Dian Sastrowardoyo Ungkap Jumlah Pekerja Perempuan Indonesia di Bidang Teknologi Tidak Banyak, Berikut Alasannya

Anisha Saktian Putri diperbarui 23 Mar 2022, 07:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Tidak bisa dipungkiri digital telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, yang mengakibatkan terciptanya berbagai lapangan pekerjaan yang terkait dengan Ilmu Teknologi, Informatika dan Komunikasi (TIK). Membuat peluang pekerjaan terbuka luas bagi masyarakat.

Namun sayangnya, tingkat ketersediaan tenaga kerja di bidang TIK di negara Indonesia kurang dapat memenuhi kebutuhan yang tinggi terutama bagi kaum perempuan. Hal tersebut pun disampikan Dian Sastrowardoyo, aktris sekaligus Pendiri Yayasan Dian Sastrowardoyo.

Dian Sastrowardoyo mengatakan jumlah pekerja perempuan di bidang TIK atau teknologi masih belum banyak. Ia menyampaikan menurut data dari Boston Consulting Group pada tahun 2017, mencatat bahwa Indonesia hanya memiliki 22% representasi perempuan yang bekerja di bidang teknologi.

"Jadi Indonesia di bawah negara-negera Asia Tenggara lainnya, seperti Vietnam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand," ujarnya dalam pembukaan Digital Inovation Challege 2022 secara daring, pada Selasa (22/3).

Pemain AADC ini juga, membuktikan perempuan kurang berkontribusi di bidang teknologi melalui hasil studi Microsoft, hanya 1 perempuan dari 5 pekerja profesional di bidang TIK.

Padahal, Dian menyampaikan jika 20 persen perempuan menduduki jabatana managerial, pendapatan kana lebih tinggi 10 persen. Minimnya perempuan di bidang teknologi ini dikarenakan beberapa alasan, misalnya, adanya stigma jika industri teknologi hanya diperuntukan bagi pria. Sehingga dapat menurunkan rasa percaya diri para perempuan, lalu kesenjangaan digital.

Pada tahun 2018, berdasarkan hasil coding training yang dilakukan oleh Markoding untuk siswa SMA dan SMK, remaja perempuan memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih rendah dibandingkan remaja laki-laki, walaupun hasil pelatihan mereka lebih baik.

"Berdasarkan survei sosial ekonomi nasional, kesenjangan digital pada tahun 2016-2019 ranah digital masih terbatas untuk perempuan Indonesia," paparnya.

2 dari 2 halaman

Menumbuhkan minat perempuan di bidang teknologi

Yayasan Dian Sastrowardoyo bekerjasama dengan Magnifique Indonesia dan Markoding untuk menggelar acara Webinar M-Class dengan tema “Perempuan Inovasi”

Untuk itu, Dian bersama Yayasan Dian Sastrowardoyo bekerjasama dengan Magnifique Indonesia dan Markoding untuk menggelar acara Webinar M-Class dengan tema “Perempuan Inovasi” pada Selasa, 22 Maret 2022.

“Perempuan Inovasi” bertujuan untuk mentransformasi generasi muda marginal Indonesia, khususnya remaja perempuan, untuk menjadi generasi inovator dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan abad 21 (21st century skills) yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan dunia.

Selain itu, program ini juga bertujuan mengurangi jumlah pengangguranmuda dengan memberikan wawasan dan skill yang dibutuhkan khususnya di bidang teknologi dan inovasi, serta menjembatani kesenjangan ilmu. Serta membahas isu kesetaraan gender dalam dunia digital di mana para perempuan diharapkan mendapatkan akses yang setara untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan agar kelak dapat terjun ke dunia profesional dan memberikan kontribusinyaterhadap dunia TIK.

Amanda Simandjuntak, Markoding Chief Executive Officer mengatakan peluang kerja di industri teknologi sampai tahun 2030 masih dibutuhkan sembilan juta lowongan kerja. Dan gaji programmer pun tak main-main, ditahun pertama bisa mendapatkan gaji Rp5-9 jutaan. Dan lima tahun kerja sudah bisa mengantongi gaji Rp30-Rp120 juta.

"Jadi pekerjaan ini sangat terbuka luas, peluangnya masih sangat besar. Dengan gaji yang tidak main-main karena perusahaan biasanya akan menggaji seorang IT tidak sedikit," ujar Amanda.

Anastasia Melinda, Markoding Product Development Technical Mentor juga mengatakan, jika keluarga atau lingkungan kurang atau tidak memberi semangat untuk bekerja di bidang industri sebaiknya jangan kecil hati. Ada baiknya untuk selalu membukikan jika memang niat dan kita mampu.

"Seperti saya dahulu memang orangtua kurang mengizinkan, namun saya selalu buktikan dari SMA ikut eskul IT dan ikut lomba juara, kuliah ambil desain multimedia, bisa dibuktikan dengan nilai yang bagus dan magang dengan potensi bagus. Hingga waktu bekerja sudah bisa mendapatkan penghasilan dan membantu ekonomi keluarga," ujarnya.

 

#women for women