Bahaya Menyimpan Emosi Negatif Terlalu Lama bagi Kesehatan Tubuh

Alyaa Hasna HunafaDiterbitkan 12 November 2025, 13:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap pikiran dan emosi yang kita rasakan ternyata punya pengaruh besar terhadap kesehatan tubuh. Emosi yang bisa diekspresikan secara terbuka dan sehat umumnya akan mengalir begitu saja tanpa menimbulkan dampak berarti bagi tubuh. Sebaliknya, emosi yang ditekan atau disembunyikan seperti rasa takut, marah, atau kecewa dapat menyedot energi mental, melemahkan daya tahan tubuh, dan memicu berbagai gangguan kesehatan. 

Melansir laman https://www.takingcharge.csh.umn.edu emosi negatif yang tidak dikelola dengan baik dapat memicu stres kronis. Ketika stres berlangsung lama, tubuh memproduksi hormon stres berlebihan yang bisa mengacaukan sistem hormonal, mengurangi zat kimia otak yang berperan dalam kebahagiaan, serta menurunkan imunitas. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa stres dapat memperpendek umur dengan mempercepat proses penuaan sel. Dengan kata lain, beban emosional yang tidak tersalurkan bisa berdampak langsung pada kondisi fisik kita.

Salah satu emosi yang paling sering disembunyikan adalah amarah. Banyak orang memilih diam daripada mengungkapkan kekesalan, padahal kemarahan yang ditekan terus-menerus bisa berakibat fatal. Emosi ini dikaitkan dengan risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, gangguan pencernaan, bahkan infeksi. Menyalurkan kemarahan dengan cara sehat seperti berbicara, menulis, atau berolahraga jauh lebih baik daripada membiarkannya menumpuk dan melukai tubuh dari dalam.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Menyeimbangkan emosi negatif dengan kekuatan positivitas dan memaafkan

Emosi positif dapat menyeimbangkan dampak buruk stres dan kemarahan. (foto: benzoix/freepik)

Di sisi lain, memupuk emosi positif dapat membantu menyeimbangkan efek buruk dari stres dan kemarahan. Peneliti Barbara Fredrickson menemukan bahwa perasaan positif seperti syukur, cinta, dan rasa takjub bisa memperluas cara kita berpikir, meningkatkan kreativitas, dan memperkuat daya tahan emosional. Orang yang lebih sering merasakan hal positif terbukti memiliki kualitas tidur lebih baik, jarang sakit, dan lebih cepat pulih dari stres. Artinya, menjaga hati tetap hangat bukan hanya membuat hidup lebih bahagia, tapi juga lebih sehat.

Namun, secara alami manusia cenderung lebih fokus pada hal negatif daripada positif. Ini disebut dengan negativity bias di mana otak cenderung lebih lama mengingat kejadian buruk daripada yang baik. Mekanisme ini memang berguna untuk bertahan hidup, tapi dalam kehidupan modern, justru membuat kita mudah stres. Untuk menyeimbangkannya, para ahli menyarankan agar kita berusaha menciptakan lebih banyak momen positif setiap hari, misalnya dengan tertawa, bersyukur, atau melakukan hal kecil yang menyenangkan diri sendiri.

Salah satu cara efektif mengurangi beban emosi negatif adalah memaafkan. Memaafkan bukan berarti melupakan kejadian buruk, melainkan menerima apa yang sudah terjadi dan melepaskan perasaan marah atau benci yang menyertainya. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan mengalami penurunan stres, lebih jarang sakit kepala, dan memiliki tekanan darah lebih stabil. 

3 dari 3 halaman

Menyalurkan emosi positif untuk tubuh yang lebih sehat dan tangguh

Membiasakan diri untuk bersyukur memiliki dampak positif bagi kesehatan. (foto: benzoix/freepik)

Selain memaafkan, membiasakan diri untuk bersyukur juga memiliki efek luar biasa bagi kesehatan. Studi menunjukkan bahwa orang yang rutin menuliskan hal-hal yang mereka syukuri merasa lebih bahagia, tidur lebih nyenyak, dan lebih jarang mengalami keluhan fisik. Menariknya, menurut peneliti Brené Brown, bukan kebahagiaan yang membuat seseorang bersyukur, tetapi justru rasa syukur yang melahirkan kebahagiaan. Artinya, dengan belajar menghargai hal-hal kecil setiap hari, kita sedang memberi ruang bagi tubuh untuk merasa lebih tenang dan sehat.

Emosi positif juga berperan penting dalam membangun ketahanan emosional. Orang yang tangguh secara emosional bukan berarti tidak pernah sedih atau marah, tetapi mampu bangkit setelah mengalaminya. Mereka memahami bahwa rasa sakit dan kecewa adalah bagian dari proses hidup, namun tetap menjaga pandangan positif dan harapan ke depan. Sikap ini membantu tubuh lebih cepat pulih dari tekanan dan menjaga keseimbangan hormon stres dalam jangka panjang.

Untuk menjaga kesehatan mental dan fisik, penting bagi kita untuk mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat. Mulailah dengan mengenali perasaanmu sendiri apakah kamu sedang marah, sedih, atau takut dan ungkapkan dengan jujur tanpa menyalahkan orang lain. Jika sulit, cobalah berbicara dengan orang yang dipercaya atau menulis perasaanmu di jurnal. Latih diri untuk bernapas dalam, melepas emosi yang menumpuk, dan biarkan tubuh kembali rileks. Dengan begitu, kamu bukan hanya menjaga kesehatan mental, tetapi juga membantu tubuh tetap kuat dan seimbang.

 

Penulis: Alyaa Hasna Hunafa