8 Cara Mengenali Tanda Anak Sedang Butuh Pelukan, Bukan Nasihat

Vinsensia DianawantiDiterbitkan 29 November 2025, 22:06 WIB

ringkasan

  • Orang tua perlu membedakan kapan anak membutuhkan pelukan untuk emosi kuat dan kapan nasihat saat anak sudah tenang.
  • Tanda-tanda anak membutuhkan pelukan meliputi perubahan perilaku signifikan, menarik diri, perubahan pola tidur/nafsu makan, gejala fisik tanpa sebab jelas, kecemasan berlebihan, tantrum, mencari perhatian
  • Kepekaan orang tua dalam memberikan pelukan atau nasihat yang tepat sangat penting untuk membangun ikatan emosional, regulasi emosi, kepercayaan diri, dan mencegah masalah kesehatan mental anak.

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, sebagai orang tua, kita sering dihadapkan pada dilema krusial: apakah buah hati kita memerlukan pelukan hangat atau justru nasihat bijak? Membedakan kebutuhan ini sangat penting untuk membangun fondasi emosional yang kokoh bagi mereka.

Kebutuhan akan pelukan muncul saat anak dilanda emosi kuat seperti kesedihan, ketakutan, atau frustrasi. Sementara itu, nasihat lebih efektif diberikan ketika anak sudah tenang dan siap menerima bimbingan. Kepekaan kita dalam merespons akan sangat menentukan.

Memahami perbedaan respons ini tidak hanya membentuk karakter anak, tetapi juga memperkuat ikatan emosional. Ini adalah kunci penting dalam perjalanan pengasuhan yang penuh cinta dan pengertian.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Memahami Perbedaan Kebutuhan: Pelukan vs. Nasihat

Kamu juga harus tahu bahwa "Reward" sendiri tidak hanya berbentuk barang saja tetapi juga bisa dalam bentuk tindakan yang menunjukkan kebanggan serta kasih sayang pada anak. (Foto: Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Perbedaan mendasar antara kebutuhan akan pelukan dan nasihat terletak pada kondisi emosional anak. Pelukan merupakan bentuk dukungan emosional non-verbal yang paling efektif saat anak sedang dilanda emosi kuat. Kondisi ini mencakup kesedihan mendalam, ketakutan, kecemasan, atau frustrasi yang meluap. Pelukan berfungsi sebagai "jaring pengaman" emosional yang memberikan rasa aman dan nyaman.

Ketika berpelukan, tubuh anak melepaskan hormon oksitosin yang memicu rasa tenang, bahagia, dan nyaman. Pelepasan hormon ini secara bersamaan meminimalkan produksi hormon kortisol atau hormon stres. Hal ini membantu anak merasa dicintai dan dihargai, sekaligus memperkuat ikatan emosional mereka dengan orang tua.

Sebaliknya, nasihat lebih tepat diberikan ketika anak sudah tenang, reseptif, dan siap untuk mencari solusi atau bimbingan. Memberikan nasihat saat anak masih dalam puncak emosi hanya akan membuat mereka merasa tidak dimengerti. Remaja, khususnya, seringkali lebih membutuhkan didengarkan tanpa dihakimi daripada langsung diberi nasihat.

Pelukan bisa menjadi cara yang efektif untuk menenangkan anak dengan cepat, mengembalikan perasaan tenang dan aman, serta membantu mereka merasa lebih bahagia dan stabil secara emosional. Ini menunjukkan betapa krusialnya peran pelukan dalam regulasi emosi anak.

3 dari 4 halaman

Tanda-tanda Anak Lebih Membutuhkan Pelukan daripada Nasihat

Sahabat Fimela, orang tua perlu menjadi detektif emosi bagi anak-anak mereka. Berikut adalah beberapa perilaku yang seringkali menjadi tanda bahwa anak lebih membutuhkan pelukan dan dukungan emosional daripada ceramah atau nasihat:

  • Perubahan Perilaku yang Signifikan: Anak menjadi lebih mudah marah, tersinggung, mengeluh, membantah, atau menangis secara berlebihan. Mereka mungkin juga menarik diri dan mengisolasi diri, menjadi pendiam, menghindari interaksi, atau mengurung diri.
  • Perubahan Pola Tidur dan Nafsu Makan: Kesulitan tidur, sering terbangun di malam hari karena mimpi buruk, tidur berlebihan, atau perubahan drastis pada nafsu makan (meningkat atau menurun) bisa menjadi indikasi. Anak juga mungkin mengeluhkan gejala fisik tanpa sebab jelas, seperti sakit kepala atau perut.
  • Kecemasan dan Ketakutan Berlebihan: Anak menunjukkan rasa cemas yang tidak proporsional, takut ditinggal, takut gelap, atau takut menghadapi orang asing. Tantrum atau perilaku agresif, seperti ledakan emosi tidak terkendali, juga bisa menjadi sinyal kuat.
  • Mencari Perhatian dan Regresi Perilaku: Anak menjadi rewel tanpa alasan jelas atau mencari perhatian dengan cara negatif. Regresi perilaku, seperti mengompol atau mengisap jari yang sudah ditinggalkan, juga merupakan mekanisme pertahanan diri saat anak merasa tertekan.

Memahami tanda-tanda ini memungkinkan kita untuk memberikan respons yang tepat, yaitu pelukan, sebelum mencoba memberikan nasihat. Pelukan dapat membantu menenangkan anak saat tantrum dan mengisi "tangki cinta" emosional mereka yang mungkin kosong.

4 dari 4 halaman

Dampak Respons Orang Tua: Mengapa Kepekaan Itu Penting?

Memahami dan merespons kebutuhan anak dengan tepat, baik itu pelukan atau nasihat, memiliki dampak jangka panjang yang signifikan terhadap perkembangan emosional dan psikologis mereka. Kepekaan orang tua dalam momen-momen krusial ini sangatlah vital.

Dampak positif respons yang tepat meliputi:

  • Membangun Ikatan Emosional dan Rasa Aman: Pelukan tulus membuat anak merasa dicintai dan diterima, memperkuat ikatan emosional, dan membangun kepercayaan dasar. Psikolog klinis Nirmala Ika M.Psi menyatakan bahwa pelukan selama 10 detik yang tulus sudah cukup mengisi rasa bahagia anak.
  • Meningkatkan Regulasi Emosi dan Empati: Anak belajar merespons stres dengan lebih tenang dan mengembangkan pengendalian diri. Mereka juga belajar tentang kasih sayang dan empati terhadap orang lain.
  • Membangun Kepercayaan Diri dan Ketangguhan: Pelukan memberikan perasaan aman dan hangat, meningkatkan kepercayaan diri. Anak yang merasa dicintai cenderung memiliki perilaku positif dan lebih tangguh menghadapi tantangan hidup, termasuk perundungan.
  • Mendukung Perkembangan Kognitif dan Mengurangi Stres: Sentuhan fisik positif menstimulasi sensoris anak, membantu perkembangan otak, dan bahkan meningkatkan kecerdasan. Pelukan juga efektif mengurangi ketegangan saraf, menurunkan tingkat stres dan kecemasan.

Namun, mengabaikan kebutuhan emosional anak dapat memiliki konsekuensi serius. Anak-anak yang kurang mendapat dukungan emosional dari orang tua mereka dapat mengalami kesulitan dalam mengatur emosi mereka, seperti yang disebutkan oleh Kuripan Kidul. Mereka mungkin menjadi lebih mudah marah, cemas, atau sedih.

Dampak negatif kurangnya dukungan emosional mencakup kesulitan mengatur emosi, masalah perilaku seperti agresi, kesulitan sosial dan hubungan, rendahnya kepercayaan diri, serta risiko masalah kesehatan mental di kemudian hari. Anak juga bisa merasa kosong dan tidak dicintai, rentan terhadap kecemasan dan stres.