7 Alasan Orang Berselingkuh bahkan Dalam Hubungan yang Bahagia

Vallerie Angelique EffendiDiterbitkan 29 Oktober 2025, 07:45 WIB

Fimela.com, Malang Selingkuh adalah salah satu bentuk pengkhianatan yang paling menyakitkan dalam sebuah hubungan. Ketika seseorang yang kamu percayai ternyata melanggar komitmen, pertanyaan paling sering muncul adalah: “Mengapa dia melakukannya?”, “Bukankah kami baik-baik saja?”, “Apa yang salah dengan hubungan kami?” Pertanyaan-pertanyaan ini muncul bukan hanya karena rasa marah dan kecewa, tetapi juga karena kebingungan yang dalam.

Banyak orang berpikir bahwa seseorang berselingkuh hanya ketika hubungan mereka buruk. Namun kenyataannya, bahkan hubungan yang terlihat harmonis sekalipun bisa diguncang oleh perselingkuhan. Alasannya tidak sesederhana “bosan” atau “tergoda.” Sering kali, perselingkuhan berakar dari dinamika emosional yang rumit, luka batin yang tidak disadari, hingga kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam diri seseorang.

Artikel ini membahas tujuh alasan umum mengapa seseorang bisa berselingkuh, bukan untuk membenarkan, tetapi untuk memahami. Karena memahami akar masalah adalah langkah pertama untuk menyembuhkan diri, memperbaiki hubungan, atau bahkan menutup bab lama dengan hati yang lebih tenang.

What's On Fimela
2 dari 8 halaman

Merasa Terputus atau Kehilangan Koneksi

Ilustrasi Selingkuh. (foto: Pinterest/popbella.com).

Salah satu alasan terbesar seseorang berselingkuh adalah rasa kehilangan kedekatan emosional dengan pasangan. Hubungan mungkin terasa datar, penuh rutinitas, atau berubah menjadi sekadar kewajiban.

Tanpa komunikasi yang hangat dan waktu berkualitas, seseorang bisa merasa sendirian meski masih bersama. Dalam kekosongan itulah, godaan untuk mencari kedekatan di luar hubungan muncul.

3 dari 8 halaman

Rasa Ditolak atau Tidak Dihargai

Ilustrasi Pasangan Credit: unsplash.com/Rone

Rasa ditolak tidak selalu muncul dari pertengkaran besar, kadang dari hal-hal kecil yang menumpuk, seperti pasangan yang tidak mendengarkan, sering mengkritik, atau tampak tidak peduli. Ketika seseorang merasa tidak lagi dicintai atau dihargai, mereka mungkin mencari validasi dari orang lain sebagai pelarian dari rasa sakit tersebut.

4 dari 8 halaman

Merasa Tertekan atau Diperlakukan Tidak Adil

Selingkuh karena merasa tertekan./Copyright Fimela - Adhib Mujaddid

Beberapa orang merasa selalu disalahkan, dikontrol, atau dinilai dalam hubungannya. Dalam kondisi seperti ini, orang ketiga bisa muncul sebagai sosok yang “mengerti” dan memberikan ruang untuk bernapas. Hubungan terlarang itu mungkin terasa seperti tempat perlindungan, padahal sebenarnya hanya menutupi masalah yang lebih dalam.

5 dari 8 halaman

Ketidakseimbangan dalam Hubungan

Ilustrasi selingkuh, perselingkuhan. (Sumber: Pixabay)

Ketika satu pihak terlalu dominan seperti selalu membuat keputusan, mengatur, atau memikul semua tanggung jawab, hubungan bisa terasa tidak setara. Selingkuh bisa muncul sebagai bentuk pelarian untuk merasa “berharga” dan “berdaya” kembali, meski dengan cara yang salah.

6 dari 8 halaman

Takut Komitmen

Ilustrasi pasangan, selingkuh, perselingkuhan. (Photo created by stefamerpik on www.freepik.com)

Ironisnya, beberapa orang berselingkuh justru ketika hubungan mereka memasuki tahap yang lebih serius, seperti pertunangan atau kehamilan. Ketakutan akan tanggung jawab dan perubahan besar dapat memicu perilaku sabotase, baik sadar maupun tidak sadar. Mereka melarikan diri dari kedekatan yang sebenarnya mereka inginkan, karena takut kehilangan kebebasan.

7 dari 8 halaman

Masalah Harga Diri

Ilustrasi Pasangan Selingkuh Credit: pexels.com/Rodnae

Kurangnya rasa percaya diri dan cinta diri sering kali membuat seseorang mencari pengakuan eksternal. Pujian atau perhatian dari orang lain bisa terasa seperti “obat” instan untuk menutupi luka batin. Namun pada akhirnya, ini hanyalah pelarian sementara yang justru memperdalam rasa bersalah dan kehilangan harga diri.

8 dari 8 halaman

Perilaku Seksual Adiktif

Micro cheating, selingkuh tapi tipis-tipis yang seringkali meresahkan di era percintaan masa ini, /copyright pexels/RDNE Stock project

Bagi sebagian kecil orang, perselingkuhan bukan hanya tentang emosi atau cinta, tapi juga tentang dorongan kompulsif. Mereka menggunakan aktivitas seksual sebagai cara untuk menghindari stres, kesepian, atau perasaan negatif lainnya layaknya kecanduan. Tanpa bantuan profesional, siklus ini bisa terus berulang.

Perselingkuhan memang menyakitkan, tetapi tidak selalu menjadi akhir dari segalanya. Bagi beberapa pasangan, ini justru menjadi titik balik untuk memperbaiki komunikasi, mengobati luka lama, dan menumbuhkan keintiman yang lebih sehat. Pemulihan sejati dimulai bukan dari menyalahkan, melainkan dari keberanian untuk menghadapi kebenaran.