Misteri Closure: Perlukah 'Penyelesaian' untuk Sembuh dari Luka Batin?

Hilda IrachDiterbitkan 16 Desember 2025, 15:00 WIB

ringkasan

  • Closure adalah resolusi emosional yang dicari setelah peristiwa signifikan, namun banyak ahli berpendapat tidak selalu esensial untuk penyembuhan karena fokus pada penerimaan diri lebih utama.
  • Beberapa pandangan ahli menegaskan bahwa mencari closure eksternal dapat menjadi ilusi atau bahkan menghambat proses penyembuhan alami, mendorong individu untuk fokus pada pertumbuhan internal.
  • Meskipun demikian, dalam konteks duka dan trauma, closure dianggap penting untuk memproses kehilangan dan mencapai kondisi emosional yang lebih sehat, seringkali melalui terapi atau pemahaman internal.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, seringkali kita mendengar istilah "closure" ketika seseorang berusaha bangkit dari pengalaman pahit atau hubungan yang berakhir. Konsep ini merujuk pada kondisi emosional saat individu menemukan resolusi atau penyelesaian setelah peristiwa signifikan. Ini melibatkan pencarian jawaban serta pemahaman untuk memproses masa lalu secara mental, kemudian melanjutkan hidup.

Mencapai "closure" sering dianggap sebagai perjalanan pribadi yang membantu mengurangi tekanan emosional dan memungkinkan penyembuhan. Namun, apakah "closure" benar-benar menjadi prasyarat mutlak untuk bisa sembuh dari luka batin? Pertanyaan ini memicu perdebatan menarik di kalangan para ahli psikologi.

Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai pandangan ahli mengenai "closure", baik yang menganggapnya esensial maupun yang melihatnya sebagai ilusi. Mari kita selami lebih dalam untuk memahami peran "closure" dalam proses penyembuhan emosional kita.

2 dari 4 halaman

Memahami Definisi "Closure" dalam Psikologi

Dalam dunia psikologi, "closure" mengacu pada keadaan emosional ketika seseorang berhasil menemukan resolusi atau penyelesaian. Ini terjadi setelah menghadapi peristiwa atau hubungan yang meninggalkan dampak mendalam. Proses ini melibatkan upaya untuk mencari jawaban dan pemahaman, guna memproses pengalaman masa lalu secara mental.

Konsep "closure" memiliki akar kuat dalam psikologi Gestalt, sebuah aliran yang muncul pada awal abad ke-20. Aliran ini mengemukakan bahwa manusia memiliki kecenderungan alami untuk mempersepsikan figur yang tidak lengkap sebagai suatu keseluruhan. Oleh karena itu, "closure" juga merupakan bagian integral dari persepsi dan proses kognitif kita.

Ada tiga proses utama yang membentuk "closure" dalam konteks penyembuhan emosional. Pertama, memahami situasi atau masalah yang terjadi secara menyeluruh. Kedua, memproses emosi atau perasaan intens yang muncul akibat masalah tersebut. Ketiga, memberikan waktu untuk berlalu guna mendapatkan perspektif baru yang lebih jernih. American Psychological Association mendefinisikannya sebagai "tindakan, pencapaian, atau perasaan menyelesaikan atau mengatasi sesuatu."

3 dari 4 halaman

Mengapa "Closure" Sering Dianggap Tidak Perlu untuk Penyembuhan?

Banyak ahli berpendapat bahwa "closure" seringkali merupakan ilusi, bahkan tidak selalu mungkin untuk dicapai. Mereka menegaskan bahwa "closure" bukanlah prasyarat utama untuk penyembuhan luka batin. Fokus utama seharusnya beralih pada penerimaan, perawatan diri, dan pertumbuhan pribadi, daripada menunggu jawaban eksternal.

Bailey dari Banner Health menyatakan, "Anda tidak memerlukan closure untuk sembuh. Dalam banyak kasus, itu bahkan tidak realistis." Ia menambahkan bahwa fokus berlebihan pada "closure" adalah cara tidak sehat untuk terus berpegang pada masa lalu. Bailey menyarankan agar Sahabat Fimela lebih memusatkan perhatian pada penerimaan diri, refleksi, dan perawatan pribadi.

ImPossible Psychological Services juga menyoroti bahwa "closure" jauh lebih rumit dari yang kita bayangkan, dan mungkin tidak selalu diperlukan untuk penyembuhan. Penyembuhan seringkali datang dari menciptakan makna dan tujuan baru dalam hidup, bukan dari menyelesaikan setiap detail masa lalu yang menyakitkan. Erin Theodorou, seorang konselor, berpendapat bahwa kita tidak bisa berharap dunia luar memberi kita jawaban atau "closure". Kuncinya adalah mengambil kepemilikan atas perasaan dan merasa nyaman dengan ketidakpastian.

Rachel Kuhlen, seorang pelatih kehidupan, melihat pencarian "closure" dari orang lain sebagai jebakan yang menghalangi seseorang untuk bergerak maju. Tidak ada jaminan kejujuran atau kepuasan dari pihak lain. Sara Makin, CEO Makin Wellness, mencatat bahwa mencari "closure" dapat mengganggu penyembuhan jika seseorang tetap terikat secara emosional pada hubungan yang telah berakhir. Sementara itu, Dr. Pauline Boss, yang menciptakan istilah "ambiguous loss", menyatakan, "Anda tidak akan melupakannya. Anda belajar untuk hidup dengannya." Ia berpendapat bahwa "closure" tidak selalu mungkin, terutama dalam kasus kehilangan yang ambigu.

4 dari 4 halaman

Kapan "Closure" Dianggap Penting dalam Proses Penyembuhan?

Di sisi lain, beberapa sumber, terutama dalam konteks duka dan trauma, menyatakan bahwa "closure" adalah komponen penting dari proses berduka. Counselling Directory menyebutkan bahwa dari perspektif psikologis, "closure" setelah kehilangan adalah bagian krusial dari proses berduka. Ini melibatkan pengakuan dan penerimaan realitas kehilangan, kemudian bergerak maju dari sana.

Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mampu mencapai "closure" lebih mungkin mengalami proses berduka yang sehat. Hal ini juga dapat mengurangi risiko depresi dan kecemasan yang berkepanjangan. Sigmund Freud, bapak psikoanalisis, percaya bahwa kehilangan dapat memicu rasa sakit psikologis mendalam. Proses berduka, menurutnya, adalah bagian penting dari penyembuhan, melibatkan beberapa tahap seperti penyangkalan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan.

Nichole Oliver, seorang konselor di Integrative NeuroCounseling, menjelaskan bahwa terapi EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) dapat sangat membantu. Terapi ini mendorong penyembuhan dan "closure" dalam proses berduka, terutama pada kasus duka traumatis. Ini menunjukkan bahwa meskipun "closure" mungkin tidak selalu datang secara eksternal, ada metode untuk membantu Sahabat Fimela mencapai resolusi internal.

Secara keseluruhan, meskipun konsep "closure" sering dicari, banyak ahli modern menekankan bahwa penyembuhan tidak selalu bergantung pada pencapaian "closure" yang "sempurna" atau eksternal. Sebaliknya, fokus pada penerimaan internal, pemrosesan emosi, dan pertumbuhan pribadi seringkali lebih penting untuk bergerak maju dan mencapai kesehatan mental yang optimal.