Sukses

Beauty

Mengenal lebih dalam 10 kandungan produk skincare paling kontroversial

Fimela.com, Jakarta Apa yang menjadi pertimbangan ketika membeli produk skincare? Selain jenis kulit dan harga, banyak orang mulai memperhatikan kandungan yang ada di dalam sebuah produk skincare.

Tidak semua bahan kimia itu buruk dan apa yang disebut alami itu baik. Sebelum semakin banyak kesalahpahaman, dilansir dari self.com, Senin (29/10/2018), berikut ini adalah penjelasan dari sisi sains, tentang beberapa kandungan produk skincare yang paling kontroversial, penasaran?

1. Aluminium

Aluminium sering digunakan dalam banyak produk skincare, sepeti antiperspirant, deodoran, lipstik, dan makeup mata. Sayangnya, aluminium juga dikenal sebagai salah satu penyebab kanker dan neurologis.

Namun, dalam penelitian lebih lanjut, tidak ditemukan bukti bahwa aluminium bersifat karsinogenik. Kesimpulannya, penggunaan senyawa aluminium pada produk skincare saat ini masih aman untuk digunakan.

2. Formaldehyde

Foemaldehyde seringkali digunakan dalam sejumlah produk, seperti pengawet untuk mencegah kontaminasi bakteri. Banyak potensi bahaya dari formaldehyde yang masih salah kaprah.

Pertama,formaldehyde ada di mana-mana, termasuk di udara yang dihirup, bahkan tubuh manusia juga menciptakan formaldehyde saat mensintesis asam amino dan obat-obatan metabolisme. Formaldehyde memang merupakan karsinogen, berpotensi menyebabkan kanker, namun jika terhirup dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu yang lama.

Beberapa hal memang mengeluarkan formaldehyde dalam tingkat yang bermasalah, namun bukan dalam produk skincare, melainkan seperti rokok, kendaraan bermotor, atau perekat karpet. Pernah dengar tentang formaldehyde?

Parfum dan Timbal

3. Parfum

Sangat sulit menemukan produk skincare tanpa kandungan yang satu ini. Satu parfum bisa terdiri dari puluhan bahkan ratusan bahan kimia yang berbeda.

Parfum dalam produk skincare adalah penyebab umum dari masalah iritasi dan reaksi alergi. Untuk kulit sensitif, para ahli mungkin akan menyarankan untuk menggunakan produk skincare tanpa kandungan parfum atau wewangian apapun.

4. Timbal

Timbal adalah neurotoxin, sedangkan timbal di dalam produk skincare adalah anorganik yang jauh dari kata aman. Namun, menurut penelitian, tubuh akan menyerap timbal anorganik jauh lebih sedikit daripada timbal organik.

Timbal adalah kandungan yang cenderung ditemui dalam banyak produk kecantikan, seperti lipstik, eyeshadow, blush on, dan pewarna rambut. Hindari penggunaan pewarna rambut di kumis, bulu mata, alis, atau rambut di bagian tubuh lainnya.

Salah satu jenis produk yang harus dihindari karena kandungan timbal yang tinggi adalah makeup mata yang mengandung kohl. Kohl cenderung mengandung timbal yang berpotensi menyebabkan anemia, kejang, kerusakan otak, ginjal, koma, bahkan kematian pada anak-anak.

Mineral oil, Petroleum, Parabens, dan Phthalates

5. Mineral oil dan Petroleum

Mineral oil yang tidak diolah memang merupakan karsinogen, namun mineral oil dalam produk skincare tidak berbahaya, bahkan para ahli menyarankan untuk menggunakannya sebagai perawatan yang aman dan efektif. Masalah terbesar dari penggunaan kedua kandungan ini adalah dampak lingkungannya.

6. Parabens

Parabens adalah sekelompok senyawa organik yang digunakan dalam berbagai produk, seperti sampo, kondisioner, makeup, pelembap, dan produk cukur. Kekhawatiran tentang kandungan ini adalah caranya meniru estrogen dan mengikat reseptor estrogen tubuh, mengarah pada efek kesehatan reproduksi dan kanker payudara.

Ada banyak jenis parabens yang berbeda dan yang paling sering ditemukan dalam produk skincare memiliki aktivitas estrogenik lebih rendah, daripada jenis parabens lainnya, seperti propylparaben dan butyloparaben. Selain itu, parabens dalam produk skincare berfungsi untuk mencegah kontaminasi bakteri atau jamur, sejenis pengawet yang paling aman.

7. Phthalates

Phthalates ada di dalam berbagai macam produk, mulai dari mainan anak-anak hingga makanan. Jenis phthalates yang diketahui memiliki efek berbahaya bagi kesehatan adalah di(2-ethylhexyl) phthalate, karsinogen yang dapat mengganggu sistem reproduksi, namun jenis ini tidak digunakan dalam produk skincare.

Dalam rentang waktu 20014 hingga 2010 adalah terjadi penurunan secara siginifikan dalam penggunaan phthalates untuk produk skincare. Ada satu jenis phthalates yang masih umum ditemukan dalam produk skincare, yaitu diethyl phthalate, fungsinya untuk melarutkan dan memperbaiki wewangian.

Atau dibutil phthalate yang masih digunakan dalam produk cat kuku. Jenis phthalates ini tidak dikategorikan sebagai karsinogen.

Sulfat, Talc, dan Triclosan

8. Sulfat (SLS dan SLES)

Sebenarnya, FDA mengizinkan SLS di dalam makanan dan bahan pembersih rumah tangga yang umum. Namun, hal ini dibantah oleh American Cancer Society yang menyatakan bahwa SLS berpotensi menyebabkan iritasi kulit ringan.

SLES juga bisa mengiritasi kulit atau mata, namun lebih ringan daripada SLS. Sulfat dalam produk skincare berfungsi membuat busa pada sabun dan mengelupas kotoran dengan menarik minyak dan air.

Sayangnya, sulfat dalam sabun dan sampo dapat melucuti terlalu banyak minyak alami dari kulit dan rambut, membuatnya kering. Kurangi rutinitas keramas atau ganti produk sampo dengan yang bebas sulfat.

9. Talc

Talc adalah mineral yang digunakan dalam banyak produk, seperti eyeshadow dan blush on. Talc seringkali ditemukan di dekat tambang asbes, dapat menyebabkan mesothelioma dan jenis kanker lainnya.

Namun, menurut penelitian, talc yang digunakan untuk produk skincare saat ini memiliki konsentrasi yang aman. Sering mendengar soal kandungan talc?

10. Triclosan

Triclosan adalah agen antibakteri dan antijamur yang digunakan dalam banyak produk, seperti sampo, kondisioner, lotion, deodoran, sabun, pasta gigi, dan makeup. Namun, FDA sempat melarang penggunaanya di tahun 2016 karena berbagai penelitian tidak menunjukkan manfaat yang lebih baik dengan penggunaan triclosan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading