di kamar tidur dan meletakkan ponsel diluar kamar sebelum tidur, sehingga ini tidak membuat seseorang tergoda untuk scrolling media sosial di malam hari,” kata Morrison.

Bahkan, mengatur pengingat atau reminder di smartphone pun juga bisa dilakukan untuk mengatur jumlah waktu yang ingin dihabiskan dari aplikasi tertentu. “Ada beragam cara dan salah satunya seperti memasukkan ponsel ke dalam laci agar seseorang tidak mudah mengangkat ponsel dan melakukan kebiasaan yang dilakukan,” tambahnya.

Memiliki kebiasaan scrolling media sosial bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental. Disarankan bagi Sahabat Fimela untuk membatasi penggunaan media sosial seperti yang telah dijelaskan diatas ya!

Ditulis: Atika Riyanda Roosni